|
sumber muslimmoderat.com |
(artikel ini pernah ditayangkan di Kompasiana dengan Penulis yang sama)
“Istrinya Pak (sebut saja) Aman, minta tolong mobil
dan rumahnya dijual.”
“Oo, memang kenapa dijual ?” jawab saya balik
bertanya.
“Mereka mau pindah ke kampung.”
Siang di hari libur, saya sempat ngobrol dengan
tetangga. Kebetiulan kami sama-sama sedang ada di depan rumah, sedang membersihkan rumput.
Meski bertetangga, kami relatif jarang ketemu dan
ngobrol. Seperti keseharian warga urban pada umumnya, masing-masing punya
kesibukan, belum tentu bisa santai setiap hari.
“Anaknya kan belum lulus, kasian kalau diajak
pindah.” Saya tidak bisa menyembunyikan rasa heran.
“Itu, Pak Aman musti cuci darah.”
“O’ YA....!” sontak, saya kaget.
“Mungkin, kalau di kampung kan banyak saudara.”
Obrolan singkat, pada siang yang mendung. Benar-benar
menyampaikan kabar sedih sekaligus menyedihkan, datang dari tetangga berbeda
gang.