30 Jan 2025

Tinggal di Rumah Kontrakan atau Rumah Mertua ?

Setelah resepsi rampung, maka kehidupan nyata telah terbentang. Pasangan suami istri baru, sangat banyak "pekerjaan rumah" menunggu.  Ada saat menikmati bulan madu, sebelum pahit getir hidup dihadapi berdua.

Kemudian ada kebutuhan dipenuhi, berdua suami dan istri membutuhkan tempat tinggal. Sebagai sebuah keluarga baru, sebaiknya tinggal terpisah dari orang tua.

Mungkin ada orang tua, memberati langkah menyediakan satu ruangan khusus untuk anak menantu. Ragam alasan dibalik ajakan tersebut, mungkin anak semata wayang, atau rumahnya luas dengan banyak kamar.

Ajakan menetap di rumah orang tua, kepada anak sudah menikah sangat wajar. Umumnya mereka belum siap, melepas pergi anak kesayangan. Padahal siapapun tak akan pernah siap, kalau tidak memaksakan diri atau dipaksa keadaan. 

Kalau si anak manut disetujui pasangan, menetap di rumah ibu dan ayah menjadi pilihan. Tapi bagi yang tidak setuju, musti mencari cara agar keputusan menyenangkan semua pihak.

Tinggal di rumah orang tua, mungkin tidak masalah bagi anak kandung, Tetapi bagi anak menantu—apalagi laki-laki, tentu menangung perasaan kurang leluasa.  Ada adat kebiasaan belum diketahui menantu, karakter asli juga belum nampak.

Hidup adalah pilihan

Artikel ini, tidak ingin membahas tentang benar dan salah tinggal di rumah mertua. Karena setiap pilihan sifatnya personal, membawa resiko sendiri-sendiri. Mau tinggal dengan mertua, atau bersikukuh tinggal terpisah tentu masing-masing ada konsekwensi.

Tak sepenuhnya benar, di rumah mertua selalu enak. Namun juga tidak sepenuhnya benar, menantu tinggal bersama mertua tidak nyaman. Semua keadaan sangat kasuistis, tergantung setiap orang bisa menyikap.

Saya termasuk type, lebih nyaman tinggal terpisah. Sedari awal memperhitungkan resiko, suka duka tinggal dikontrakkan. Perlu alasan kuat meyakinkan istri, agar luluh ikut kemauan suami. Bahwa dengan hidup mandiri, mental akan terbangun, belajar menghadapi onak duri kehidupan berumah tangga.

Keadaan yang kecil kmungkinan terjadi, apabila tinggal di rumah orang tua. Ibu dan atau ayah tidak lega, melihat anaknya merana makan sradanya. Mereka dengan kerelaan sendiri, akan bergegas membantu keluarga anaknya. 

Tinggal terpisah, bagi saya bisa menjadi peluang seorang lelaki. Berproses menjadi nahkoda, mengendalikan laju kapal bernama rumah tangga.

Sedikit demi sedikt membeli kebutuhan rumah tangga, rasa puas itu tidak tergantikan dengan apapun juga. Sedangkan tinggal bersama mertua, musti siap dengan kemungkinan campur tangan orang tua.

Sejauh yang saya lihat dan rasakan, seorang suami musti berani menghadapi resiko atas pilihan. Sebaik pilihan, adalah pilihan yang menguatkan mental dan sikap dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA