dok SATU Indonesia
“Kami pernah ke Simpang Kuala, malam malam nggak nemu”
“iya, kalau malam nggak buka”
Begitu percakapan pemilik akun youtube Am**flo***, dengan penjaga gerai Es Gak Beres. Dari kalimat diucapkan, cukuplah saya sampai pada kesimpulan. Bahwa Es Gak Beres, sebegitu diburu penggemarnya bahkan pada malam hari.
----
Adalah Yudi Efrinaldi, pemuda kreatif dan mandiri, asal Kisaran Kab. Asahan
Sumatera Utara, sekaligus CEO Es Gak Beres. Pria yang akrab disapa
Yudi ini, telah memiliki 500 lebih mitra cabang, yang tersebar di Sumatera,
kalimantan Barat, Jawa Barat, dan Jawa tengah.
Lewat Es Gak Beres, mantan
pegawai honorer non PNS Satlantas Asahan ini, berhasil meraup omzet ratusan juta
rupiah setiap bulan. Angka yang cukup fantastis, diperoleh dari penjualan bahan
baku es gak beres ke mitra cabang. Usahanya
berkembang, dibuatlah kafe agar mereknya bertahan lebih lama.
Dari kegigihannya, Yudi telah mempekerjakan total 50 tenaga kerja. Yaitu 40 orang di bagian produksi bahan baku, dan 10 orang mengelola kafe.
Pencapaian yang tak semudah membalik telapak tangan, musti mengalami jatuh bangun sampai tersungkur. Mencoba aneka jenis usaha makanan, bahkan pernah menjajal usaha jasa ojek.
Kegagalan demi kegagalan
dirasakan, sama sekali tak menyurutkan langkah terayuh. Berkat ketekunan dan
konsistensi, Es Gak Beres menjadi hulu ledak keberhasilan.
Kalau ada quote ‘hasil tak
mengkhianati usaha’, rasanya berlaku untuk Es Gak Beres. Berkah usaha keras
ini, mengantarkan Yudi Efrinaldi, mendapatkan apresiasi satu Indonesia Awards
2021, kategori kewirausahaan.
----- --- ---
Jujurly, kali pertama membaca nama Es Gak Beres, terasa unik dan anti mainstream. Konon kalimat es gak beres, didapat dari ucapan spontan seorang pembeli. Ketika itu konsumen ikut antre panjang, begitu sampai gilirannya kehabisan.
“Es kau gak beres, cepat kali abisnya”, celetukan yang memantik ide,
menjadikan kalimat es gak beres sebagai nama produk milik Yudi Efrinaldi.
Perjalanan untuk sampai ke Es Gak Beres, penuh liku dan terjal yang panjang. Bermula dari keyakinan Yudi, dirinya mampu mencapai lebih banyak dalam hidup. Kala itu Yudi yang pegawai honorer, berani memutuskan resign keluar dari zona nyaman.
Kali pertama memulai usaha, adalah
berjualan bubur ayam yang bertahan satu tahun. Kendala dihadapi Yudi, adalah
lokasi menumpang di pinggir jalan. Saat musim hujan datang, jualan bubur ayam
semakin sepi.
Selepas bubur ayam, Yudi mencoba peruntungan di usaha ojek online lokal di Kisaran Timur, Asahan yang diberi nama Kijek (Kisaran Ojek). Pemesanan tidak melalui aplikasi khusus, melainkan mengandalkan pesan via WhatsApp.
Keberadaan Kijek, sangat membantu mobilitas masyarakat Asahan. Usaha ini berjalan cukup baik, dan menunjukan progres menggembirakan. Namun tak berselang lama, masuk operator ojek online nasional, yang membuat Kijek kalah bersaing.
Usaha jasa ojek yang selesai,
digantikan jualan pisang goreng pada bulan Ramadan 2019. Namun konsumen, lebih berminat membeli bakwan, tahu, tempe goreng. Jualan pisang
goreng, terhitung hanya bertahan tiga bulan saja.
Tak mau berlama-lama meratapi sedih, masih di momen Ramadan yang sama, Yudi banting setir berjualan es. Bahan-bahan buah diblender seperti jus, kemudian dipromosikan di media sosial.
Rejeki memang tidak bisa
ditebak, kapan dan dari mana arah datangnya. Es buah blender Yudi viral, diserbu
pembeli saat jelang berbuka. Saking banyaknya antrian, konsumen nomor besar
kerap tidak kebagian. Seorang pembeli nyeletuk, ”Es kau gak beres, cepat kali
abisnya”.
Selesai bulan Ramadan, Yudi melanjutkan usaha jualan es buah blender-nya. Dengan waktu jualan lebih panjang, maka beberapa kelemahan produk ditemu kenali. Misalnya es yang dibuat sejak pagi, membuat buah mengendap sehingga rasanya tidak enak.
Yudi mulai bereksperimen,
dengan menciptakan formula agar sari buah tidak mengendap. Dari searching di youtube, ditemukan
penggabungan bubuk rasa, susu dan sirup. Formula yang akhirnya bertahan,
digunakan sampai sekarang.
Kendala bahan baku pernah dialami, yaitu pengadaan bubuk perasa untuk jumlah banyak. Sebuah pabrik di Bogor, menyanggupi menyuplai kebutuhan Yudi.
Berkat viralnya Es Gak Beres,
banyak yang mengajukan menjadi mitra. Sistem dipakai bukan franchise, melainkan kemitraan yang cukup fleksibel. Mitra membeli
bahan baku, dan diperbolehkan memakai merek Es Gak Beres.
Pembelian awal menyesuaikan ketersediaan modal mitra, tidak ada paket layaknya sistem franchise. Mitra mendapatkan pelatihan dan pembinaan, juga dilakukan pemantauan untuk evaluasi.
“Kita nggak nerima
royalti, ini bedanya. Tapi mitra harus beli bahan baku. Kalau tidak, merek
dicabut,”jelas Yudi.
Mitra pertama Es Gak Beres dari luar Asahan, yaitu di Rantau Prapat, Labuan Batu, Sumatera Utara. Menyusul mitra dari Medan, kemudian menjalar ke kota-kota berikutnya. Sistem pemasaran tidak dengan memasang iklan, mengandalkan promosi mulut ke mulut.
Rata-rata pengiriman bahan baku ke mitra, mencapai 500 kg/ hari. Dengan penjualan rata-rata 300 cup/ kemasan per hari, omzet mitra di kisaran 300 ribu hingga 1,5 juta per-hari. Sedangkan omzet Yudi, mencapai Rp 100 – 150 juta per bulan dari penjualan bahan baku.
Yudi menekankan pentingnya
penamaan produk, dipilih nama yang membuat orang timbul rasa penasaran. Pada
kasus nama Es Gak Beres, orang pengin tahu seperti apa rasa es-nya, dan kenapa
gak beres.
Selain nama juga penting memanfaatkan
momen, ketika itu tren orang membuat konten youtube. Banyak pembeli – terutama
millenials--, suka rela ngonten saat membeli Es Gak Beres.
Saya menonton akun youtube Am**flo***, pemilik 1,35 ribu subscriber ini mengunggah video berjudul “ES VIRAL 30 RASA CUMA Rp. 5000 | ES Gak Beres. Kontennya telah mendapatkan 52.138 penayangan, serta banyak tanggapan dari pengikutnya.
Meski telah mereguk ke-viral-an, tak serta merta membuat usaha Yudi berjalan mulus. Merebaknya pandemi covid-19, menghantam penjualan Es Gak Beres dan mengalami penurunan omzet. Target pasarnya adalah pelajar, di masa pandemi sekolah tutup diganti belajar online.
Yudi mengajak mitra bertahan,
tetap berjualan meski kondisi sedang tidak kondusif. Penjualan dilakukan secara
online, sangat membantu orang yang ingin minuman segar dengan harga terjangkau.
---- --- ---
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkan di jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih” – QS. At Taubah : 34
Yudi tak melupakan soal berbagi, kepada masyarakat sekitar khususnya warga Kisaran Kabupaten Asahan. Kepeduliannya diwujudkan, melalui penyediaan layanan mobil ambulance gratis.
Kendaraan bisa digunakan masyarakat, mengantar dan menjemput orang sakit ke rumah sakit, atau mengantar jenazah ke pemakaman.
Atas kontribusi dan kepedulian itu, ada seorang kawan yang berinisiatuf mendaftarkan Yudi, untuk mengikuti seleksi penerima SATU Indonesia Awards.
Saya sangat mengapresiasi
segala kiprah luar biasa ini, nama Yudi Efrinaldi sangat pantas diganjar
penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021. Yudi
menerima penghargaan PT. ASTRA Internasional Tbk, bidang kewirausahaan.
Berkah dari penghargaan tersebut, membuat Yudi termotivasi berbuat lebih banyak untuk kemanfaatan orang banyak. Memiliki visi bisnis yang lebih jelas, untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Bravo Yudi Efrinaldi, Bravo
Es Gak Beres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA