|
Talkshow bersama Deka Amalia Ridwan di acara Kampung Ramadhan (dok gambar fb Deka Amalia Ridwan) |
Menulislah, karena menulis pekerjaan keabadian
(Pramudya)
Ketika Rasulullah Nabi junjungan mendapat wahyu
pertama, maka Iqro' atau baca yang disampaikan Malaikat penyampai wahyu.
Setelah wahyu demi wahyu terkumpul, disebarkan pada sahabat terdekat. Tiba-tiba
muncul kekhawatiran wahyu akan lenyap, ketika banyak sahabat yang ingatannya kuat gugur di medan pertempuran.
Hingga diutuslah Tsait Bin Sabit, pemuda brilian ini untuk menulis (kalam)
wahyu yang diterima Rasulullah.
Saking beratnya tugas menulis, Tsait sampai berujar
"lebih baik saya disuruh memindahkan bukit dibanding menulis Wahyu
Allah". Namun semangat dan nyali pemuda tajam ingatan ini, terus didukung
dan dikobarkan sahabat Rasulullah hingga terkumpul menjadi kitab suci Al
Qur'an.
Menulis adalah pekerjaan intelektual, sejak masa
Rasulullah sampai era millenium saat ini. Maka menumbuhkan pada anak-anak
kegemaran menulis, membuat kegiatan yang mengedepankan daya pikir dan imajinasi
ini lebih cepat ditanamkan.
Sabtu awal juni, saya sengaja mengajak anak ke South
Quarter Dome di kawasan Jalan TB Simatupang Jakarta Selatan. Sebuah tempat
perpaduan kantor dan cafe-cafe berkonsep unik, tampak beberapa tenant mengisi
areal luar biasa ini. Pada lantai LG terdapat panggung, terpasang tulisan di
background Kampung Ramadhan.
Ketika saya mendekat pada meja regristasi, justru
anak saya yang diminta mengisi daftar absen. Ruangan masih sepi, kursi yang
tertata rapi masih kosong. Tak berapa lama ibu Deka sempat menyapa saya dan
anak, ketika kami duduk dan menunggu acara dimulai.
-00-00-
Deka Amalia Ridwan, Co Founder Women's Script
Community (WSC) dan ketua pelaksana Acara Kampung Ramdhan. Sebagai penggagas
latihan menulis bercerita bagi anak-anak, sekaligus memupuk keberanian
sekaligus mengembangkan imajinasi.
WSC sendiri berdiri sejak tahun 2011, kegiatannya
lebih pada penulis perempuan namun ada juga penulis pria meski sedikit. Selama
ini bergerak pada bidang kepenulisan dan menerbitkan buku, tak hanya di Jakarta
tapi ada di seluruh Indonesia.
Menulis bisa dilakukan siapapun, berdasarkan hoby
atau kegemaran setiap orang. Misalnya ibu rumah tangga yang gemar memasak, bisa
lebih banyak menulis resep. Kalau suka dunia kepengasuhan, bisa saja focus di
tulisan tentang parenting.
"Bapak-bapak juga bisa menulis, sesuai bidang
pekerjaan" jelas Deka
Namun Deka tetap menekankan pada menumbuhkan senang
membaca dulu, baru pada tahap selanjutnya adalah menulis. Bisa dibayangkan,
kalau seorang penulis kurang gemar membaca. Bisa jadi isi tulisannya miskin
diksi, sehingga kurang menarik untuk dibaca. Kini WMC sedang mempersiapkan
tujuh buku yang akan diterbitkan, hasil karya anak-anak dibawah bimbingan WSC.
|
Pembacaan Puisi (dok foto FB Deka Amalia Ridwan) |
Sepanjang acara berlangsung, tampak anak usia sekitar
sepuluh tahun berbaju putih-putih. Sang pembawa acara menginformasikan, mereka
akan performance untuk pembacaaan
puisi.
Saya sendiri hanya sekitar satu jam di lokasi, karena
ada keperluan keluarga mendadak. Namun tentang kegemaran menulis, mengingatkan
pada masa kecil saya. Saya sudah gemar menulis sejak kelas empat SD, saat itu
lumayan sering maju lomba mengarang. Sungguh saya merasakan manfaat dari hoby
tersebut, sampai kini sudah beranak pinak. Selain mengasah pikiran dan
imajinasi, membuka peluang baru yang berhubungan dengan dunia kepenulisan.
Langkah WSC yang concern pada menumbuhkan kegemaran
menulis, patut diacungi jempol. Coba saja bayangkan kalau Tsait bin zabit tidak
menorehkan pena, mungkin kitab suci Qur'an bisa-bisa berhenti pada sahabat Nabi
saja. (wallahu'alam)