8 Apr 2016

Wisata Religi Padepokan Puri Tri Agung


Perjalanan kelas Blogger di kota Pangkalpinang, hari kedua sempat mengunjungu Puri Tri Agung. Kami menempuh jalan darat selama satu jam lebih dari penginapan, untuk sampai di daerah Sungai Liat Bangka. Namun keseruan sepanjang perjalanan, membuat rasa bosan serta merta menyingkir.

 
Posisi Padepokan Puri Tri Agung sangat mempesona, dari pelataran bisa menyaksikan pemandangan Pantai Lepas. Panorama Pantai Tikus dengan ombak yang tenang, membuat pikiran semakin jernih (dokumentasi pribadi)
Mobil yang mengantar kami mulai menanjak, memasuki areal perbukitan. Tampak bangunan megah berbentuk Pagoda, terdiri tiga tingkat cerminan keyakinan atau Tri Dharma. Dari pelataran Padepokan, tampak lautan lepas dengan airnya yang biru.  
Saya sangat setuju, kalau Pemda menjadikan kawasan Puri Tri Agung sebagai kawasan wisata Religi layaknya masjid wali songo di Jawa.

Padepokan Puri Tri Agung berlatar bukit menghijau, memandangnya membuat perasaan tentram (dokumentasi pribadi)

Padepokan Puri tri Agung, berlokasi di kawasan pantai Tikus sungai liat kabupaten Bangka. Berada di atas lahan seluas 2,3 Ha, pada 2015 menjadi finalisasi pembangunan. Pada tahun yang sama pula, kawan sembahyang Agama Budha ini diresmikan mentri Agama Lukman Hakim Saifudin. 

Tempat sembahyang dengan patung Dewi Kwan Im, berada di sebelah kiri pelataran Padepokan. Umat Budha tampak khusyu sembahyang di area ini (dokumentasi pribadi)
Seorang ibu sedag sembahyang, di pelataran padepokan Puri Tri Agung. Sang ibu menghadap patung Dewi Kwan Im -gambar atas- (dokumentasi pribadi)


Pada beberapa sudut tempat sembahyang, tampak umat Budha khusyu memanjatkan doa. Diawali dengan membakar lidi merah, mengekuarkan asap dupa. Selain itu tampak buah sebagai sesaji, persembahan dari pendoa
Padepokan Puri Tri Agung tampak dari depan,




Patung kepala Naga , akan pengunjung jumpai di bagian teras Padepokan. (dokumentasi pribadi)
Bagian dalam Padepokan Puri Tri Agung yang megah dan indah (dokumentasi pribadi)
Tiga patung besar, berada di ruang utama Padepokan. Yaitu ; Kang Zi, Buddha Sakyamuni, Lao Zi. Patung Kang Zi merupakan patung dewa bagi agama konghucu, Buddha Sakyamuni untuk agama budha, dan patung Lao Zi merupakan patung taoisme atau aliran. (dokumentasi pribadi) 
Lonceng Raksasa berada di ruang utama, padepokan Puri Tri Agung (dokumentasi Pribadi)
Lokasi Padepokan ini sekitar 9 kilometer dari pusat kota, menjadi pilihan menarik bagi wisatawan. Pemda cukup sigap, dengan infrastruktur memadai berupa jalanan beraspal. 
karena belum ada transportasi publik menuju lokasi ini, sebaiknya pengunjung menyewa atau membawa kendaraan sendiri. (salam)

6 Apr 2016

Pesona Cheng Beng di Pangkalpinang


Cheng Beng adalah tradisi tahunan masyarakat Thionghwa, khusus umat Khonghucu. Ritual Cheng Beng di Pangkalpinang dilaksanakan di pekuburan Sentosa, adalah kerjasama antara pemerintah kota dan Yayasan Sentosa.
Pelepasan Aneka Lampion oleh masyarakat saat acara Ceng Beng di Pekuburan Sentosa Pangkalpinang (dokumen pribadi)

Ritual Ceng Beng atau sembahyang kubur, adalah upacara perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya. Pada moment ini tradisi pulang kampung terjadi, seluruh keluarga berkumpul di Pangkalpinang.
Kami dari Kelas Blogger, berkesempatan hadir pada acara Ceng Beng tahun ini. sehari sebelum puncak (4/april'16), mulai tampak kesibukan di pekuburan Sentosa. Anggota keluarga mulai membersihkan kuburan, kemudian menyiapkan sesaji berupa buah-buahan dan kue. Tak lupa membakar dupa, yang diletakkan di sekitar makam leluhur. Ceng Beng sendiri artinya bersih/ terang, besar harapan leluhur berada di tempat yang terang.
Hadi yang saat itu kami hampiri, bercerita tentang tradisi tahunan ini. Lelaki usia tigapuluhan ini, sengaja pulang dari tanah rantau untuk perayaan Ceng Beng. Bersama satu tukang, makam leluhur sedang dicat ulang dengan warna merah. Rumput dan tanaman liar dicabut, agar makan tampil semakin cantik. Pada ujung pembersihan, diberi uang-uangan dari kertas plastik warna kuning merah.
"ini bukti cinta dan sayang pada leluhur kami. kalau untuk membangun makam, tak ada pakemnya, tergantung yang duitnya banyak bisa mewah" Jelas Hadi
Tak hanya Hadi, banyak keluarga lain datang dengan rombongan. Melakukan prosesi yang sama, membersihkan makam membawa sesaji dan mendoakan arwah leluhurnya.
Puncak cengbeng di area pekuburan Sentosa sendiri, dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 4 April'16. Kami mendapat rundown acara, sebelum keberangkatan ke Pangkalpinang. Mulai setengah satu dini hari, sudah menuju lokasi pekuburan sentosa. Sesuai jadwal yang kami terima, jam 03.00 waktu setempat acara dimulai. Sengaja datang lebih awal, mengantisipasi kemacetan akibat parkir. Sekaligus ingin mengambil moment, pada puncak acara berupa pelepasan lampion dan kembang api. 
Paithin atau tempat ibadah, dipenuhi aneka persembahan bagi leluhur (dokpri)
Tampak kesibukan di Paithin, atau tempat sembahyang/ mengirim doa bagi leluhur yang yakin makamnya ada di Pekuburan Senotsa namun tidak menemukan fisiknya. Persembahan sesajian berupa buah-buahan (Sam Kuo) ditata berbentuk gunungan, mulai dari buah jeruk, apel, pear dan nanas.  Selain buah terdapat Kambing dan Babi, berada di tengah siap dipanggang. Aneka kue menghiasi paithin, mulai dari kue bolu kukus, apem, kue bika ambon masih ada yang lainnya.
Panggung di pelataran Paithin diisi permainan Tanjidor, dan beberapa orang menyanyi lagu mandarin. Selain Mandarin ada beberapa lagu yang cukup familiar, lagu kolam susu milik Koes plus.
Sekitar jam 04.00 dilakukan pelepasan lampion, sembari mengucapkan harapan dari sang pelepas. Panitia menyediakan banyak lampion, siapa saja bisa berpartisipasi menerbangkan ke udara. Aroma dupa terasa menyengat, iringan Tanjidor terus mengalun sepanjang acara.
Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, tiba di acara Ceng Beng (dokpri)
Matahari mulai terbit, Bapak Walikota tampak datang di lokasi acara tak lama disusul Bapak Gubernur. Dua petinggi duduk sebentar, kemudian mengunjungi satu keluarga yang sedang bersembahyang.
Secara khusus Pak Gubernur berharap, tradisi Ceng Beng bisa menjadi magnet wisata di Pangkalpinang. Seperti Cap Go Meh yang sudah melekat, terutama di pulau Kalimantan.
Sebagai pengunjung, saya merasakan tradisi Ceng Beng begitu mengagumkan. Penuh semarak dan mengadung banyak filosofi, salah satunya adalah eratnya tali kekerabatan. (salam)

5 Apr 2016

Merantau dalam Pengabdian Itu Keren ["JIKA AKU TIM NUSANTARA SEHAT"]


Masih terekam jelas di benak, saat langkah kaki ini meninggalkan kampung halaman. Kala itu belum genap usia dua puluh, persis seminggu setelah berita kelulusan Sekolah Atas diterima. Desa terpencil jauh dari hingar bingar, namun baru saya rasakan ikatan batin yang begitu kuat. Bola mata ini mendadak basah, beriring putaran roda bus meningalkan tanah kelahiran (hiks).
Jika Aku Team Nusantara Sehat (dokumentasi pribadi)
Merantau ke kota Pahlawan, menjadi satu langkah besar bagi anak kampung seperti saya. Gemerlap lampu kota dan keramaian tiada henti, sesuatu yang begitu asing namun mempesona. Tinggal di rumah berpetak-petak, sumpek sumuk menjadi satu adalah babak cerita baru dalam hidup.
Kini setelah puluhan tahun terlampaui, desa kecil di kaki gunung lawu tetap terpatri. Aroma rumput basah sebelum fajar tiba, adalah nikmat yang tak terganti.  Desa dengan kesahajaan sempurna, bak karunia yang menyuguhkan esensi.
Tapi hidup haruslah bergerak, seperti dunia yang terus berputar. Sikap mandeg tak ubah seperti pengingkaran kodrat, manusia diciptakan istimewa dengan segala potensi.
Sahabat JKN
Pada oktober 2015, saya bergabung dalam acara Temu Blogger #SahabatJKN. Tema yang diusung kala itu Nusantara Sehat, adalah Program Kementrian Kesehatan berupa penempatan tenaga kesehatan berbasis team.
Program Nusantara Sehat mengadopsi model Pencerah Nusantara, inisiatif  lintas sektoral. Prakarsa Kantor Urusan Khusus Presiden RI, untuk Millenium Development Goals (KKUP-RI MDGs). Menggabungkan Tenaga Kesehatan, Masyarakat, Sukarelawan, Pemerintah, Swadaya Masyarakat dan Pemuda.
Pada kesempatan yang sama, diperdengarkan rekaman percakapan by phone dengan Putri Indah Nirmala. Putri adalah team Nusantara Sehat, sedang berada di pelosok daerah Kalimantan Barat tepatnya di daerah Long Panghangai. Lokasi ini ditempuh dengan alat transportasi darat dan sungai, total memakan waktu 21 jam dari pusat kota.
Putri berkisah tentang kegiatan bersama team (8 orang formasi lengkap), menjalankan 8 kali puskesmas keliling dalam sebulan. Setiap lokasi terdekat ditempuh sekitar 5-10 menit terdekat, sedang paling jauh sampai 6 jam menggunakan speed boat. Putri dan team Nusantara Sehat, harus berjibaku selama 2 tahun dalam pengabdian. 
Team Nusantara sehat hadir, untuk menguatkan layanan kesehatan primer, melalui peningkatan jumlah sebaran, komposisi dan mutu tenaga kesehatan. Terdiri dari Dokter, Bidan, Perawat dan Tenaga Kesehatan lainnya.
Kendala tentang kesulitan air, menjadi tantangan saat musim kemarau tiba sehingga kesulitan mandi. Pengalaman tak terlupa ketika kehabisan bahan bakar saat naik speedboat malam hari, putri terpaksa mendayung hingga larut baru sampai tujuan.
Tim Nusantara Sehat sangat penting, karena tidak ada yang mau dokter resmi yang datang ke pelosok. Alasannya enggan mendatangi, akibat kendala infrastruktur yang kurang memadai.
Program lintas Kemenkes ini tidak focus ada kegiatan kuratif, tetapi juga promotif dan preventif untuk mengamankan kesehatan masyarakat. Pengamanan dilakukan secara berkala, dari daerah yang paling membutuhkan sesuai Nawa Cita, "Membangun dari Pinggiran".
gambar dipinjam dari rintawulandari
Jika Aku Team Nusantara Sehat
Terus terang saya salut dan kagum, terhadap Putri dan team Nusantara Sehat. Jika kesempatan menjadi relawan team Nusantara Sehat datang, tentu tak akan saya sia-siakan.
Merantau sudah menjadi perjalanan hidup saya, justru pahit dan getir kehidupan membuat bisa bertahan sampai sejauh ini. Apalagi merantau dalam pengabdian, tentu memiliki nilai plus. Ingin saya memberi sumbangsih pada negeri tercinta, meski ibaratnya setetes air di gurun pasir. Namun bagi saya tidak apa hanya setetes, daripada tidak pernah berbuat sama sekali.
Dengan sedikit kebisaan menulis, ingin saya kabarkan melalui medsos atau blog apa yang dirasakan saudara kita di pelosok. Tak bisa dipungkiri, informasi adalah sebuah keniscayaan yang dapat merubah keadaan. Menulis menjadi bagian transformasi informasi, penerima informasi bisa menangkap gambaran keadaan yang ada.
Dalam setiap tulisan, tak lupa saya selipkan ajakan khususnya bagi yang berkemampuan. Bahwa menjadi bagian dari team Nusantara Sehat, adalah tindakan dan sikap yang sangat mulia.
"Khairunnas Anfa uhum Linnas", sebaik- baik manusia adalah yang banyak manfaatnya. Pengabdian adalah cara mengejawantahkan kemanfaatan, menjadi team Nusantara Sehat adalah satu diantara banyak jalan mengabdi.
Bagi kaum cerdik pandai yang kerasan di kota, tak ada salahnya terjun ke desa. Apalagi yang belum pernah merantau, yuk tinggalkan tanah kelahiran menjadi bagian dari team Nusantara Sehat.
Saya ingin serukan, Merantau dalam Pengabdian itu KEREN !
00o00
Setelah dunia merantau saya lewati, akhirnya menjumpa goresan pena seorang pujangga yang menggetarkan. Adalah nama Imam Asy-Syafii, masih tergolong kerabat Rasulullah yang karyanya melampaui masa. Sebagai bahan renungan, silakan resapi puisi di ujung artikel ini.
Semoga bermanfaat, amin
Merantaulah
Orang pandai dan beradab
Tak'kan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah 'kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
*
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih
Jika tidak dia kan keruh menggenang
**
Singa tak'kan pernah memangsa
Jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur
Tak'kan kena sasaran.
**
Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tak'kan menunggu saat munculnya datang
*
Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gahru tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan
Jika dibawa ke kota berubah mahal seperti emas.
****

4 Apr 2016

Pekuburan Sentosa Pangkalpinang [Tjung Hoa Kung Mu Yen]


Tak bisa dipungkiri keberadaan etnis Thionghoa, menjadi bagian dari ragam masyarakat Indonesia. Namun perbedaan budaya dan keyakinan, bukan penghalang untuk bisa menyatu dengan budaya lokal.
Area Pekuburan Sentosa Pangkalpinang (dokumen pribadi)
Kalau berkunjung ke Pangkalpinang, tak ada salahnya mampir ke Pekuburan  Cina Sentosa atau atau Tjung Hoa Kung Mu Yen. Kuburan ini dibangun pada tahun 1953, terletak di Jalan Soekarno- Hatta Pangkalpinang. Memiliki luas sekitar lebih dari 19 ha, saat ini terdapat sekitar 12.950 makam.
Menjelang puncak Ceng Beng 2016, saya berkesempatan mengunjungi area Pekuburan Sentosa. Jangan pikirkan seram atau menakutkan, kuburan sentosa jauh dari image tersebut. Penataan yang rapi dan rutin dibersihkan, membuat suasana menakutkan terkikis. Jalanan menuju makam sudah beraspal, jadi kendaraan bisa masuk tanpa parkir terlalu jauh. Kantor yayasan Sentosa berada di dekat jalan masuk, sementara di tengah area terdapat Paithin atau tempat berdoa bagi keluarga yang yakin makam leluhurnya ada di pekuburan sentosa namun tidak menemukan fisiknya.
Makam tertua adalah makam keluarga Boen, pernah dipugar pada tahun ke empat pemerintahan Sun Yat Sen sekitar tahun 1915. Makam dibangun dalam bentuk dan arsitektur unik, dihiasi dengan tulisan aksara Cina. Pemilihan tulisan secara tidak langsung, menunjukkan kelas sosial ekonomi jasad yang dimakamkan.
Keluarga sedang mempercantik makam leluhur, untuk menyambut puncak Ceng Beng (dokumentasi pribadi)
Berlokasi di perbukitan, sebagai wujud pernghargaan dan penghormatan orang Cina terhadap leluhurnya. Lokasi Pekuburan adalah sumbangan marga Boen, bisa dilihat dari tugu pendiri yang dibangun pada 1935. Pekuburan ini didirikan oleh empat orang, Yap Fo Sun tahun 1972, Chin A Heuw tahun 1050, Yap Ten Thiam tahun 1944 dan Lim Sui  Chian (wafat pada masa penjajahan Jepang).
Komplek pemakaman ini terbesar se Asia Tenggara, memiliki arsitektur berbeda di setiap makam. Ada makam yang dibangun dengan batu granit, konon untuk membangun menghabiskan dana ratusan juta. Bahan bangunan berkualitas tinggi sebagai komponennya, bahkan ada batu marmer yang didatangkan khusus dari Itali.
Tak hanya keturunan Thionghoa bisa dimakamkan disini, umat dari agama katholik juga ada. bahkan dari  seluruh makam, terdapat dua makam yang beragama muslim semasa hidupnya. Secara tidak langsung menggambarkan, terjadi toleransi beragama pada masyarakat Pangkalpinang.
Setiap tahun diadakan tradisi Ceng Ben/ Sembahyang Kubur, lazimnya seluruh keluarga berkumpul. Baik yang ada di perantauan mudik, memberi penghormatan pada puncuk perayaan Ceng Beng pada 5 April.
Karena pekuburan ini ditata rapi, berikut arsitekturnya klasik dan kekinian. Tak heran menjadi tempat favorit, khususnya bagi penggemar fotografi. Sessi pengambilan gambar, dijamin kaya sudut pandang. Apalagi kalau menyertakan model, berdandan lengkap dengan busana Cheonsam (busana tradisional Cina). Tak mustahil hasil jepretan, akan bercerita dan menyatu dengan lokasi Pekuburan Sentosa.
Anda Penasaran ? Yuk luangkan waktu, segera atur jadwal mengunjungi Pangkalpinang. (salam)