Anda pecinta puisi ?
Saya merekomendasikan tiga buku keren, yang kudu
dibaca dan dihayati. Tiga buku sudah diterbitkan
oleh Gramedia Pustaka Utama, sekaligus sebagai pemenang "Sayembara Manuskrip
Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015". Sergius mencari Bacchus karya Norman
Erikson Pasaribu (Pemenang I) , Kawitan karya Ni Made Purnama Sari (Pemenang
II) dan Ibu Mendulang Anak Berlari karya Cyntha Hariadi (Pemenang III).
Ki-ka ; Norman Erikson Pasaribu, Cyntha Hariadi, Ni Made Purnama Sari bersama Andy Tarigan dari Gramedia Pustaka Utama (dok pribadi) |
Acara peluncuran diadakan di bilangan Senopati Jakarta
Selatan, dihadiri awak media, blogger dan peminat puisi. Dikemas santai namun serius,
undangan duduk melingkari meja selain ada yang berjajar.
"3 karya puisi ini adalah seleksi dari 572 karya
yang masuk dalam Sayembara Manuskrip Buku DKJ 2015" ujar Mikael
Johani selaku dewan juri.
Bisa dipastikan dari ratusan disaring dan disaring,
puisi-puisi ini tentu memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Saya yakin pasti juri
bekerja ekstra keras, mengingat banyaknya karya puisi yang harus dibaca satu
persatu.
Selain Mikael Johani di kursi dewan juri, ada Joko Pinurbo dan Oka Rusmini. Tiga nama juri adalah Sastrawan Indonesia, masing-masing sudah berkecimpung lama dan berkarya tentunya.
Selain Mikael Johani di kursi dewan juri, ada Joko Pinurbo dan Oka Rusmini. Tiga nama juri adalah Sastrawan Indonesia, masing-masing sudah berkecimpung lama dan berkarya tentunya.
Buku "Sergius Mencari Baccus", kisahnya
disampaikan dengan nada ringan komikal namun cerdas. Pemakaian ironi yang
mantap, menunjukkan kepiawaian sang penulis mencampur-adukkan berbagai macam
referensi, alusi dan gaya. Dari yang kuno sampai yang kekinian, dari yang high
culture sampai ke pop culture.
Sepanjang acara peluncuran saya akui, Norman termasuk
yang paling kocak diantara dua pembicara lainnya. Norman juga yang kerap
menerbitkan GERR, ketika saya sedang serius menyimak penuturannya.
Termasuk mengaku saat hendak baca puisi, "Maaf Mungkin
Suara Saya Agak Serak, Karena Saya Haus" Hahaha.
Sementara buku dengan judul "Kawitan"
diambil dari arti kata muasal, baik muasal pemikiran, jati diri, budaya dan
muasal segalanya. Puisi Kawitan lahir dari tulisan Ni Made Purnama Sari, yang sangat dalam saat
menjelaskan sesuatu. Suaranya besar begitu menghayati dan dalam, ketika
membacakan satu puisi karyanya. Saya menerka
darah Bali sangat mempengaruhi, melihat segala masalah sampai mendalam.
Puisi pada buku Kawitan, penyair membiarkan alusi
menjadi ilusi. Ketakutan kemudian menjadikannya sekedar catatan kaki, atau
tergoda menjadikannya bahan pamer. Di sana-sini muncul empati sosial, dengan
deskripsi yang lembut. Pengendapan emosi, intensitas dan kesubliman merupakan
kekuatan manuskrip di samping kemampuan berbahasa yang baik.
Sedang buku ketiga "Ibu Mendulang Anak
Berlari", adalah pengalaman pribadi Cyntha Hariadi sang penulis. Sebagai ibu
Cyntha berusaha mempersembahkan terbaik untuk anak, namun kadang pikiran anak
berbeda. Contoh paling dekat dalam keseharian, adalah ketika ibu hendak mendulang
agar anak tidak lapar. Tapi karena anak berbeda pemikiran, malah berlarian cenderung
tidak mau.
Dengan bahasa yang sederhana, Buku dari Chynta
berhasil memotret kekompleksan sebuah pengalaman menjadi ibu. Berhasil menyulap
detil detil banal kehidupan domestik, menjadi sesuatu yang menakjubkan dan
hampir sureal.
Anda Penasaran?
Segera kunjungi toko buku terdekat, dapatkan tiga
buku keren yang dijamin membuat masyuk dalam perenungan. (salam)Suasana menjelang acara Media Gathering dan Soft Launching (dokumentasi pribadi) |