Terobosan terbaru dari BPJS Kesehatan, adalah merangkum sepuluh tahun perjalanan
dalam sebuah buku. Karena buku bisa mengabadikan kisah, agar menjadi pelajaran
generasi mendatang.
Dan saya merasa sangat beruntung, hadir dan menjadi saksi dua buku
perjalanan BPJS Kesehatan yang ditulis Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron
Mukti. Kegiatan digelar di Ballroom IGM Batranuh, Kantor Pusat BPJS Kesehatan
di Jakarta Pusat.
Buku yang pertama berjudul “Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren : Catatan 10 Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan”. Buku setebal 153 halaman ini, mengetengahkan aneka peristiwa besar yang mengiringi 10 tahun BPJS perjalanan Kesehatan.
Satu dekade dinamika perjalanan BPJS Kesehatan, sepanjang mengelola Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tentu banyak kejadian dialami, termasuk
pandangan sinis dan skeptis dari beberapa pihak.
Kemudian buku kedua berjudul “Prinsip Dasar Sistem Jaminan Sosial dan Asuransi Kesehatan”, membahas dasar-dasar asuransi kesehatan sosial.
Termasuk seluk beluk penyelenggaraan Program JKN, Kebutuhan Dasar Kesehatan
(KDK), Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), mekanisme naik kelas dan urun biaya,
program anti kecurangan, transformasi digital yang dilakukan BPJS Kesehatan,
dan lain-lain.
“Kini sepanjang 1 dekade hadirnya Program JKN semakin dirasakan manfaatnya,
tak jarang sebagai penyambung nyawa bagi mereka yang membutuhkan” Hal ii –
Sambutan Dirut BPJS Kesehatan
-----
Saya punya langganan tukang gado-gado, lapaknya tak jauh dari rumah. Sekira
seminggu libur jualan, saya tidak mendapat kabar penyebab cutinya. Suatu hari
si ibu kembali berjualan, saya pelanggan setia tak sabar dan membeli.
“Ibu habis rawat inap,”ujarnya sambil menyiapkan pesanan saya,”untung banget pakai BPJS, jadi ibu nggak bayar,”
Tidak bisa dipungkiri, bahwa terlepas dari pro dan kontra-nya. Keberadaan
BPJS kesehatan, telah dirasakan menfaatnya oleh masyarakat. Selain ibu penjual
gado-gado, saya pernah menemui teman yang karyawan, penjual camilan dan banyak
pasien lainnya.
Tentu bukan hal mudah, mengubah mindset orang banyak. Menyadarkan tentang pentingnya BPJS, dibangun atas azas gotong royong. Namun hal itu sedikit demi sedikit tertepiskan, melihat perkembangan di sepuluh tahun terakhir.
Kalau pada tahun 2014 jumlah peserta JKN di angka 114 juta jiwa, maka per
10 mei 2024 telah mencapai angka 271,2 juta jiwa peserta JKN. Seiring
peningkatan pemanfaatan Program JKN, yaitu 92,3 juta di tahun 2014, menjadi
606,6 juta per tahun pada 2023.
“Bukan hal yang mudah untuk mendaftarkan lebih dari 97% penduduk Indonesia menjadi peserta JKN dalam waktu 10 tahun. Di saat yang bersamaan, BPJS Kesehatan juga dituntut untuk meningkatkan kepuasan peserta JKN dengan memberikan pelayanan yang mudah, cepat dan setara. Dengan kerja keras dan kolaborasi bersama segenap pihak, BPJS Kesehatan mampu bertahan menghadapi beragam tantangan dalam mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia,” ujar Ghufron Mukti.
Pembenahan BPJS Kesehatan dilakukan dari berbagi lini, mulai perbaikan
layanan dari masa ke masa. Kemudian dari sisi aksesibilitas layanan kesehatan, peningkatan
jumlah fasilitas kesehatan yang bermitra dengan BPJS Kesehatan pun.
Selain itu juga terus dikembangkan inovasi digital, yang memudahkan peserta, fasilitas kesehatan, pemerintah, dan stakeholders, mengakses fitur dan atau layanan sesuai kebutuhannya. Dan sistem digitalissasi inilah, memiliki kontribusi besar mengubah sistem kesehatan Indonesia.
Contoh paling sederhana adalah sistem antrean, kini orang tak perlu datang
dulu-duluan ke faskes. Cukup ambil nomor antrean via aplikasi, datang di jam saat
nomornya dilayani.
Pelayanan admistrasipun juga didigitalisasi, yaitu melalui Whatsapp (PANDAWA), Aplikasi Mobile JKN, dan BPJS Kesehatan Care Center 165. Masyarakat bisa mengurus administrasi, meminta informasi, atau menyampaikan pengaduan tentang Program JKN via handphone.
“Saat pandemi, Aplikasi P-Care yang digunakan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) mitra BPJS Kesehatan di seluruh Indonesia, menjadikan
proses vaksinasi Covid-19 berjalan lebih cepat,” jelas Ghufron.
Sebelumnya ada kesibukan membawa berkas-berkas fotokopian saat berobat, kini peserta JKN cukup menujukkan NIK di KTP saja sudah bisa dilayani. Yang utama adalah, status kepesertaan JKN aktif dan mengikuti prosedur. Tentu masih banyak lagi inovasi lainnya.
Inovasi terbatu dan unggulan adalah i-Care JKN, memfasilitasi peserta JKN dan dokter mengakses
riwayat kunjungan peserta JKN dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Sehingga peserta
dapat dilayani lebih cepat dan tepat oleh dokter, mengacu riwayat di i-Care JKN.
Acara launching buku BPJS Kesehatan semakin komplit, bersamaan dengan diluncurkannya fitur baru di aplikasi Mobile JKN. Yaitu fitur BUGAR, membantu peserta JKN memantau data vital kesehatan. Berupa pengukuran tubuh, aktivitas langkah, energi yang dihabiskan, dan jarak ditempuh sehari-hari dengan berjalan. Bahkan mengukur kualitas tidur dan kalori peserta JKN.
Selamat untuk BPJS Kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA