Saya tahu nama Azerbaijan, dari buku yang mengisahkan hidup Umar bin Khatab. Adalah sahabat utama Kanjeng Nabi SAW, yang semasa kekhalifahannya berhasil menaklukan Azerbaijan.
Kemudian takdir mengantarkan saya, berkunjung di kantor kedutaan Azerbaijan di Jakarta. Tepatnya di daerah Kuningan Jakarta Selatan, di perumahan elit tak jauh dari Mall Ambasador.
Mencari alamat kantor Kedutaan tidak sulit, daerah Kuningan daerah di pusat kota. Saya terbantu google map, dengan ojol sangat mudah mengenali. Yaitu bendera tiga warna – biru muda, merah dan hijau, dengan gambar bulan dan bintang (warna putih) di tengah, berkibar di halaman kantor kedutaan.
Meski di komplek perumahan, memasuki kantornya terasa suasana formal-nya. Musti mematuhi prosedur, yaitu lapor security dan meninggalkan kartu identitas diri.
Azerbaijan, negara
dengan ragam multikulturisme, didiami perwakilan kelompok etnis dan agama,
semua hidup berdampingan, sangat toleran dan damai. Dari prosentase, muslim
Azerbaijan mendominasi dengan jumlah sekitar 10 juta jiwa.
Ide multikulturisme terus didengungkan, kemudian masyarakat turut aktif menjadi penggiat keberagaman, baik di dalam maupun di luar perbatasan Azerbaijan.
Salah satu
wujudnya, terdapat salah satu masjid tertua didunia. Adalah Masjid Juma
dibangun tahun 743, berada di salah satu kota kuno Azerbaijan. Selain itu ada salah
satu gereja tertua di dunia, gereja Albanis Kaukasia di kota Shaki Azerbaijan. Di
kota Baku juga berdiri kuil Api, tempat
beribadah agama Zoroastrisme.
Keberadaan aneka tempat ibadah, wujud kebebasan menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan, menjadi cermin keragaman dan dilindungi oleh negara.
Tahun 2016 ditetapkan
sebagai tahun Multikulturaslisme, dan tahun 2017, ditetapkan sebagai Tahun
Solidaritas Islam. Beberapa acara penting diselenggarakan di Azerbaijan,
seperti Forum Kemanusiaan Internasional Baku, Pertemuan Pemimpin Agama Dunia,
Forum Dialog Antarbudaya dan masih banyak event
internasional lainnya.
Azerbaijan sendiri, adalah anggota Organisasi Kerjasama Islam dan Dewan Eropa. Tahun 2008, Presiden Republik Azerbaijan, H.E Ilham Aliyev memprakarsai proses baku. Saat ini ide sang Presiden dihargai masyarakat internasional, tahun 2018 akan menjadi ulang tahun ke sepuluh Prosess Baku.
Apa itu Proses Baku ? Adalah pertemuan
tahun 2008, dihadiri para mentri negara anggota Dewan Eropa dan mentri dari
negara Organisasi Kerjasama Islam. Secara keseluruhan mencapai 100 lebih
negara, berdialog tentang upaya menangani hubungan antar budaya.
-------
Membincang Azerbaijan, tak
lengkap tanpa membahas kota Naftalan, yang menjadi sumber minyak. Kota ini terletak
di 320 km sebelah barat ibukota, berjarak 50 km sebelah tenggara ancient ganja.
Tahun 1890, Konsesi Jerman E. Eger membeli sebidang tanah, kemudian menggali
sumur sedalam 250 m dan memulai memproduksi minyak.
Namun Eger kecewa, ternyata di dalam sumur tidak ada kandungan bensin. Eger yang diambang kebangkrutan, menjumpai orang berbondong-bondong pada musim panas. Mereka berendam, dalam bak mandi yang diisi minyak.
Minyak di Naftalan
adalah jenis minyak naphthenic atau sebagai bahan obat. Naftalan berisi
sejumlah resin, naphthenic dan aromatic hidrokarbon. Minyak diekstraksi secara
manual, diolah dengan beberapa tehnik pengobatan penduduk setempat.
Kemudian Eger
mendirikan pabrik kecil, memroduksi salep dari minyak yang tidak mudah
terbakar. Semakin lama produksi berkembang, bahkan bahan bakunya sampai
diekspor ke Jerman. Salep Nafthalan bisa menyembuhkan hampir semua penyakit. Digunakan
tentara Jepang untuk pengobatan luka dan luka bakar, pada perang Rusia- Jepang
tahun 1904- 1905.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA