Suasana Launching Buku AHY -dokpri |
Saya yakin
setiap orang memiliki jalan hidup, akan menarik apabila direkam dalam bentuk tulisan.
Apalagi bagi orang yang sudah dikenal masyarakat, kisah hidupnya menarik minat
masyarakat mengetahui.
Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY), nama yang tidak asing di tengah masyarakat luas.
Dalam kesibukan yang segudang, ternyata masih menyempatkan diri menulis. Menulis
yang bermanfaat untuk warga Jakarta, tentang apa yang dilihat dan dirasakan.
Selama
kurang lebih tiga bulan, bertemu warga dari berbagai sudut kota Jakarta. Semua
dilakukan dengan penuh semangat, melintasi terik panas atau lebatnya hujan demi
mendengarkan aspirasi warga. Banyak kejadian menarik dialami, bisa dikisahkan
ulang dalam bentuk buku.
Sebagai calon
Gubernur, AHY ingin memberi harapan baru dengan semangat perubahan Jakarta bisa
lebih baik. Semangat perubahan menjadi
cara mengajak warga Jakarta, bisa mengambil bagian dari perubahan tersebut.
“Telah Kupilih Jalan Hidupku yang Baru untuk
Jakarta”, menjadi judul yang dipilih untuk buku yang ditulis AHY. Buku dengan
cover foto penulisnya, berisi hal hal yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat
luas.
Seperti saya
dan anda ketahui, AHY telah mengambil keputusan
besar dalam perjalanan hidupnya. Berpindah haluan dari karir militer yang 16
tahun dibangun, dengan memutuskan jalan pengabdian di bidang politik. Tak
dipungkiri, latar belakang pendidikan kemiliteran akan mempengaruhi segala sikap
dan tindakan.
Buku
setebal 281 halaman ini, terdiri dari 24 Chapter ditulis dengan gaya bertutur mengalir
seperti aliran air.
Chapter satu
“Menjadi Jendral adalah Mimpi Setiap Taruna”, mimpi ini adalah sebuah keniscayaan.
Namun jalan hidup ditempuh AHY, mengambil
pilihan tersulit yaitu keluar dari dunia kemiliteran.
Banyak
orang memprediksi, bahwa AHY akan memiliki karir cemerlang di masa mendatang. Namun
bagi AHY setiap pilihan hanya “One Way Ticket”, artinya tidak ada ticket kembali.
Chapter kedua
“Pengabdianku di Dunia Militer”, mengisahkan pengabdian selama bertugas di
dunia militer. Ketika menjalankan tugas baik di dalam atau luar negeri,
termasuk menjadi bagian dari pasukan perdamaian dunia.
Chapter
ketiga “Setiap Masa Ada Pemimpinnya”, diakui bahwa sejarah menorehkan nama AHY
menjadi salah satu alternatif pemimpin saat ini. Secara runut diuraikan,
bagaimana AHY keluar dari militer dan reaksi orang di sekitarnya. Sebagai pembaca
saya merasakan, rasa haru pada ibunda Ani Yudhoyono dan kesetiaan sang istri.
Kemudian pada
Chapter keempat “Hembasan Badai Pada Hari Pertama”, menggambarkan gejolak
dihadapi setelah AHY berpindah haluan ke dunia politik. Sesaat setelah
mendatangi KPUD Jakarta untuk pencalonan sebagai Gubernur, ada yang anggapan
AHY sebagai anak ingusan. Banyak cibiran dilamatkan pada AHY, tak jarang
diungkapkan dengan kalimat kasar baik langsung atau sindiran. Semua dihadapi
dengan lapang dada, AHY menganggap semua adalah cara orang mengekspresikan rasa
sayang padanya.
Banyak
bangsa di dunia melahirkan generasi muda, yang mempengaruhi sejarah bagi
negerinya. Muda bukan berarti miskin pengalaman, justru yang muda yang berkarya
akan membawa perubahan.
Chapter 5 "Menjadi Kuda Hitam" -dokpri |
Chapter
lima “Menjadi Kuda Hitam”, pentingnya memiliki
semangat underdog. Orang yang tidak diperhitungkan, namun justru yang meraih
kemenangan. Pada Chapter keenam “Semangat Harus Bisa”, diteruskan chapter ketujuh
berjudul “Gerilya si Kecil Melawan si Besar”.
Taktik
Panglima Besar Jendral Sudirman memilih jalan gerilya, rupanya mengisnpirasi
AHY. Bahwa dengan segala keterbatasan logistik, ternyata bisa dikalahkan dengan
semangat yang besar.
Chapter ketujuh
berkelanjutan dengan chapter ke delapan, yaitu “Gaya Baru kampanye Pilkada”. Chapter
sembilan “Learning by doing”, ini
sebagai pengakuan bahwa AHY adalah pekerja keras dan pembelajar cepat.
AHY tidak
pernah malu bertanya dan mencatat, bahkan saat AHY bisa menjelaskan secara
terstruktur dibilang orang sebagai penghapal. Walaupun seorang penghapal sekalipun,
sangat dibutuhkan memori yang baik. AHY tetap punya kekhasan sendiri, meski
secara DNA ada kesamaan dengan Pak SBY sang ayahanda.
Chapter ke sepuluh
“Politik Akal Sehat ; Lentur dalam Strategi dan Teguh dalam Prisip”, kekuatan dalam
memegang prinsip sesuai karakter, diyakini akan meraih harapan yang
dicanangkan.
-0o0-
Selain
sepuluh chapter diuraikan, masih ada chapter sebelas sampai duapuluh empat. Satu
chapter ke chapter berikutnya berkaitan, gaya tulisan mengajak pembaca seperti mengikuti
aliran air.
Bahwa setiap
perjuangan butuh pengorbanan, hal ini tengah dilakukan AHY. Tantangan yang datang
dan tidak masuk akal, justru menjadi
batu asah menapaki lahan perjuangan. Musuh dalam dunia politik sangat tidak
jelas, hari ini menjadi kawan esok bisa menjadi lawan.
Namun
dengan tantangan yang dihadapai, AHY belajar untuk memperbaiki diri setiap hari.
Ada kalimat
bisa menjadi bahan renungan, pada Epilog
di halaman menjelang akhir buku AHY.
AHY bersama istri -dokpri |
“Kita tidak pernah tahu kapan harus mengambil
keputusan besar dalam hidupnya. Sejarah mengajarkan tentang orang- orang yang
menjadi besar karena berani mengambil keputusan yang besar dengan segala
resikonya. Saya sudah berani mengambil keputusan yang besar dalam hidup saya dan
tidak mungkin saya kembali lagi”.
“Perjuangan menjadi gubernur Jakarta bukanlah
hasrat untuk meraih kekuasaan, tetapi semata-mata merupakan panggilan jiwa
untuk membela, memajukan dan menyejahterakan seluruh rakyat Jakarta”.
Bagi anda
yang mulai penasaran, silakan mendatangi toko buku terdekat. Bisa menyerap
inspirasi dari buku terbitan Expose, “Agus Harimurti Yudhoyono, Telah Kupilih
Jalan Hidupku yang Baru untuk Jakarta”.
AHY sedang memberi tanda tangan untuk bukunya -dokpri |