23 Okt 2024

Santri Tani Milenial Besutan Rizki Hamdani


Saya masih ragu, apakah menjadi petani masih diminati generasi milenial dan gen z. Mengingat era digital anak muda melek internet, niscaya minat pekerjaan adalah terkait dengan tekhnologi.

Kegelisahan dirasakan Rizki Hamdani, pemuda penggerak yang menginisiasi Kelompok Santri Tani Milleinials. Inovasinya disambut santri milenials, yang kemudian menjadi laboratorium berproses bersama.

Usaha keras pantang surut langkah itu, mengantarkan Rizki sebagai salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia award 2020. Meski saya meyakini, bahwa penghargaan bukan tujuan Rizki.

--- ---

“Biar bapaknya saja yang tani, anaknya kalau bisa jadi pegawai atau orang kantoran,” ujar tetangga saya di kampung.

Pekerjaan sebagai petani, bagi sebagian besar orang bukan profesi menarik. Masih dianggap, pekerjaan orang bependidikan rendah. Petani identik kerja otot bukan otak, mengerahkan tenaga berpeluh keringat.

Di kampung halaman saya, selepas SMA anak muda-nya dibiasakan pergi merantau. Kebanyakan orangtua berharap, anaknya sekolah pintar mengangkat derajad keluarga. 

Terhitung 30 tahun lebih, saya meninggalkan kampung halaman. Saat mudik selalu saya dapati perubahan, sawah dijadikan bangunan dan sebagian terbengkalai.  Kebun tempat saya bermain semasa kecil, kini ditumbuhi semak belukar.

Karena sawah dan kebun tidak ada yang mengurus, anak-anak yang besar pergi ke kota besar. Sementara orangtua dirumah, semakin renta dan tenaganya tak lagi perkasa.

Padahal sektor pertanian, peternakan dan perikanan, memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Dan sektor pertanian, mengalami pertumbuhan positif terhadap Produk Domestik Bruto- PDB (Data BPS 2020).

--- ----- ----

 


Adalah Rizki Hamdani, pemuda asal Jawa Timur penggagas dan mengembangkan Kelompok Santri Tani Millenias. Pria yang akrab disapa Rizki ini, bertekad menyakinkan anak muda, bahwa sektor pertanian sangat menjanjikan dan bisa berpenghasilan baik.

Inisiatif tersebut muncil, saat Rizki melihat santri yang memberi makanan ikan lele. Dari santri tersebut didapat informasi, pimpinan pondok ingin santrinya memiliki jiwa wirausaha.

Kelompok santri Tani Milenial, menjadi wadah sejumlah pondok pesantren di Jombang- Jawa Timur. Memberdayakan perekonomian santri secara mandiri, melalui sektor agribisnis.

Santri diajak bercocok tanam sayur dan tanaman pangan lain, beternak , mengurus ikan memeliharanya hingga memanen hasilnya.

Rizki membentuk unit usaha, disatukan dalam sistem pertanian terpadu atau Integrated Farming System (IFS). Sistem yang memungkinkan, pepaduan komponen pertanian, perikanan dan peternakan.

Sehingga tiga sektor tersebut saling mendukung, agar masing-masing bisa menghasilkan output yang maksimal.

Misalnya limbah air dari kolam lele, disalurkan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Kotoran ternak diolah lebih lanjut, agar bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Rizki dan santri kini mencari cara, mengembangkan pohon sorgum untuk pakan ternak.

Meski demikian, minat generasi milenial dan gen z belum sepenuhnya tergugah. Rizki memendam harap, anak-anak muda tertarik pada upaya yang sedang dikerjakan.

Santri Tani Millenial Besutan Rizki Hamdani



Program Kelompok Santri Tani Milenial, kali pertama dijalankan di Pondok Pesantren Fathul Ulum di Desa Puton, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Menjadi jalan ninja, sebagai kontribusi Rizki Hamdani memutus mata rantai pemasaran yang terlalu panjang.

Misalnya untuk penjualan hewan ternak, biasanya melalui pengepul. Kini santri langsung ke rumah pemotongan, sehingga keuntungan didapatkan lebih besar. 

Cara demikian sangat disukai, santri mendapatkan penghasilan tambahan. Beberapa santri, mengaku tidak lagi minta uang saku pada orangtua.

Meski dilatih berwirausaha, santri tetap memprioritaskan belajar. Dalam satu hari, pihak pesantren mengatur waktu belajar usaha. Yaitu dua jam sebelum sekolah, kemudian dua jam lagi setelah kegiatan belajar mengajar selesai.

--- --- ---

Kini Kelompok Tani Santri Millenial, telah merangkul lebih dari 40 kelompok santri tani. Setiap kelompok beranggotakan 15- 20 santri, tersebar di pondok pesantren di daerah Jombang.

Kalau berhitung soal omset, Kelompok Tani Fathul Ulum telah mencetak hingga ratusan juta per bulan. Sedangkan kelompok tani sorgum, berhasil membukukan omset hingga Rp,50 juta per bulan.

Kalau ada quote ‘hasil tidak mengkhianati usaha’, rasanya pas jika disematkan pada Rizki Hamdani. Kerja kerasnya diapresiasi sejumlah pihak, diantarnya oleh Kementrian Pertanian dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta Hutan Lindung Brantas.

Setelahnya menyusul, apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 kategori Individu untuk bidang lingkungan.

Tidak mudah mengubah stigma, bahwa profesi petani, peternak, dan perikanan bukan profesi elit. Membutuhkan effort yang luar biasa, dilakukan berkelanjutan dalam jangka waktu panjang.

Tetapi tidak ada pilihan lain, kecuali memulainya sedari sekarang. Persoalan profesi petani, peternak dan perikanan, akhirnya diidolakan, sementara ini jangan dijadikan tujuan utama.

Yang penting terus bekerja dan membuktikan, bahwa dari dunia pertanian, peternakan dan perikanan, bisa menghasilkan value yang sangat menarik. Sehingga generasi milenial dan gen z, tergerak dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan.

Semoga bermnafaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA