20 Agu 2024

Kontrasnya Gaya Kepemimpinan Dua Tokoh di Film "13 Bom di Jakarta"

Film "13 Bom di Jakarta" tidak hanya menyajikan ketegangan dan aksi mendebarkan. Juga menggambarkan dua gaya kepemimpinan sangat berbeda, melalui karakter Emil dan Arok. Kedua tokoh menunjukkan, pendekatan dalam memimpin dan mengarahkan orang-orang di sekitar di situasi krisis yang ekstrem.

Kepemimpinan Transformasional dan Berbasis Hierarki

Emil, Kepala Indonesia Contra Terrorism Agency (ICTA) diperankan Ganindra Bimo. Menunjukkan karakteristik kepemimpinan transformasional yang berorientasi pada misi dan nilai. Berikut beberapa poin yang bisa dilihat dari gaya kepemimpinannya.

Komitmen dan Tanggung Jawab

Ketika situasi menjadi tidak aman dan mencekam, Emil dengan tegas mengambil tindakan dalam batas-batas wewenangnya. Dia menunjukkan kepatuhan yang tinggi terhadap hierarki dan protokol yang ada, menunggu perintah dari atasan untuk bisa bertindak lebih jauh. Hal ini mencerminkan kepemimpinan berbasis hierarki yang disiplin dan taat aturan.

Keberanian dan Pengorbanan

Di kondisi semakin tak terkendali, Emil tidak ragu di barisan depan medan perang. Keberaniannya untuk terlibat langsung di garis depan menunjukkan kepemimpinan yang inspiratif dan berani, memberikan contoh nyata kepada bawahannya bahwa ia siap menghadapi bahaya demi melindungi kota Jakarta.

Ini adalah ciri khas dari pemimpin transformasional yang tidak hanya memimpin dari belakang, tetapi juga terjun langsung dalam situasi kritis.

Dedikasi untuk Misi

Emil berusaha sebaik mungkin mengatasi teror yang terjadi, menunjukkan dedikasi dan fokus yang tinggi pada misi. Pemimpin transformasional seperti Emil memotivasi tim mereka dengan visi yang jelas dan menunjukkan komitmen penuh terhadap tujuan akhir, yang dalam hal ini adalah keamanan kota Jakarta. 

Arok: Kepemimpinan Karismatik dan Manipulatif

Rio Dewanto berperan sebagai Arok, pemimpin kelompok terorisme yang siap meledakkan bom di 13 titik di Jakarta, menunjukkan gaya kepemimpinan yang karismatik namun manipulatif.

Visi yang Jelas dan Manipulasi

Arok meyakinkan pengikutnya bahwa sistem pemerintah yang ada tidak dapat memperbaiki keadaan dan justru merugikan. Dengan sifat manipulatifnya, Arok mampu mengarahkan pengikutnya untuk percaya bahwa tindakan mereka adalah solusi terbaik. Pemimpin karismatik seringkali memiliki visi yang jelas dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengikuti visi tersebut, meskipun dengan cara yang merugikan.

Menggunakan Karisma untuk Mendapatkan Kepercayaan

Arok menggunakan karismanya untuk membujuk dan meyakinkan pengikutnya. Ia mampu membuat mereka percaya pada misinya dan merangkul visi yang ia tawarkan. Karisma ini membuat para pengikutnya setia dan bersedia melakukan tindakan ekstrem demi mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Arok.

Strategi dan Infiltrasi

Arok dengan cerdik memasukkan Oscar (Chicco Kurniawan) dan William (Ardhito Pramono) ke dalam rencananya. Ini menunjukkan kemampuan strategis dan manipulatif yang tinggi, di mana ia tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik tetapi juga infiltrasi dan pengaruh untuk mencapai tujuan terornya. Pemimpin seperti Arok menggunakan segala cara untuk memastikan rencana mereka berjalan dengan lancar, termasuk manipulasi dan strategi licik.

------

Emil dan Arok menunjukkan dua gaya kepemimpinan yang sangat berbeda, satu berdasarkan keberanian, tanggung jawab, dan hierarki, dan yang lainnya berdasarkan karisma, manipulasi, dan strategi licik. Kedua pendekatan ini memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana kepemimpinan dapat mempengaruhi tindakan dan keputusan dalam situasi krisis.

Film "13 Bom di Jakarta" disutradarai Angga Dwimas Sasongko, menampilkan sejumlah aktor dan aktris ternama seperti Ardhito Pramono (William), Lutesha (Agnes), Rio Dewanto (Arok), dan Chicco Kurniawan (Oscar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA