sumber ; arifkancil.com |
Sewaktu masih SD di tanah kelahiran, saya punya tukang
pecel Madiun langganan. Seorang ibu paruh baya berbadan sedang, biasa memakai kain
panjang dengan kebaya kembang-kembang.
Setiap pagi, si ibu rutin menggelar dagangan di samping
pos kamling, dari senin sampai minggu, artinya tidak mengenal hari libur.
Setelah tamat sekolah menengah atas dan merantau,
sesekali pulang kampung saya masih menjumpai penjual nasi pecel.
Sampai terdengar kabar meninggalnya ibu penjual, setiap
mudik saya melihat samping pos kamling tidak ada lagi yang berjualan.