Ada yang merasa, pernah bahkan kerap mengkhianati diri sendiri?
“Hmmm,
.. tapi bukankah setiap orang sayang diri sendiri?”
Saya
percaya, setiap kita pasti mencintai diri sendiri. Buktinya, kita rela melakukan
apapun untuk memenuhi keinginan. Berjibaku dengan kesibukan, berangkat di pagi
buta, pulang saat langit sudah gelap. Itupun masih ditambah stres, melewati macet
di jalan raya.
Pendek
kata, apapun dilakukan diupayakan. Demi membuat diri sendiri, bisa hidup nyaman
sesuka hati. Membeli apapun bisa, berkat kerja keras tak kenal lelah.
Saat pagi di akhir pekan, tiba waktunya membayar kelelahan. Maunya bagun siang, panjang tidur bermalas-malasan. Makan dan minuman sambil rebahan, memesan menu enak diantar kurir.
Bagi
yang bujang, jam makan siang ngumpul bareng gengs. Tak ketinggalan foto bareng,
untuk update sosmed. Senyum sumringah tak pernah lepas, sebelum senin kembali
datang.
Eit’s tunggu dulu, sering di zona nyaman bukannya justru melenakan. Kalau tidak mawas diri, yang ada akan tergelincir.
“Page
13 of 366- Januari 2024”
Januari
nyaris setengah jalan, hari hari melaju bak larinya peluru. Benar-benar, waktu
sedemikian lekasnya. Yang tertinggal, adalah perasaan tanpa terasa dan tanpa
terasa.
Saat menulis artikel ini, saya adalah orang yang sedang belajar konsisten. Bertanggung jawab pada pilihan, sekaligus menunaikan sebaik-baiknya. Bahwa memilih sebuah bidang pekerjaan, musti dibarengi ketekunan dan kesungguhan.
Selayaknya
penjual mie ayam, rela bergerak ke pasar sebelum subuh. Membelanjakan modal
dipunya, dibelikan ayam, sayuran, bumbu-bumbuan dan bahan lainnya.
Sepulang belanja disambut kesibukan baru, bersibuk di depan tungku untuk mengolah kuah kaldu. Memasak daging ayam, sampai kadar empuk tertentu. Membuat adonan bumbu, menjadi kunci kelezatan dagangan.
Tugas
penjual mie ayam belumlah usai. Setelah semua matang, segera ditata rapi di
gerobak atau lapak. Yang jualan keliling, musti menyiapkan energi mendorong
gerobak. Yang jualan di tempat, musti mengatur tempat.
Memantaskan diri mandi bersih, menunjang penampilan dengan pakaian pantas. Tak kalah menjemukan, adalah menunggu konsumen datang. Seharian dilalui dengan telaten, melayani pembeli kadang ramai kadang sepi.
Itulah,
tanggung jawab seseorang penjual mie ayam. Melalui waktu demi waktu, dalam
rentang tak terbilang masa dan usia.
Saya punya tetangga penjual mie ayam, berjualan dari bujang sampai sekarang punya anak bujang. Profesi yang telah dipilih, dengan setia dijalani ditekuni.
Jangan Suka Khianati Diri – Catatan 13 of
366 – Januari 2025
Orang yang mencintai diri, adalah yang menjalani setiap pilihan dengan sungguh. Karena mengabaikan pilihan, seperti halnya menyia-nyiakan waktu. Padahal lajunya hari, tak seorangpun bisa mengganti.
Persis
seperti penjual mie ayam, merajut hidup dengan seputar mie ayam. Pun pengemudi
ojol, pegawai negeri atau pegawai swasta, pembuat konten, dan lain sebagainya. Marilah,
mengerjakan jalan dipilih dengan sebaik-baiknya.
Page
130 of 366 bagi saya yang blogger atau pembuat konten. Seharusnya dibarengi,
dengan tayangan tulisan atau video di akun medsosnya. Jujurly, saya masih belajar
dan terus belajar soal tanggung jawab dengan pilihan.
Saya mengisi hari ke hari, dengan layaknya keseharian pembuat konten (yaitu menulis atau editing video). Tertatih-tatih saya menjalani proses itu, saya menganggap sebagai perjuangan kehidupan.
Bagi
saya, pekerjaan apapun idealnya sebagai medan peperangan. Yang penjual mie
ayam, pengemudi ojol, guru sekolah dasar, perawat puskesmas, tukang parkir,
dosen, tentara, pun pembuat konten. Masing-masing, telah tersedia lahan
juangnya.
Setiap
orang akan diseleksi oleh alam, yang berhasil adalah yang setia dan
bersungguh-sungguh. Adalah mereka yang tahan banting, adalah yang tidak mengkhianati
diri.
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA