Film "13 Bom di Jakarta" tidak hanya
menyajikan ketegangan dan aksi mendebarkan. Juga menggambarkan dua gaya
kepemimpinan sangat berbeda, melalui karakter Emil dan Arok. Kedua tokoh menunjukkan,
pendekatan dalam memimpin dan mengarahkan orang-orang di sekitar di situasi
krisis yang ekstrem.
Kepemimpinan Transformasional dan Berbasis Hierarki
Emil, Kepala Indonesia Contra Terrorism Agency (ICTA) diperankan
Ganindra Bimo. Menunjukkan karakteristik kepemimpinan transformasional yang
berorientasi pada misi dan nilai. Berikut beberapa poin yang bisa dilihat dari
gaya kepemimpinannya.
Komitmen dan
Tanggung Jawab
Ketika situasi menjadi tidak aman dan mencekam, Emil
dengan tegas mengambil tindakan dalam batas-batas wewenangnya. Dia menunjukkan
kepatuhan yang tinggi terhadap hierarki dan protokol yang ada, menunggu
perintah dari atasan untuk bisa bertindak lebih jauh. Hal ini mencerminkan
kepemimpinan berbasis hierarki yang disiplin dan taat aturan.
Keberanian dan
Pengorbanan
Di kondisi semakin tak terkendali, Emil tidak ragu di
barisan depan medan perang. Keberaniannya untuk terlibat langsung di garis
depan menunjukkan kepemimpinan yang inspiratif dan berani, memberikan contoh
nyata kepada bawahannya bahwa ia siap menghadapi bahaya demi melindungi kota
Jakarta.
Ini adalah ciri khas dari pemimpin transformasional
yang tidak hanya memimpin dari belakang, tetapi juga terjun langsung dalam
situasi kritis.
Dedikasi untuk
Misi
Emil berusaha sebaik mungkin mengatasi teror yang terjadi, menunjukkan dedikasi dan fokus yang tinggi pada misi. Pemimpin transformasional seperti Emil memotivasi tim mereka dengan visi yang jelas dan menunjukkan komitmen penuh terhadap tujuan akhir, yang dalam hal ini adalah keamanan kota Jakarta.
Arok: Kepemimpinan Karismatik dan Manipulatif
Rio Dewanto berperan sebagai Arok, pemimpin kelompok
terorisme yang siap meledakkan bom di 13 titik di Jakarta, menunjukkan gaya
kepemimpinan yang karismatik namun manipulatif.
Visi yang Jelas
dan Manipulasi
Arok meyakinkan pengikutnya bahwa sistem pemerintah
yang ada tidak dapat memperbaiki keadaan dan justru merugikan. Dengan sifat
manipulatifnya, Arok mampu mengarahkan pengikutnya untuk percaya bahwa tindakan
mereka adalah solusi terbaik. Pemimpin karismatik seringkali memiliki visi yang
jelas dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengikuti visi
tersebut, meskipun dengan cara yang merugikan.
Menggunakan
Karisma untuk Mendapatkan Kepercayaan
Arok menggunakan karismanya untuk membujuk dan
meyakinkan pengikutnya. Ia mampu membuat mereka percaya pada misinya dan
merangkul visi yang ia tawarkan. Karisma ini membuat para pengikutnya setia dan
bersedia melakukan tindakan ekstrem demi mencapai tujuan yang ditetapkan oleh
Arok.
Strategi dan
Infiltrasi
Arok dengan cerdik memasukkan Oscar (Chicco Kurniawan)
dan William (Ardhito Pramono) ke dalam rencananya. Ini menunjukkan kemampuan
strategis dan manipulatif yang tinggi, di mana ia tidak hanya mengandalkan
kekuatan fisik tetapi juga infiltrasi dan pengaruh untuk mencapai tujuan
terornya. Pemimpin seperti Arok menggunakan segala cara untuk memastikan
rencana mereka berjalan dengan lancar, termasuk manipulasi dan strategi licik.
------
Emil dan Arok menunjukkan dua gaya kepemimpinan yang
sangat berbeda, satu berdasarkan keberanian, tanggung jawab, dan hierarki, dan
yang lainnya berdasarkan karisma, manipulasi, dan strategi licik. Kedua
pendekatan ini memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana
kepemimpinan dapat mempengaruhi tindakan dan keputusan dalam situasi krisis.
Film "13 Bom di Jakarta" disutradarai Angga
Dwimas Sasongko, menampilkan sejumlah aktor dan aktris ternama seperti Ardhito
Pramono (William), Lutesha (Agnes), Rio Dewanto (Arok), dan Chicco Kurniawan
(Oscar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA