"Semua Dhuafa harus sehat dari sakitnya,” tegas Musfendi optimis
Sepengalaman saya, membersamai dhuafa butuh kesabaran yang luas. Mereka – dhuafa pada umumnya-- dengan keterbatasan akses, menyebabkan awam terhadap banyak hal. Kurangnya informasi, minimnya pengetahuan dan literasi, membuat saudara yang dhuafa kesulitan memahami sebuah regulasi.
Saya sangat menaruh hormat,
pada teman-teman yang menyediakan diri mengurus orang tak berpunya. Artinya
mereka musti mempunyai stok sabar tak terbatas, bersedia pasang badan membantu
dhuafa.
Satu diantara orang berhati mulia itu, adalah Musfendi, pemuda kelahiran Aceh pada tahun 1989. Adalah relawan penggagas Dhuafa Sehat, dengan sepak terjang dan kontribusi yang tak bisa dipungkiri apalagi disepelekan.
Nama Musfendi, tercatat sebagai penerima “Pemuda Penggerak Kemanusiaan/ Sosial ” terbaik se-Aceh dari Pemerintah Aceh. Kemudian menjadi kandidat penerima SATU Indonesia Awards 2022, di kategori kesehatan.
Saya sangat meyakini, bahwa pencapaian-
pencapaian itu sejatinya bukanlah tujuan, untuk orang seorang dengan ketulusan
hati seperti Musfendi.
---- --- --
Boleh percaya boleh tidak,
orang yang pernah merasakan pahitnya hidup, niscaya hatinya akan lebih peka dan
lembut. Tidak mudah berkomentar pada suatu keadaan, yang dialami orang lain di
sekitarnya.
Mengingat dirinya pernah di situasi yang sama, dan tidak punya pilihan lain kecuali pasrah berserah. Melihat orang dengan pengalaman semisal, seketika bisa merasakan derita sedang dirasakan orang lain.
Masa lalu perih dialami
Musfendi, saat orangtuanya sakit musti merogoh kocek dalam-dalam untuk berobat.
Harta dimiliki seperti tanah, sawah, dan barang berharga terpaksa dijual, untuk
menanggung biaya pengobatan.
Musfendi kecil merasakan sedih yang mendalam, di usia 8 tahun ibuda tercinta berpulang ke alam baqa. Kejadian masa kecil yang sangat membekas, menjadikan dirinya sebagai pribadi yang mudah iba. Bergegas tergerak dan melakukan sesuatu, disaat orang lain dilanda kesedihan.
Misalnya, saat ditemui seorang ibu tengah menangis. Segera didekati, ditanya masalah yang menimpa. Ibu yang bersusah hati bercerita, bahwa suaminya musti meninggalkan rumah sakit, karena tiada biaya untuk melanjutkan pengobatan.
Musfendi tak tahan menampung
kegelisahan, bergerak menggagas kegiatan sosial diberi nama “Dhuafa Sehat”. Kegiatan yang dimulai tahun 2014 ini, mempunyai
program pendampingan, advokasi, menyediakan rumah singgah sementara, bagi
pasien dhuafa.
Kegiatan Dhuafa sehat, membantu
masyarakat yang memiliki penyakit kronis, berasal dari keluarga tidak mampu di
Provinsi Aceh.
Kegiatan Dhuafa Sehat yang lain, adalah meminjam guna alat kesehatan. Misalnya pasien yang membutuhkan alat bantu berjalan, disediakan kursi roda atau tongkat. Difabel dhuafa yang butuh alat bantu dengar, juga diusahakan oleh Dhuafa Sehat.
Program- program yang dijalankan, guna memudahkan pasien dhuafa. Mulai dari
memperoleh rujukan, menjalani perawatan kesehatan tanpa merasa terbebani anggaran
atau biaya pendampingan.
Bantuan meliputi melengkapi berkas administrasi, untuk bisa mengakses bantuan kesehatan. Upaya biaya pendampingan, seperti bantuan makan minum, bantuan transportasi pasien dari rumah singgah ke rumah sakit dan sebaliknya.
Semua layanan yang diberikan, diusahakan yang paling maksimal. Agar
pasien merasa nyaman dan lekas sehat, bisa segera pulang dan beraktifitas
seperti sedia kala.
“sehingga masyarakat dapat lebih mudah untuk bangkit dari rasa putus asa karena masalah penyakit yang diderita,” jelas Musfendi.
Sepuluh tahun Dhuafa sehat
beroperasi, telah dirasakan manfaatnya di 20
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. 700 lebih pasien dhuafa, mendapatkan
pendampingan dan total 450 alat bantu kesehatan, seperti kursi roda, tongkat,
kaki palsu, alat pendengar diberikan pada yang membutuhkan.
------
Bahwa menjalankan kebaikanpun, tidak lepas dari kendala dan ujian. Tetapi
justru hambatan inilah, yang menguji kesungguhan pria 35 tahun ini. Musfendi
pernah mengalami kesulitan, dalam pengadaan kendaraan untuk mengantar pasien
dhuafa ke rumah sakit.
Dalam keadaan terdesak, pertolongan tak terduga datang tiba-tiba. Ada saja dermawan berbaik hati, meminjamkan atau menyewakan kendaraan roda empat. Sehingga penanganan berjalan lancar, pasien dhuafa bisa segera mendapat perawatan.
Musfendi mengaku, masih banyak impian yang ada di benak. Adalah impian membantu
lebih banyak pasien dhuafa, sehingga kemanfaatan semakin meluas. Harapan
terbesar saat ini, setelah rumah singgah di Aceh, ingin membuka di Jakarta dan
Medan.
Semoga niat mulia Musfendi, dimudahkan jalan dan bisa segera
direalisasikan—aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA