|
Baju Batik mulai ramai peminat -dokpri |
Sejauh ini, saya hanya sebatas pemakai kain
motif batik. Tak memahami arti sepenuhnya, di balik selembar karya seni yang
saya pakai. Hanya kenal beberapa nama motif, yang kerap dipakai saat acara pesta
perkawinan. Saya mengagumi keindahannya, menikmati keselarasan warna yang adem
di penglihatan.
Saya punya kisah berburu batik, ketika mau
prosesi lamaran calon istri kala itu. Motif sidomukti sungguh saya perlukan,
demi hari bahagia tak terulang. Alhasil titip pada saudara, yang kebetulan
sedang punya keperluan pergi ke Solo.
Setelah itu, saya tak lagi update tentang batik.
Hingga mendapati kesempatan istimewa, hadir di sebuah acara di Jogjakarta.
Kebetulan ada jadwal khusus, yang membuka mata awam saya tentang batik.
Yup, saat itu saya mengunjungi Sekar Kedhaton di
daerah Kota Gede. Ini dia informasi yang saya dapati, tentang batik dan apa
yang ada dibaliknya !
Mengulik filosofi dari Batik.
Berasal dari dua penggalan kata, yaitu 'amba'
dan 'titik'. Amba artinya menulis sedang titik artinya titik, kalau digabungkan
menjadi menulis titik. Prosesi membatik, laksana menuangkan titik demi titik di
atas kain. Menggunakan alat bernama canthing, untuk menuangkan malam / lilin
yang sudah dipanaskan.
Saya manggut-manggut, sembari membayang sebuah
aksioma matematika. Bahwa garis adalah kumpulan dari titik-titik, yang berpadu
kemudian terbentuklah sebuah garis.
Berhenti pada fase ini, benak saya menjumpai sebuah
proses yang tidak main-main. Bayangkan saja kawan's, menuangkan titik demi
titik betapa butuh waktu dan ketekunan. Pernah saya berbincang dengan pembatik,
menyelesaikan satu sampai dua bulan untuk selembar kain.
Bahkan perasaan tenang diperlukan, agar hasil
batik bisa mendekati sempurna. Garis demi garis diusahakan seragam, agar sang pemakai puas. Konon kalau sedang emosi, akan mempengaruhi goresan lilin pada
kain. Biasanya pembatik memilih rehat sejenak, sampai emosinya stabil.
Ternyata sda tiga jenis batik lho kawan's:
1.
Batik Tulis.
Batik tulis tergolong sangat istimewa, karena
dikerjakan secara manual. Melbatkan "rasa" saat proses membatik,
sekaligus menekan ego (konsisten) agar hasilnya maksimal. Goresan di atas selembar
kain, berasal dari goresan tangan dengan media canting yang sudah dituang malam.
Satu lembar kain batik tulis ini, membutuhkan waktu lama menyelesaikan.
Karena dikerjakan manual, maka setiap goresan di
setiap motif pasti tidak sama persis. Bisa dijamin deh, satu lembar batik tulis
hanya one and the only in the world
alias satu-satunya di dunia. Tak perlu kawatir berpapasan, dengan orang yang
memakai motif batik sama. Karena satu motif, hanya diproduksi satu versi.
Terjawab sudah pertanyaan saya, mengapa Batik
Tulis harganya bisa selangit. Tak lain dan tak bukan, pengerjaannya menyertakan
"ruh" dan penjiwaan tertuang di atas selembar kain.
Ada tips nih, untuk mengetahui batik tulis !
Caranya mudah, cukup dilihat bagian dalam kain.
Kalau goresan tidak 'mbleber', atau gambar di dalam persis dengan bagian depan,
dijamin kain tersebut batik tulis asli.
2.
Batik Cap.
Batik jenis ini, di proses tidak menggunakan alat
canting. Melainkan menggunakan media cap atau seperti stempel, prosesnya tidak
memakan waktu panjang. Saya pernah melihat proses batik cap, satu jam bisa
menghasilkan beberapa helai kain.
Caranya cukup praktis ;
Media cap bermotif batik, tinggal dicelupkan
pada malam atau lilin yang sudah panas. Kemudian diangkat, cap langsung ditempel
di atas kain. Agar malam bisa melekat
dengan bagus, dibutuhkan suhu panas yang sangat tinggi.
Pada batik jenis cap, sangat bisa diproduksi
secara massal. Orang yang mengerjakan bisa bergantian, asalkan media cap yang
dipakai sama.
Batik jenis ini, harganya lumayan bersahabat
dengan dompet. Biasanya dipakai untuk pembuatan seragam, pada acara hajatan
atau ceremoni lainnya,
3.
Batik Cap Tulis
Adalah kombinasi, dari batik tulis dan cap. Lazimnya
dimulai dengan media cap, baru kemudian disempurnakan dengan canting.
Hasil kolaborasi ini, menjadi solusi bagi
penikmat kualitas menengah. Dari sisi harga, tentu di bawah batik tulis.
Pada saat pemaparan baru saya ketahui, ternyata Batik Indonesia sudah
mendapat pengakuan badan UNESCO-PB. Batik
sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi (Masterpieces
of the Oral and Intangible Heritage of Humanity), hal ini ditetapkan sejak
2 Oktober 2009. Inilah muasal, tercetus ide pemerintah menetapkan hari
batik.
Meski ada wujud selembar kain, Batik dianggap karya
non bendawi lho. Karena batik bukan sekedar
kain, atau pola, dan warnanya saja. Namun dalam selembar kain batik, mengandung unsur cerita, nilai filosofi dan
humanis, serta kearifan budaya lokal (local wisdom).
|
Batik dipakai dari berbagai kalangan -dokpri |
Setiap pola batik memiliki makna, jadi sebaiknya penggunaanya
harus disesuaikan dengan acara. Jangan memakai motif batik asal, bisa-bisa
nanti saltum (salah kostum).
Agar tidak salah pilih kostum, nih saya dapat jenis motif batik.
Ada tiga jenis motif batik
Batik Parang ; motif ini berasal dari Jogjakarta, lazimnya digunakan
untuk kalangan raja dan keluarganya. Dalam batik Parang terkandung makna, pantang
menyerah, atau tegar.
Batik Mega Mendung ; berasal dari Cirebon,
motifnya berbentuk awan menggambarkan dunia yang luas dan bebas, memiliki makna
transedental atau ketuhanan.
Batik
Kawung ; Motif
batik jenis ini, sudah ada sejak jaman Mataram. Mungkin anda banyak jumpai, di
daerah Jogjakarta dan Solo. Kawung atau buah Kawung (sejenis kolang-kaling)
bermakna baik yaitu melambangkan kesederhanaan, keadilan, dan kesejahteraan.
Rasanya tak cukup saya menggali ilmu tentang
batik, dalam waktu hanya dua jam. Namun moment istimewa ini, menancapkan satu
pencerahan baru. Bahwa batik harus dilestarikan keberadaannya, diteruskan pada
generasi muda. Jangan sampai diclaim oleh negara lain, seperti pengalaman yang
pernah terjadi.
Pada satu sisi, untuk menarik minat batik musti menyesuaikan
jaman. Selain tetap mempertahankan nilai adiluhung, perlu kiranya melakukan
inovasi. Karena kita tak bisa menutup mata, generasi era millenial berbeda
selera.
Hal ini bisa dipengaruhi banyak faktor, akibat derasnya
arus informasi dan mudah membandingkan dengan budaya barat.
-0o0-
Suatu siang di sebuah Mall di Jakarta
Sebuah pameran kerajinan digelar, tampak bediri
stand aneka produk ditawarkan pada pengunjung. Biasanya saya hanya melihat
sekilas, seolah tak ada alasan untuk berhenti.
Namun kali ini lain, ada satu stand unik mengusik
saya yaitu sebuah Sanggar Batik. Terpajang beberapa lembar kain setengah jadi,
sedang dalam proses dililin dan belum sempurna. Motif yang tertuang sungguh berbeda,
tidak seperti yang saya lihat di Sekar Kedaton Jogjakarta atau di manapun.
Pak Yadi nama penjaga stand, menerima kehadiran setiap
pengunjung dengan hangat. Saya gunakan kesempatan bertanya, sekaligus menimba
pengetahuan baru. Dari penjelasan yang disampaikan, terlihat beliau cukup paham
tentang batik.
|
Inovasi berbatik -dokpri |
"Untuk menyasar kalangan muda, motif batik sebaiknya
memang berkembang dan kreatif. Pakem batik layaknya batik Solo dan Jogja yang
penuh simbol dan filosofi, untuk market anak muda terpaksa harus dikesampingkan"
ujar Pak Yadi membuka obrolan.
Memang saya lihat sendiri, motif tak biasa
diaplikasikan di atas kain. Agar praktis dan efisien, sanggar batik ini
menyediakan banyak contoh pilihan motif. Sehingga kain mori yang dibatik,
memang sudah ada calon pembelinya.
Untuk motif batik, yang menyasar market anak
kecil disediakan gambar karakter lucu. Anak anak pasti kenal, dengan karakter Dora,
Donald Bebek, Upin Ipin, Lebah dan aneka tokoh kesayangan lainnya anak. Sedang
untuk market remaja, tersedia gambar rumpun bambu, tumbuhan, taman bunga lengkap
dengan kupu- kupu serta motif motif unik lainnya.
|
Motif bambu dengan warna soft -dokpr |
|
Pilihan motif untuk anak-anak -dokpri |
Pemilihan warna juga sangat bebas, saya lihat
batik bercorak bambu warna biru soft ditunjukkan Pak Yadi. Warna batik pada
umumnya, sering dilihat dasar kecoklatan, misalnya kuning kecoklatan atau hijau
kecoklatan.
Namun ini sungguh beda, menggunakan warna cerah,
dengan warna dasar dipadupadankan. Pun proses menggambar sesuai selera, bisa
penuh atau tak penuh.
Penuh dan tak penuh ? Begini maksudnya,
Batik penuh, ketika satu lembar kain utuh
seluruhnya diisi dengan motif. Misalnya gambar dora, pada bagian tangan atau
kaki dora semua isi motif.
Batik tidak penuh, artinya satu lembar kain bisa
saja ada bagian atau ruang kosong. Misalnya, gambar pemandangan, pada langit ada
ruang kosong. Atau lukisan rumah, pada dindingnya dibiarkan kosong. Pada ruangan
kosong ini, biasanya hanya diberi warna saja.
Pemilihan material warna dibagi dua jenis, yaitu
pewarnaan alami dan pewarnaan kimia. Kalau mau yang bagus, warna dari bahan alami bisa
dipilih namun harga lebih mahal.
"Motif batik masa kini relatif simple, mungkin
pengaruh jaman" lanjut Pak Yadi.
|
Batik dengan motif kekininan -dokpri |
Karena sudah cukup ngobrol, saya pamit undur
diri. Sembari berlalu, diam-diam saya menyepakati. Produk apapun, agar tahan
gempur tak boleh menutup diri berinovasi menyesuaikan kondisi jaman. Karena
market sebuah produk, tak lain adalah konsumen yang hidup di masa itu.
Jayalah Batik Indonesia, menjadi kekayaan bangsa yang tiada ternilai harganya. -salam-