Siapa
tak senang, berada di posisi serba beruntung. Pas membutuhkan sesuatu, semesta
mendukung hajat tersebut untuk terwujud.
Datangnya dari pintu tak disangka, yang sulit dicerna otak manusia.
Setalah
setengah abad menghirup nafas di alam fana, kadang saya merenungi
kejadian-kejadian spesial. Kejadian yang diaminkan semesta, pada orang-orang
tertentu.
Pada
beberapa orang yang saya kenal baik, punya kebiasaan berorientasi kemanfaatan
sekitarnya. Bagi saya teman-teman ini, orang-orang yang berusaha selesai dengan
diri sendiri.
Mereka
telah (bisa dibilang) mewakafkan diri, waktu,tenaga, pikiran, bahkan biaya
untuk dibaktikan kepada sesama. Memilih hidup dalam kesederhanaan, menomorduakan
ego dikelola sedemikian rupa.
----
Membaca buku Shirah Nabawiyah, saya seperti diajak mengenal lebih dekat Baginda Nabi SAW. Dikisahkan Abdullah bin Abdul Muthalib—ayahanda Rasulullah SAW-- semasa kecilnya pernah mengalami keajaiban. Yaitu hendak dikorbankan di depan Kabah, demi menunaikan nadzar sang ayah (kakek Rasulullah).
Dipersaksikan masyarakat dan pemuka Mekkah, nadzar tersebut akhirnya digantikan tebusan sekian ratus onta. Anak yang ditebus ini setelah dewasa menikahi Aminah, melahirkan manusia sempurna pembawa rahmat bagi alam.
Rasulullah
SAW, semasa kanak-kanak penuh keajaiban. Dadanya dibelah malaikat, dibersihkan
dari segala keburukan. Perjalanan penuh liku itu, hingga memeroleh wahyu
kenabian.
Peristiwa hijrah ke Syam dan dikejar kaum musrikin, tentu sangat familiar. Beliau dan sahabat bersembunyi di sebuah gua, keajaiban dialami dengan rumah laba-laba.
Melihat
itu kaum musrikan urung masuk gua, secara logika mustahil ada orang di dalamnya.
Mustahil jaring laba-laba utuh, kalau ada dilewati orang.
Selembar demi selembar, buku yang ditulis Prof. Muhammad Ridha saya telusuri. Beberapa bagian saya baca ulang, tersebab saya tertarik dengan kejadian atau cara penyampaian.
Sepanjang kehidupan Kanjeng Nabi penuh hikmah, bertabur keajaiban karena setiap keputusan Beliau diaminkan semesta.
Berkawan
dengan Keajaiban
Saya berkawan baik, dengan pengelola Pondok Lansia dan Ustad pendiri Rumah Tahfidz. Di mata saya, kedua orang baik yang mewakafkan diri untuk kemanfaatan orang lain.
Dan dari keduanya, saya mendengar kejadian penuh keajaiban. Kejadian yang secara akal manusia, susah dipahami.
Pernah
warga protes, keberatan Pondok Lansia di perumahan mereka. Dari awal pendiriannya,
pengurus mengontrak rumah warga.
Keajaiban
datang tiba-tiba, saat protes sedangada seorang tamu menawarkan lahannya di
daerah Tiga Raksa.
Teman ini menyanggupi, dan membayar kalau ada uang. Si pemilik lahan mengiyakan, bisa pindah setelah msa kontrak selesai.
Keajaiban
terjadi lagi, kali ini di Rumah Tahfidz yang membutuhkan lekar (meja mengaji).
Suatu saat ada pengurus komunitas, menyalurkan nasi kotak jumat. Setelah kegiatan,
team Komunitas menawari donasi mushaf Qur’an.
Tawaran bersambut, mengingat stok Qur’an banyak tercetus ide pengadaan lekar. Komunitas membuka penggalangan dana, untuk peralatan tersebut.
Hari
sabtu japri minggu open donasi, senin order lekar dan selasa dikirim dari Jawa
Tengah. Hari kamis paket sampai, dan di hari Jumat lekar diserahterimakan. Sungguh,
keajaiban tampak di depan mata.
Dari pertemanan ini, saya tercerahkan satu hal. Bahwa keajaiban bisa dialami, ketika orang menyediakan diri sebagai jalan kemaslahatan. Skala kemanfaatan sesuai kemampuan, yang penting istiqomah.
Ketika
semua dilakukan dengan tulus, niscaya semesta mengaminkan untuk setiap hajat
yang berorientasi untuk orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA