19 Sep 2016

Ada Apa Dengan OPPO F1s di Bekasi ?

Keseruan OPPO Experience begitu terasa, saat bloggers dan Jurnalis berada di anjungan Nusa Tenggara Barat TMII. Kami bisa merasakan sendiri, bagaimana kualitas kamera selfie 16 MP OPPO F1s begitu maksimal. Pun saat guncangan, gambar yang dihasilkan relatif stabil.
Service Centre OPPO BIG Bekasi - dokpri
Jarum pendek jam mulai mendekati angka satu, acara OPPO F1s Experience di TMII mendekati ujung. Namun keseluruhan rangkaian acara belum selesai, akan dilanjutkan menuju wilayah Bekasi. Turut serta dalam rombongan bus, Pak Aryo Meidianto selaku Media Engagement OPPO Indonesia.

Keseruan Acara OPPO F1s Experience

Wefie Kelas Blogger di OPPO F1s Experience -dok group WA
Dea Tower 07.30 wib (15/8'16)
Sepagi ini Bloggers dan Jurnalis sudah berkumpul, di caffe yang ada di perkantoran Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan. Acara yang akan kami ikuti, adalah OPPO F1s Experience. Kami akan diajak merasakan sendiri, bagaimana sempurnanya berselfie dengan Kamera depan 16 MP OPPO F1s.
Satu wajah yang tidak asing bagi saya, adalah Pak Aryo Meidianto selaku Media Engagement OPPO Indonesia. Beliau cukup aktif, hadir di beragam acara yang berkaitan dengan OPPO Indonesia.
Sesuai rundown yang saya baca, perjalanan pertama menuju anjungan NTB TMII. Acara selanjutnya berpindah tempat, menuju OPPO BIG Bekasi. Sungguh saya memendam penasaran, mengapa musti pergi ke Bekasi. Jawaban itu akhirnya saya dapati, pada artikel kedua setelah ini (ditautkan pada akhir artikel).
Bloggers sudah saling mengenal, langsung saja rame dan seru saat bertemu. Masing- masing dengan pembawaan diri, saling melengkapi dan akrab. Tapi saya heran, kebersamaan terasa ada yang kurang tanpa ada Selfie. Maka aksi selanjutnya merapat, sembari semua mulut mangap (biar pas moment acara, anggap saja teriak "OPPO Indonesia ! hehehe)
"Gue pengin beli kamera N*K**(nama merk), kalau foto biar hasilnya bagus" celetuk satu teman saat berbincang.
Pikiran saya langsung membayang, sebuah kamera dengan alat zoom in zoom out. Membawa alat berharga ini, biasanya menggunakan tas khusus berbentuk kubus. Tas dengan dinding kaku, membuat kamera mahal lebih aman. Tapi satu sisi tak bisa dihindari, musti agak merepotkan saat membawa.
"Yang paling penting kitanya dulu belajar motret dengan baik, alat atau kamera itu bisa menyusul. Bobot sebuah foto itu, tergantung dari yang motret bukan alatnya" saran teman blogger yang memang jago jepret.
Sebagai pemula saya hanya mendengar, sekaligus mengamini kalimat terakhir. Apalagi seiring berkembangnya teknologi, smartphone semakin memperhatikan kualitas camera. OPPO F1s dengan kamera depan 16 MP, menggunakan kamera belakang 13 MP. Dengan layar ukuran 5.5 inchi dan ditur LED Flash, membuat selfie semakin expert.
Mengenai kualitas foto jangan diragukan, Mau bukti?
Saat bus baru bergerak, pak Aryo berdiri di tengah antar kursi penumpang. Beliau menunjukkan satu majalah masih disegel plastik, model di cover majalah dijepret dengan kamera OPPO F1s. (keren kan)
Satu lagi nih.
Panitia OPPO F1s Experience memberi tantangan, peserta melakukan selfie saat perjalanan di dalam bus. Hasilnya cukup meyakinkan, pun saat terjadi goncangan ketika roda bus berbelok atau menyentuh jalan terjal. Gambar dihasilkan cukup stabil, detil yang ditampilkan tak kalah bagus.
Saking kerennya hasil selfie, team 15 terdiri dari saya dan Iskandar (jurnalist) tak mau sekali upload foto selfie.
Foto pertama kami beri judul "Muka Ancur"
Selfie with OPPO F1s -dokpri
Foto kedua Judulnya "Selfi ngasal" accesoris yang ada disaut
Selfie with OPPO F1s -dokpri

Foto ketiga berjudul "Mencari pengakuan paman kandung" *jangan disangkutpautkan dengan kasus lain yak Hehe.
Mengerahkan Ide lain- dokpri

Sebenarnya masih ada beberapa, kalau diposting ketauan betapa narcisnya kami #Halah. Usaha kami tak sia-sia, saat diumumkan team 15 meraih predikat best selfie gokil.
Sesaat sebelum bus berangkat, Iman Auliya selaku Chief Editor ArenaLTE.com menyampaikan, "Community Experience seperti ini mejadi sarana bagi pengguna, khususnya gadget enthusiast baik itu komunitas blogger maupun jurnalist. Kesempatan membuktikan sendiri performa smartphone terbaru, maupun kualitas jaringan yang disediakan operator 4G LTE. Sementara bagi produsen atau operator, menjadi ajang untuk semakin dekat dengan pengguna potensial, sekaligus mendapatkan feedback yang berguna untuk pengembangan kedepan".
Iman Auliya , Chief Editor ArenaLTE.com sedang memberi sambutan- dokpri
Perjalanan ke TMII cukup tersendat, meskipun bus sudah melewati jalan TOL dalam kota. Sekitar enampuluh menit waktu tempuh, akhirnya kami sampai di anjungan NTB.
TMII 11.00 wib
Billy Abe, selaku Chief Product Officer BOLT turut hadir memberi pengantar "BOLT memberi service terbaik pada pelanggan, baik dari sisi kualitas maupun value added service".
Pada bulan oktober tahun lalu, beberapa aplikasi seperti apple melakukan speed test saat itu BOLT pada posisi ketiga. Namun pada maret, dilakukan speed test lagi peringkat satu dan dua menurun karena banyak pelanggan. Sementara BOLT speednya stabil, sehingga melesatkan pada peringkat pertama. Dua hal diperhatikan oleh BOLT,  yaitu kecepatan dan stabilitas yang terus difocuskan.
O'ya Bolt adalah provider 4G pertama di Indonesia.
Ki- Ka ; Aryo Meidianto (Media Engagement OPPO Indonesia) dan Billy Abe (Chief Product Officer BOLT) -dokpri
Pak Aryo menyambung bahasan tentang 4G, pada  tahun 2016 OPPO focus pada jaringan 4G. Hal ini atas dukungan prossesor, agar OPPO menerapkan 4G terbaik.
"Pada 2013 OPPO sebagai pengguna perangkat 4G pertama, tahun ini akan diperbanyak lini 4G" tambah Pak Aryo Medianto.
Trend 4G semakin hari semakin bagus, antusias konsumen semakin terasa. Menyikapi hal ini, OPPO merealisasikan pendirian OPPO Care. Termasuk memperhatikan masalah, yang kerap user alami biasanya pada layar. Harga layar memang relatif mahal, maka smartphone keluaran OPPO dicover asuransi hingga 85% dari harga.
"Jadi kalau handphone layarnya pecah, dengan asuransi dari OPPO bisa langsung diganti free" Ujar Pak Aryo.
Saatnya OPPO F1s Experience !
Melalui handphone OPPO F1s yang dibagikan, peserta harus upload gambar ke Instagram pribadi. Untuk proses upload, panitia sudah menyediakan jaringan BOLT yang super kenceng. Kami sama sekali tak kawatir, meski waktu disediakan hanya 30 menit.
Nah ini dia tantangannya ;
OPPO F1s Selfie Experience dengan tema Toys
OPPO F1s Selfie Experience dengan tema arsitektur
OPPO F1s Video Selfie
Kami 18 group berpencar, mencari angel terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik sekaligus reward yang disediakan. Berikut hasil yang ditampilkan di medsos, saya pilih secara random saja ya (gak hapal dari team berapa).
Toys versi team 15 



Arsiterktur team 15 


Arsitektur team 15
Setelah dipilih dan dicermati para juri, pemenang untuk Toys team 18, pemenang untuk tema arsitektur adalah team Kang Arul + M Kholis , sementara untuk video selfie adalah team Coretan mas Dede + Icha.
Team OPPO F1 Experience siap menuju Bekasi - dok group WA
Keseruan acara OPPO F1s Experience belum selesai, seperti informasi pada awal artikel kami berangkat menuju Bekasi.  Jadi ikuti terus ya, keseruan OPPO F1s Experience. - Selanjutannya di SINI

14 Sep 2016

Kuliner "Ndeso" Tapi Ngangeni


Setelah hampir seperempat abad jauh dari tanah kelahiran, belum penah saya jumpai makanan khas kampung halaman. Kampung terpencil yang asri dan damai, perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Secara teritorial berada di wilayah Kabupaten Magetan, kota ini sempat menanjak nama ketika sosok Dahlan Iskan kala itu menjadi mentri.
Mbah pemilik angkringan - dok group WA
Kuliner ini benar-benar khas, belum saya jumpai meski dimanapun termasuk ibukota Jakarta. Sampai saya menaruh curiga, jangan jangan hanya di Magetan diolah makanan khas ini. Setiap kali bersua kawan lama di medsos, tak ayal kekangenan kampung halaman menyeruak. Saat  membahas tentang kuliner, makanan jenis ini menjadi bahan obrolan.
Satu teman yang masih bermukim di Magetan, berbaik hati pergi ke angkringan membeli seporsi dan difoto. Tak ketinggalan nenek penjualnya, dijadikan obyek bidikan fotografer amatir. Semakin sempurna kekangenan, pada kampung halaman dan makanan masa lalu.
Konon empunya warung satu garis keturunan, resep bumbu rahasia diwariskan secara alami. Saat anak pemilik angkringan menginjak remaja, lazimnya mulai diajak berjualan setiap malam. Sang anak membantu pekerjaan apapun, mulai menggoreng, menyediakan bumbu, menjadi waiters bahkan mencuci gelas dan piring. Nah pada moment panjang inilah, ilmu meramu bumbu ditularkan. Bukankah cara efektif transformasi ilmu, dengan praktek secara langsung.
Seiring perjalanan melihat dan praktek, niscaya mahir menguleg bumbu. Hal ini biasanya dibarengi terbentuk insting, utamnya dalam menakar bumbu. Ketika urusan bumbu yang notabene menjadi ruh masakan dikuasai, pertanda kesiapan sang anak menjadi pemegang tongkat estafet.
Pada tahap ini generasi pendahulu, perlahan bersiap mengambil masa pensiun. Kelanggengan angkringan tak lagi dikawatirkan, mengingat keahlian yang sama sudah dipegang penerusnya.
Adalah tepo tahu, makanan sederhana yang  selalu memantik kekangenan. Setiap kesempatan mudik, makanan murah meriah saya temui usai maghrib. Biasanya dijual diemperan toko yang sudah tutup, tepatnya di seberang lapangan bola atau pasar desa.
Tepo atau istilah populernya lontong, di daerah kami dimasak dengan cara lama menggunakan pawon (tungku). Sejak dulu sampai era kekinian, tampilan tepo begitu konsisten. Berbalut daun pisang, dibentuk seperti piramida bertubuh tambun. Proses masak memakan waktu tak sebentar, tepo "bertapa" dalam kuali gelap berjelaga mulai malam hingga pagi.
Saya pernah melihat Ibu masak tepo, saat anak anaknya pulang kampung. Beras yang sudah dibungkus daun pisang, mulai masuk kuali sekitar jam 20.00 - 21.00 sampai keesokan hari. Pada saat proses memasak tepo, stabilitas api terus dijaga agar tak terlalu kebesaran atau kekecilan. Karena masak dengan tungku, maka sumber panas dari kayu bakar. Nah kayu inilah yang ditarik ulur, sehingga panasnya tetap terjaga. Jangankan saat api masih nyala, pun setelah menjadi bara tingkat panas diperhatikan agar tepo matang maksimal.
Biasanya setelah tepo dinyatakan matang, agar tetap tanak tak segera diangkat dari tempatnya. Kuali dibiarkan nonkrong diatas mulut pawon, sampai bara api padam dengan sendiri. Kalau bara lenyap menjadi abu, barulah tepo siap dientas dari posisi semula. Daun pisang berubah warna hijau matang (seperti bungkus arem arem), rasa tepo menjadi khas karena zat hijau daun (klorofil) menempel di bagian pinggir tepo.
Saat dihidangkan, tepo diiris setengah lingkaran atau persegi empat tak sama sisi. Agar tak terlalu besar, rata-rata ketebalan tepo sekitar 1 - 2 cm. Barulah dicampur seperti serbuk, ditimpa gorengan tahu dan tempe diiris bentuk dadu. Langkah selanjutnya disiram air bawang dan bumbu, kemudian disiram lagi kecap kental manis. Saat kecap berbaur ari bawang, kekentalannya berubah menjadi encer.
Tampilan Tepo Tahu 

Pada bagian penutup, ditaburi bawang goreng, kacang goreng, potongan selada dan tauge. Kalau pengin lebih lengkap lagi, paling atas ditutup dengan telor ceplok (optional). Entahlah kenapa disebut tepo tahu, padahal ada campuran tempe juga. Tahu-tahu saya harus bilang nama itu, karena ibu juga yang memberi informasi.
Masalah harga jangan kawatir, seporsi tepo tahu lengkap tak perlu merogoh kantong terlalu dalam, Satu porsi dibandrol lima atau enam ribu rupiah, kalau tidak pakai telor pasti sedikit dibawah angka tersebut. Harga relatif murah ini cukup konsisten sesuai jaman, dulu tahun 80-an waktu generasi pertama pembuat tepo tahu mematok harga 100 - 200 rupiah. Pada periode 90-an harga berubah sekitar seribu - duaribu rupiah, naik lagi sekitar tiga - empatribu dan update harga sekarang masih tetap digolongkan kategori murah.
Saat ini penjual tepo adalah generasi seusia saya, dulu sang penjual saat SD tiga tingkat di atas saya. Memebli diangkringan tepo tahu, bagi saya adalah nostalgia. Tak hanya menikmati sepiring tepo tahu, tapi berbagi cerita dengan penjualnya.

Mungkin anda juga punyai makanan khas, yang tak didapati di perantauan. Bisa jadi anda bernasib sama, didera perasaan kangen dan terbayang bayang. Dengan kuliner yang kesannya "ndeso", tapi tetap saja ngangeni.