Banner acara Glass Is Life (dokpri) |
Saya yakin setiap rumah di Indonesia memiliki
atau menyimpan, kemasan kaca dalam aneka wujud dan rupa. Mungkin bisa saja dalam
bentuk botol, mangkok, piring, vas bunga, gelas, toples atau dalam bentuk
lainnya. Kalau mau meluangkan waktu dan berpikir sejenak, ternyata kaca memiliki banyak arti dari aneka sudut
pandang. Dari sisi seni tentu jelas terlihat, kemasan kaca mampu tampil lebih
cantik menawan. Bayangkan sebuah lampu hias di ruang tamu misalnya, kaca pipih bergelantung
diukir sedemikian rupa. Saat malam hari tiba dan lampu dinyalakan, akan
menghadirkan pesona di indera penglihatan. Tak dipungkiri ruangan menjelma
nyaman, mempengaruhi penghuninya betah dan enggan beranjak. Kemudian bergeser
melihat barang pecah belah di lemari hias, seketika menyulap ruangan memiliki
daya tarik tersendiri. Perabot dengan ukiran timbul yang cantik, melebihkan
nilai menjadi lebih dari sekedar sebuah perabot. Karena ada sentuhan dan ruh
seni yang dituangkan, sehingga menghadirkan kesan lebih mendalam.
Pun ketika hendak melihat dari sudut pandang
kesehatan, ternyata kaca lebih menjaga dan memelihara. Botol kaca mampu
mempertahankan rasa dan aroma, dari minuman atau isi yang berada didalamnya. Sebuah
jus buah yang dituang dalam botol kaca, rasanya
tak sanggup mengkontaminasi botol kaca sebagai wadahnya. Botol akan tetap bertahan
netral tak terpengaruh, pun warna kemasan atau aroma juga tak akan berubah. Bisa
dipraktekkan apabila kita usai minum jus, coba didekatkan ujung hidung pada
mulut botol yang sudah dibersihkan. Maka ruang yang ada didalam botol bisa
dipastikan, tak terpengaruh oleh isi yang sudah dituangkan.
Namun kenyataan terjadi tak bisa dipungkiri,
ada kemasan lain ingin menggantikan peran kaca. Botol non kaca seolah berebut
fungsi, meski tetap saja tak bisa sepenuhnya mengganti. Kemasan non kaca
mungkin relatif praktis, namun tak bisa menyamai sifat sejati dari kaca. Pada kemasan
botol plastik misalnya, cenderung meninggalkan aroma sesuai isi yang ada di
dalamnya. Sebuah botol plastik bisa berubah bau jambu, setelah juice jambu
dituang ke dalamnya. Ketika diganti dengan juice mangga misalnya, maka aroma
jambu seperti masih tertinggal. Akibatnya rasa jus mangga yang ingin dinikmati,
terpaksa bercampur dengan rasa jambu yang tertinggal.
*******
Ilustrasi (dokpri) |
Sebuah acara blogger di tempat eksklusif
saya hadiri, saat tiba pada sesi dinner
kami berpindah tempat. Persis di sebelah ruangan tempat acara, sudah disiapkan aneka
menu makan malam. Penataan perobot makan terkesan sangat menawan, membuat
ruangan makan terasa menarik. Gelas bening panjang ditata berhimpitan,
menampakkan isi air putih di dalamnya. Piring porselen bundar warna putih
tulang, bertumpuk bersanding dengan mangkuk sayur warna senada. Cangkir bergagang
mungil lengkap dengan cawan kecil, menjadi pelengkap kesempurnaan penampilan. Tak
ada kemasan mendominasi selain kaca, prosesi santap malam pada acara istimewa. Betapa
kaca mampu menempatkan diri, sebagai komponen terpenting dalam sebuah jamuan
berkelas.
Ka- Ki : Pak Jhonathan, Pak Erwin.P, Mrs Carin, Pak Welly (dokpri) |
Glass
Is Life™ sebuah komunitas dari sekelompok orang, memiliki komitmen agar kemasan
kaca kembali banyak digunakan dalam kehidupan. Kemasan kaca sebagai material murni,
sehat dan alami, adalah jenis kemasan yang lebih baik bagi makanan dan minuman
yang dikemasnya. Tak dipungkiri selain lebih baik bagi manusia, ternyata lebih
baik bagi lingkungan hidup. Pengalaman yang lebih dari satu abad, menjadikan The
Glass Is Life™ cukup matang. Sanggup menampilkan kemasan kaca O-I, yang dipercaya sebagai kemasan yang paling
indah, ramah lingkungan dan inovatif. Produsen dari makanan atau minuman
terkenal di dunia, memakai kemasan kaca O-I dari The Glass Is Life™.
Pun
pada malam yang berkesan saya menjumpai, minuman tradisional dengan merk suwe
ora jamu. Sengaja memakali botol kaca O-I, menjadi kemasan produk sehat ini
agar lebih higenis. Pak Jhonatan owner dari Suwe Ora Jamu, memberi penjelasan
khusus. Hanya botol kaca yang sanggup, menjaga jamunya sebagai minuman sehat tetap
sehat sampai waktu yang ditentukan.
Sementara
Erwin Pranata selaku founder Realfood, berujar bahwa trend penggunaan kaca
mulai meningkat. Memang tak bisa dipungkiri akibat dari kemasan kaca, akan
mempengaruhi harga produk yang dikemas. Namun efek yang dihasilkan pada kesehatan,
melampaui dari sejumlah harga yang harus dibayar. Suwe Ora Jamu cukup bijak menyiasati
masalah harga, dengan cara membeli kembali botol kaca yang sudah terpakai. Cara
refil ini ditanggapi beragam konsumen, ada yang tidak mau mengembalikan botol
untuk alasan dikoleksi.
Sementara
Pak Noor Wellingthon menegaskan satu hal
penting, bahwa kaca terbukti ramah lingkungan. Dari kaca bisa didaur ulang ke
kaca lagi, dengan cara dilembutkan kemudian bisa diproduksi lagi. Kaca termasuk
bahan yang independent dan terlepas, dari jenis organik atau non organik. Karena
kaca tidak bisa membusuk, pun pada kaca tidak terurai ketika dipendam dalam
tanah. Mrs karin dari sebuah organisasi LSM, gencar memberdayakan tenaga kaum
marginal untuk lebih perhatian terhadap kaca (baca kemasan kaca).
Acara Glass Is Life (dokpri) |
Kaca
yang bermula dari pasir diproses dengan teliti, melalui api dengan titik didih
yang tinggi dan maksimal. Berubah menjadi cairan panas membara, kemudian siap di
cetak aneka bentuk. Pada sebuah kemasan kaca mengandung banyak arti, baik dari
sisi kesehatan pun dari sisi artistik. Kemasan kaca sanggup melindungi makanan
minuman, sehingga rasa dan aromanya bisa bertahan. Pun kemasan kaca yang indah akan
mempercantik ruangan, terasa sayang jika dibuang begitu saja. Dan kini
pengetahuan saya bertambah, setelah menghadiri acara blogger bersama Glass Is
Life. Betapa kaca terbukti ramah lingkungan, karena dijamin tak akan membusuk
sampai kapanpun juga. (salam).