Film
horor terbaru Visinema Pictures dan Legacy Pictures, berhasil mencuri perhatian.
Kisahnya yang menegangkan, relevan dengan isu sosial. Kisah tumbal pabrik, diangkat
dari thread viral karya Yosep Anggi Noen.
Film
Hutang Nyawa , membawa angin segar sekaligus teror mencekam ke dunia film horor
Indonesia. Mengisahkan Erwina (Taskya Namya), seorang ibu yang terjebak dalam
situasi hidup atau mati ketika keluarganya terlilit hutang.
Demi
menyelamatkan anaknya, Erwina bekerja di sebuah pabrik tua yang menyimpan
rahasia kelam. Hingga akhirnya, menghadapi hantu-hantu dan teror yang mencekam.
Angga Dwimas Sasongko, produser Hutang Nyawa, merasa tertarik mengadaptasi thread viral. Karena ceritanya punya kekuatan naratif yang unik, diangkat ke medium film agar lebih banyak orang yang sadar.
Hutang
Nyawa menyajikan gambaran kelam, tentang ambisi manusia yang bisa menelan
korban. Film ini menggali realitas sosial sering terabaikan: nasib buruh kerap
menjadi tumbal, baik secara literal maupun metaforis, dalam mengejar keuntungan
segelintir pihak.
“Saya ingin menghadirkan horor yang bukan hanya menyeramkan, tetapi juga berbicara tentang isu sosial yang dekat dengan banyak orang,” ujar Bill selaku Produser.
Sementara
itu, Taskya Namya menambahkan, “Kita sering berpikir kerja keras itu cukup
untuk bertahan hidup. Tapi di pabrik ini, kerja keras bisa berarti kematian.
Itu yang membuat cerita Hutang Nyawa begitu menyeramkan dan relevan.”
Rachel Vennya, yang memerankan Tri, merasakan aura mistis lokasi shoting. “Ada momen saat uji nyali di lokasi, saya benar-benar merasa diganggu oleh sesuatu. Syuting film horor pertama saya ini jadi pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan,” ungkapnya.
Sebelum
premiere, Hutang Nyawa menyelenggarakan Midnight Screening di 13 kota, termasuk
Jakarta, Surabaya, dan Makassar.
Sambutan hangat dari penonton menegaskan betapa film ini mampu menghadirkan pengalaman horor di kehidupan nyata.
Jangan
Lewatkan Teror Pabrik yang Mencari Tumbal, di Layar Lebar bisokop kesayangan. Saksikan
bagaimana Erwina menghadapi teror di pabrik tua, yang menjadi saksi bisu ambisi
kelam manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA