Adegan film "Surat Cinta Untuk Kartini" (dokumentasi pribadi) |
Bulan April selalu identik dengan hari Kartini,
anak-anak TK dan SD memakai baju adat. Moment istimewa ini tak disia-siakan, MNC
Picture mempersembahkan yang istimewa juga adalah film "Surat Cinta Untuk
Kartini".
Saat mendapat undangan Premier dari MNC via komunitas
Blogger, sengaja saya tidak browsing atau melihat triller di Youtube (alasannya
ingin suprise). Namun ada yang menggelayut di benak, adalah film berjudul
Kartini yang diproduksi pertengahan 1980-an. kala itu disutradari Sjumanjaya memasang
nama Jenny Rachman, bintang yang sedang menanjak namanya. Sekaligus saya menerka
ini adalah film remark, disulap menjadi lebih kekinian dengan bintang baru.
Benarkah perkiraan saya?
Roda sepeda gowes hitam kokoh berputar, dikampung
saya sering disebut sepeda onta (saking kokohnya). Sosok tukang pos masa awal
1900-an, tampak mengayuh dengan penuh semangatnya. Rambutnya hitam disisir
kelimis dengan minyak rambut cair, ditutupi topi khas masa itu. Kulit si tukang
pos yang sawo matang cenderung kecoklatan, mencitrakan seorang Jawa tulen. Tanpa
alas kaki, lelaki gagah ini mengayuh pedal sepeda dengan penuh tenaga.
Sarwadi nama tukang pos, yang mengantarkan surat demi
surat termasuk ke ndalem kabupaten di Japara. Akhirnya Sarwadi penasaran dengan
penerima surat yang dikirimnya, tidak lain adalah putri sang Bupati bernama
Raden Ajeng Kartini.
Seorang tukang pos penasaran, lambat laun menambatkan
hati pada Kartini?
Apakah film ini tak terlalu berlebihan, atau justru
tak membelokkan sejarah.
Kurang dari lima menit pertama, saya mulai lepas dari
bayang-bayang film Kartini tahun 1980-an. selanjutnya mulai bisa membaca alur
film, dibuat dengan sudut pandang bukan dari Kartini. Jadi saya berkesimpulan syah-syah
saja, toh akhirnya ruang imajinasi sang script
writer dan Sutradara yang akhirnya berperan. Penonton tinggal menangkap
visualisasinya, mencerna dengan pemahaman sendiri-sendiri.
Behind The Scene, Film 'Surat Cinta Untuk Kartini" (dokumentasi pribadi) |
Film dengan latar belakang sejarah ini, sangat tepat
mengambil moment. Anak saya (perempuan) yang
TK sudah berceloteh, akan ikut pawai hari Kartini dengan memakai baju Jawa. Pun
para ibu sudah mulai ribet, mencari baju sewa untuk acara karnaval buah
hatinya. Maka rasanya akan semakin lengkap, dengan kehadiran "Sepucuk
Surat Cinta Kartini".
Saya mengacungi jempol, untuk acting Chico Jerico
sebagai tokoh Sarwadi. Gestur dan logat
jawanya dapat banget, wajah tampannya juga mendadak berubah menjadi sangat "Medhok".
Nah yang membuat kerennya lebih plus, adalah kehadiran pendatang baru Rania
Putrisari sebagai Kartini. Sangat pas mewakili perempuan pintar awal abad XIX,
wajahnya cocok dengan perempuan Jawa ningrat termasuk perawakannya yang mungil.
Pengambilan gambarnya sangat keren, terlebih lokasi tempat Kartini mulai
mengajar.
Suasana Pressconfrence bersama Produser, crew and cast film "Surat Cinta Untuk Kartini" (dokumentasi pribadi) |
Ada yang membuat saya agak merasa kurang, kosa kata
jawa sangat kurang menonjol dalam dialog antar pemain. Juga saat Kartini
berbincang dengan kawan yang Belanda, kenapa tidak menggunakan bahasa Belanda. Seandainya
scene dipinggir pantai dengan
perempuan Nedherland dimaksimalkan, bisa memperkuat sosok Kartini yang cerdas
berbahasa asing.
Bagaimana kisah Sarwadi menggapai hati Kartini ?
Penonton Indonesia jaga tanggal mainnya ya, pada 21
April 2016 di Bioskop kesayangan
sumber video ; SINI