Restaurant Khas Thailand di Jakarta -dokpri |
Saya
termasuk orang yang tidak pemilih, dalam hal konsumsi makanan. Sejak kost pada
awal kuliah, makanan warung menjadi menu keseharian. Lidah ini tidak anti
terhadap aneka citarasa, semua jenis makanan masuk asal tidak berbahaya saja--hehehe.
Saat bekerja
sebagai marketing di sebuah media, saya berkesempatan menikmati menu-menu
restoran. Kantor menyediakan budget lunch
meeting, untuk menjamu client besar yang akan deal kontrak kerjasama. Sayang
banget kalau tidak dimanfaatkan, dana ditarik management kalau tidak habis
dipakai.
Alhasil
lidah ini mulai kenal, bagaimana rasanya makanan Chinese food, Jappanese food,
Italian Food dan lain-lainnya. Namun ada
yang membuat perasaan mengganjal, masih pengin menikmati bagaimana lezatnya Tom
Yum.
Siapa
sih tak kenal Tom Yum, menu Thailand yang sudah populer di seluruh dunia.
Hidangan khas yang digemari wisatawan ini, memiliki campuran rasa asam dan pedas.
Seperti soup pada umumnya, akan lebih lezat disantap dalam keadaan panas.
Mengamati
gambar Tom Yum di majalah, saya terpesona dengan warna kuah yang kuning
kemerahan. Bumbu-bumbu diiris ukuran sedang namun menyolok, berhasil menghantar
rasa pedas dan asamnya.
Melihat
bumbu tom yum, tampak ada serai, cabai, daun jeruk purut, lengkuas, jeruk nipis, kecap
ikan dan beberapa bumbu lainnya. saya menarik kesimpulan, selain rasa sedap menyertakan
sifat obat dan bahan herbal.
Seperti
cabai bisa untuk obat batuk, membantu sistem pernafasan, melancarkan sirkulasi
darah dan jantung. Jeruk nipis berfungsi untuk mencegah batuk, flu, bahkan untuk
mengobati penyakit kudis.
Tom Yum, makanan popular dari Thailand -dokpri |
Sementara
untuk bahan utama dipakai udang, kaya akan kandungan kalsium untuk tulang.
Nutrisi yang dikandung udang atau seafood pada umumnya, sangat bermanfaat untuk
asupan tubuh kita.
Amazing !
Bak dicinta
ulampun tiba, doa yang saya munajatkan terkabulkan. Bersama anak dan istri
mendapat kesempatan, bersantap siang di Restauran Khas Thailand di Jakarta
Selatan. Beberapa menu khas yang akan diorder sudah dihapal, daaan...Tom Yum
menjadi makanan paling diincar.
Masuk
ke dalam restaurant, saya seperti diajak memasuki suasana khas negeri gajah
putih. Pada tembok terdapat mural, bergambar karakter gajah dan gedung
pencakar. Bahan dasar papan cukup mendominasi, teraplikasi pada pintu, dinding,
meja kursi dan jendela. Semua dilapisi dengan cat tipis, sehingga
beberapa bagian papan tampak aslinya.
Tak lama
kami dipersilakan duduk, pelayan memberikan daftar menu yang ada di restaurant.
Lembar demi lembar menu ditelusuri, memilih menu khas yang belum pernah
disantap. Pelayan mencatat apa yang kami sebutkan, dalam hitungan menit satu
persatu pesanan datang.
"Silakan
Pak" ucap pelayan sambil meletakkan di meja
Satu
mangkuk besar berisi Tom Yum, kini ada di meja depan tempat saya duduk. Tak
sabar ingin segera mencecap nikmat, menu dengan cita rasa autentic negara asalnya. Penampakkan Tom Yum, persis seperti yang
pernah dilihat di foto. Rasanya seperti ingin "balas dendam", perutpun
mendadak lapar bahkan sangat lapar.
Serbuuuu..!
Udang
dengan ukuran besar mencuat, jamur bulat tak mau kalah merebut perhatian. Bumbu-
bumbu diiris memanjang, berpadu dengan kuah yang rasanya asam pedas. Satu
persatu bahan utama nangkring sebentar di cekungan sendok, dalam hitungan detik
pindah ke mulut. Tak ingin sedikitpun terlewatkan citarasa, demi melepaskan penasaran
yang tersimpan lama. Sungguh menggugah selera, sampai-sampai keringat meleleh saat
menyantapnya.
"Sruuu....t "
kuah terakhir sudah masuk ke mulut.
Mangkok
saji yang semula penuh, hanya menyisakan irisan bumbu dan residunya. Puas bisa
menyantap Tom Yum, yang diolah chef restaurant khas Thailand.
Phad Thai -dokpri |
Phad
Thai menjadi pesanan saya berikutnya, penampilannya seperti mie goreng pada
umumnya. Mie kuning dengan potongan tahu agak berminyak, bumbunya terasa sangat
berani. Pada piring yang sama bersanding, tauge, plus biji cabe, kacang deplok sedikit kasar
dan jeruk nipis.
Sementara
istri memesan Ghai Hor Bai Toey, potongan ayam dibungkus daun pandan kemudian dibakar.
Saat daging ayam digigit, terasa bumbu meresap dan tekstur daging berubah lembut.
Cukup ditekan dengan ujung sendok, daging ayam mudah terurai. Satu porsi berisi
tiga potong ayam, cukup untuk sekedar mencoba menu baru.
Pesanan
berikutnya Pad Prik Pow Talay, menu dengan irisan seafood dicampur irisan mangga
dan irisan bawang bombai. Menu ini langsung menjadi favorit, terlebih ada kuah
kental seperti bercampur tepung maizena, menyatu dengan tumisan seafood.
Ghai atau
potongan ayam dibakar, di-marinate dengan jeruk nipis. Bumbunya juga sangat
berasa, kulit ayampun dengan mudah bisa dikelupas. Rasanya sedikit pedas blackpepper, terasa menempel dilidah
setelah selesai menyantap.
Kuliner Khas Thailand -dokpri |
Eit's
ada snack diberi nama Man Cham, kalau kita di Indonesia meyebutnya dengan singkong
kukus. Daging singkong sangat lembut disiram
sauce santan kental, memadukan rasa sedikit
asin plus gurih mampir di lidah. Satu piring sajian Man Cham, bisa menjadi menu
penutup diakhir hidangan utama.
Green Latte Hot -dokpri |
Untuk
minuman kami memesan Rayong, minuman dengan buah peach-nya yang segar. Khusus
untuk anak memesan Samui, potongan melon dicampur jeruk plus leci
ditambah sirup. Green Tea Latte Hot dipesan istri, yaitu teh hijau dicampur susu sehingga
rasa sepat dari teh berkurang. Masih ada satu gelas Krabi kami nikmati, yaitu minuman
dingin rasa sereh bercampur hangat rasa jahe.
Rasanya
benar-benar puas, menjelejah citarasa menu khas Thailand. Ujung lidah tidak
terlalu kaget, meski hampir semua menu diolah dengan bumbu sangat berani.
Saya jadi
berandai-andai, suatu saat bisa menikmati semua makanan langsung di Thailand. Semoga
saja kesempatan emas menghampiri, sehingga lebih leluasa bereksplorasi kuliner. -salam-