Berapa usia ideal anak untuk masuk PAUD ?
Saya yakin jawaban anda sama dengan saya, usia sekitar
empat atau lima tahun. Jawaban anda tidak salah, karena pertimbangan usia
sekolah memang begitu.
Siang ini Rabu 4/5'16 saya menjumpa anak-anak, berada tak jauh dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah Bantar Gebang- Bekasi.
Siang ini Rabu 4/5'16 saya menjumpa anak-anak, berada tak jauh dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah Bantar Gebang- Bekasi.
(kiri-kanan) Ahmad, Faqih dan Alif, anak-anak Paud Tunas Mulia Bantar Gebang- Bekasi (dokumentasi pribadi) |
Anak-anak ini memakai celana training dan kaos
lengan panjang, berwarna merah marun berpadu sleret warna kuning di bagian
pinggir. Pada kaos bagian belakang atas,
tertulis "PAUD Tunas Alam" Bantar Gebang Bekasi.
Tiga nama anak saya ketahui setelah berkenalan, mereka adalah Ahmad 6
tahun, Faqih 7 tahun dan Alif 6 tahun. Mereka masih PAUD bukan TK, kalau anak
saya atau anda mungkin usai 6/7 sudah TK B atau ada yang kelas satu SD. Dari tiga anak itu saya ajak bercanda, sembari
main tebak-tebakkan membaca. Ahmad usia 6 tahun, lumayan lancar membaca tulisan
di atas buku notes saya. Sementara Alif agak terbata-bata, Faqih harus mengeja
huruf per huruf dibantu dua temannya.
Bisa jadi anak-anak lain di wilayah ini, masih
kesulitan membaca karena tidak memiliki kesempatan belajar.
Nadham Dwi Subekti selaku pendiri sekolah Tunas
Mulia, mengakui kepeduliannya berangkat dari rasa keprihatinan. Orang tua di
daerah TPA, enggan menyekolahkan anak-anaknya. Kebanyakan anak-anak dari kecil
diajak menjadi pemulung, yang nyata-nyata dianggap menghasilkan uang dengan
cara instan.
Banyak penemuan barang di TPA oleh pemulung, yang
membuat mereka tergiur. Pernah mendapati uang di bundel dibungkus dalam
plastik, entah sengaja atau tidak dibuang pemiliknya (bisa jadi uang panas). Atau
kalau sedang nasib mujur, menemukan emas dalam bentuk perhiasan.
Namun pada waktu berlainan, ditemukan barang
menjijikkan seperti potongan tubuh manusia atau mayat bayi. Selain itu masalah sosial
dan kebiasaan juga terjadi, seperti terjadi longsor sampah, larangan sekolah,
makanan sampah, pernikahan dini.
Oo0oO
Wings Corporation,
perusahaan penghasil produk- produk makanan, minuman, perawatan rumah dan
perawaran tubuh, melalui Yayasan Wings Peduli
Kasih. Mendukung sepenuhnya upaya Pak Nadham, untuk kehidupan yang lebih
baik warga Bantar Gebang melalui jalur pendidikan.
Dalam rangka hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei, Wings
Peduli Kasih bersama Econity90 sebuah yayasan sosial anggotanya lulusan Fak
Ekonomi UI tahun 90. Secara khusus memberi bantuan, berupa pendirian fasilitas bangunan
permanen kelas baru untuk Sekolah Alam Tunas Mulia - Sumur Batu - Bantar Gebang
Bekasi.
Pada kesempatan yang sama diluncurkan, buku "Impian
dari Negeri Sampah" karya Nadham Surbekti. Dalam buku ini ditulis 43 kisah
nyata, kehidupan sehari-hari warga Bantar Gebang dikiaskan dengan "Negeri
Sampah". Buku yang akan dijual secara luas ini, royalti sang penulis akan
digunakan untuk kegiatan di sekolah Tunas Mulia.
Usai pengguntingan pita, dilanjutkan meninjau kelas baru. (ki-ka) ; Nadham Surbekti, Rahmat Susanta, Hirajati Natawirya, Gabriella da Silva dan Topik Aji Mulya (dokumentasi pribadi) |
Prosesi pengguntingan pita, dilakukan Direksi PT
Sayap mas Utama yaitu Hirajati Natawirya, Perwakilan Econity90 Rahmat Susanta dan
Nadham Subekti sebagai pendiri sekolah. Turut mendampingi prosesi peresmian, Topik
Aji Mulya, selaku Lurah Sumur Batu bantar Gebang dan Gabriella da Silva selaku
Public Relation Head PT. Sayap Utama.
Setelah prosesi singkat di depan tangga, kami masuk
ke kelas Sekolah Tunas Mulia. Bangunan kelas terdiri dari dua ruang, disekat
dengan pintu lipat bercat putih.
Mendadak saya membayangkan Ahmad, Faqih, Alif dan
teman-temannya mereguk ilmu di kelas ini. Wajah-wajah polos dan ceria belajar,
untuk menuju perubahan masa depan tunas bangsa ini. untuk anak seusia tiga nama
yang saya kenal tersebut, smestinya sudah lancar membaca sehingga bisa belajar
ilmu lainnya.
Gunungan Sampah tampak begitu keluar dari Kelas (dokumentasi pribadi) |
Begitu keluar dari ruang kelas, saya bisa saksikan langsung
gunungan sampah tak jauh dari Sekolah Tunas Mulia. Konon sampah inilah,
merupakan "sumbangan" dari warga Jakarta. Dalam sehari bisa mencapai empat
sampai tujuh ton sampah, dikirim dengan truk besar ke tempat di hadapan saya.
"saya terinspirasi dengan kisah yang ada di buku
Pak Nadham, semoga langkah kecil yang dilakukan Wings dapat membantu memotivasi
anak-anak Bantar Gebang, khususnya Sekolah Tunas Mulia untuk belajar lebih giat
dan kami menghimbau masyarakat lain di luar sana dari perusahaan maupun
instansi pendidikan untuk turut serta memberikan sumbangsih dalam bentuk moral
dan materi kepada anak sekolah Tunas Mulia demi masa depan generasi penerus
bangsa yang lebih baik. Kami juga mengapresiasi para guru, pahlawan tanpa jasa
yang telah mengajar anak-anak dengan kasih dan tulus ikhlas" Ujar Aristo Kristandio
Representative Yayasan Wings Peduli Kasih
Nadham yang kami temui secara terpisah mengungkapkan,
"satu hal penting yang harus ditanamkan pertama kali, adalah keinginan
atau cita-cita. Kalau mereka punya mimpi, akan membangkitkan semangat
menggapainya".
Akhirnya kami sampai ujung acara, mobil yang
mengantar kami ke tempat ini sudah siap membawa kembali ke Jakarta. Semangat Pak
Nadham dan anak-anak di Tunas Mulia, mengingatkan saya pada lagu dalam film
Laskar Pelangi. "Mimpi Adalah Kunci Untuk Kita Menaklukkan Dunia"
(salam) Tak Boleh terlewatkan adalah Wefie (gambar dari FB Elisa Koraag) |