Diriwayatkan
dari Jabir berkata,” Rasulullah Shallallahualaihiwassalam bersabda,
’Orang
beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak
bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat
bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Illustrasi - acara dari food container |
Saya pribadi mengambil dua point dari hadist tersebut, adalah "sikap ramah" dan "kemanfaatan".
Keramahan dan kemanfaatan sangat mungkin, dihadirkan dalam setiap detik hidup
kita mulai dari hal sederhana.
Senyuman terbaik ketika
bersua, memulai menyapa ketika mengenal nama, mempersembahkan sikap dan kalimat
terbaik pada orang tua, kerabat, teman dan sahabat. Sekedar menyingkirkan kayu yang melintang di
jalanan, mungkin terkesan sepele tapi terhitung dalam timbangan kebaikan. Kelak kebaikan
sebesar biji sawipun, tak luput dari perhitungan (Subhanallah..)
Masalahnya, apakah hal
kecil dan sepele sudah jadi bagian keseharian?
Tanpa pembiasaan,
mustahil timbul inisiatif untuk sekedar senyum menyapa apalagi harus
menyingkirkan kayu melintang.
Namun jika sudah
menjadi kebiasaan, ibarat tombol otomatis tak perlu repot diingatkan. Seperti orang biasa mengemudikan mobil di depannya
ada pagar, reflek kaki kanan berpindah
dari gas menginjak rem.
itulah fungsinya
pembiasaan !
Kebiasaan yang
diulang ulang menimbulkan efek otomatis, intuisi dan insting bekerja dengan
sendirinya tanpa diperintah.
00o00
Setiap kita membawa
keunikkan, sungguh sempurna Sang Khaliq menciptakan manusia. Setiap individu hadir lengkap dengan spesifikasi,
dijamin tidak dimiliki individu yang lain. Bahkan yang lahir kembar sekalipun, niscaya memiliki
perbedaan sekecil apapun.
Justru perbedaan
menumbuhkan sikap membutuhkan, saling membantu dan melengkapi. Seorang yang
jago otomotif, membutuhkan tukang masak untuk mengisi perutnya. Chief terkenal
dan termahal, membutuhkan tukang jahit untuk membuat seragamnya. Seorang
designer papan ataspun, bisa saja membutuhkan mbok tukang jamu saat masuk angin. Dunia memang lahan kerjasama, setiap profesi dijadikan
ajang untuk memberi manfaat.
Maka kebisaan yang dimiliki,
smestinya terus diasah agar menjelma menjadi ahli. "Bisa" dan "Ahli"
biasanya beda apresiasinya, musabab pembeda ada pada prosesnya.
Coba simak !
Kebisaan memasak mungkin banyak orang melakukannya,
tapi ahli masak mungkin tak semua orang meraihnya. Seorang Chief professional, mampu menakar komposisi
bumbu sebuah masakan, sanggup mengkombinasi rasa agar menggugah selera.
Mungkin siapa saja bisa
menyanyi, tetapi sedikit yang paham tehnik menyanyi. Mau mememahami
notasi, mengelola nafas dan tahu kebutuhan nada dalam sebuah lagu. Inilah pembeda,
menyanyi dengan penyanyi.
Menjadi profesional
di bidang digeluti, otomatis meningkatkan apresiasi.
Seporsi masakan
Chief, harganya pasti beda dengan masakan seorang yang biasa. Baju karya designer, upahnya tak sama dengan tukang jahit biasa saja. Tiket konser penyanyi profesional mungkin terjual habis, daripada
seorang yang sekedar menyanyi
00o00
Qalam/ menulis berkait
erat dengan Iqro'/baca, kebiasaan membaca sebaiknya dibarengi dengan menulis.
Keberadaan Blogger saat
ini mendapat tempat khusus, hampir setiap hari ada acara yang melibatkan
blogger. Bisa saja jumlah blogger terus meningkat, seiring dengan meningkatnya
permintaan.
Tapi jangan Kawatir
!
Kalau setiap hari
kemampuan menulis diasah, maka perlahan tapi pasti akan menjadi kebiasaan. Kalau
kebiasaan terus ditingkatkan, akan
menjadi ahli/ profesional. Patut diingat, meskipun dengan tema sama dijamin
setiap blogger akan beda dalam menulis.
Yang membedakan,
adalah ramuan kata menjadi kalimat, sudut pandang penulisan, dan tentu saja
"feel" yang diterapkan dalam menulis.
Sungguh setiap diri
dihadirkan Istimewa, tugas kita adalah mengasahnya. (Wallahua'lam bissawab)