Kulit
ceker ayam bagi sebagian besar orang, dianggap menu murmer (murah meriah).
Kalau di daftar menu, biasanya ada di bagian bawah.
Siapa
nyana, kulit ceker ayam yang dipandang sebelah mata, justru menarik perhatian
Nurman Farieka Ramdhany.
Di
tangan anak muda ini, kulit ceker ayam dikreasikan sedemikian rupa. Sehingga
memiliki nilai yang tinggi, diterima masyarakat luar. Tidak sebagai menu
makanan, tetapi dijadikan sepatu.
Ya, sepatu berbahan kulit ceker ayam, sekilas terkesan aneh dan unik. Saya sendiri penasaran, seperti apa penampakannya. Sepatu buatan Nurman, berhasil menembus market nasional hingga internasional.
Atas
inovasi dan terobosannya ini, mengantarkan pemuda asal Bandung ini, meraih
apresiasi SATU Indonesia Awards 2019.
------
Saya
yakin, kita semua kerap mendapati. Sepatu pada umumnya di pasaran, berbahan
kulit sapi, kulit kambing atau domba. Kalaupun ada sepatu bahan lain, yaitu dari
kulit ular atau kulit buaya.
Harganya cukup fantastis, kulit ular dan buaya termasuk langka, butuh effort lebih mendapatkanya. Di satu sisi keberadaan ular dan buaya, mulai menjadi concern para pemerhati satwa. Eksosistem binatang langka, mulai dijaga keberlangsungannya.
Dan
pemanfaatkan kulit ceker ayam, sebagai bahan dasar sepatu. Merupakan sebuah
inovasi yang cukup cerdas, bahkan tidak banyak orang yang memikirkannya. Apalagi
ceker ayam ketersediaannya melimpah, biasanya hanya untuk dikonsumsi.
Pemanfaatan kulit ceker ayam sebagai bahan sepatu, otomatis memiliki multiflyer effect. Menonjolkan eksotisme pengganti kulit reptil, membantu pengurangan berburu buaya dan ular. Dan hal ini menjadi strong selling, meningkatkan branding produk.
“Mayoriti
material (kulit ular dan buaya) yang disediakan di Indonesia adalah material
dari perburuan liar,” jelas Nurman
Di Tangan Nurman Farieka Ramdhany Kulit Ceker Ayam Menjadi Bernilai
Kali pertama mendengar, sepatu berbahan kulit ceker ayam, rasanya mustahil. Tetapi nyatanya, bahwa sepatu tersebut ada keberadaannya. Dibuat oleh Nurman Farieka Ramdhany sejak 2012, yang kemudian diberi label brand Hirka.
Ide sepatu kulit ceker ayam, sebagai upaya Nurman membantu mengurangi masalah perburuan liar. Yaitu berburu ular dan buaya, demi mendapatkan kulit eksotik.
Nurman berinovasi mengembangkan material
utama kulit ceker ayam, sebagai alternatif kulit ular dan buaya. Tentu tidak mudah, menengejawantahkan
ide sepatu kulit ceker ayam.
Proses panjang dilalui Nurman, sebagian besar pembuatannya secara home made. 4 tahun lebih melalakukan riset, mencari untuk pengadaan material, memproduksi dan kemudian distribusi.
Banyak yang menyangsikan, apakah sepatu kulit ceker ayam bisa diproduksi dan diterima di pasaran. Saat akan dimulai produksi, berhembus isu akan masuk ke Indonesia produk serupa dari luar negeri. Bahkan produk ekspor tersebut, berani mematok harga yang lumayan terjangkau.
Semua keraguan dan kekawatiran ditepis
Nurman, dibarengi belajar dan tak henti.
Trial and eror terus dilakukan, guna mendapatkan hasil yang sesuai
standar pasar. Hingga poduksi pertama sepatu kulit ceker ayam,
dimulai dengan jumlah terbatas yaitu 100 pasang per-bulan.
Tahun 2017 brand Hirka Shoes diikutkan pameran INACRAFT, konsep yang unik berhasil mencuri perhatian pengunjung. Selepas pameran terjadi peningkatan pesanan, jumlah produksi meningkat dua kali lipat, menjadi 200 pasang per-bulan.
Nurman mendeliver sebuah karya, yang bisa
dinikmati orang lain. Tidak hanya ke-eksotikan kulit ceker ayam, tetapi juga
luxury sekaligus eksklusifitasnya.
Selain diminati konsumen dalam negeri, juga dinikmati konsumen di Malaysia, Brasil, Prancis, Hongkong, dan Singapura.
“Maka kita melakukan research untuk mengeluarkan inovasi, dan alhamdulillah itu direspon oleh teman-teman,” ujar Nurman.
----
Saya mengira, sepatu kulit ceker ayam
lebih murah dibanding bahan kulit sapi atau kulit kambing. Perkiraan itu tidak
sepenuhnya benar, harga tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan, proses produksi
sepatu kulit ceker ayam lebih panjang dan lebih rumit.
Mulai pemisahan kulit dengan tulang, proses pewarnaan agar eksotik, pembuatan model, menjahit pemasangan sol dan sebagainya.
“Produk kita diapresiasi lebih oleh warga internasional. Di 2019 itu kita diliputi dalam dan luar negeri,” ungkap Nurman.
Tembusnya brand Hirka Shoes ke pasar
ekspor, menjadi motivasi luar biasa bagi Nurman Farieka. Selanjutnya ingin
mengembangkan, sepatu kulit ceker ayam yang terjangkau pasar dalam lingkup lebih luas.
Sejalan dengan keinginan tersebut, maka Nurman telah menyusun rencana strategis. Yaitu melakukan pameran, guna menaikkan brand equity.
Soal target pasar, sementara ini menyasar
kalangan dewasa dan pekerja kantoran. Sebagai representasi, karakter luxury,
eksotis, dan eksklusif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA