Kebayang,
tatangannya hidup di negara orang. Keluarga
muda yang inggal di flat sederhana, dengan perabot seadanya. Hidup jauh dari
sanak saudara, kalau ada masalah musti diselesaikan mandiri. Hal itu dialami
ayah muda bernama Rahmat, mengajak istri dan anaknya pindah karena bekerja di Riyadh
Qatar. Mai sang istri, mengandung buah hati kedua.
Keluarga ini dilanda masalah serius, saat delapan bulan usia kandungan Mai. Ibu muda stress hingga kontraksi hebat, keduanya limbung dengan kondisi serba mendadak. Di sisi lain kantor tempat Rahmat bekerja tidak kondusif, ayah muda ‘dipaksa’ membuat laporan analisa keuangan fiktif, agar seisi kantor bisa selamat dan dirinya tidak dipecat.
Cairan
berbau amis mengalir di betis May, membuat hati sang suami dilanda kebingungan.
Dengan berat hari membawa istri ke rumah sakit di Dallah, sulungnya yang tidur
pulas dititipkan tetangga flat.
Sepanjang
perjalanan deras doa dipanjatkan, seolah energi itu ingin dialirkan ke tubuh
lunglai sang istri. Sembari membisikan janji, mengajak May bersujud di depan
baitullah.
“andai saja waktu itu aku enggak pindah,
kejadian ini tidak perlu terjadi,” batinnya mulai geming.
-----
Janadriyah
– Sebuah Perjalanan-, adalah novel karya dua penulis diilhami dari kisah nyata.
Ditulis Achi TM penulis produktif, bersama Febriandi Rahmatulloh, seorang marketing data analystic bekerja untuk
perusahaan Vidafone di Qatar.
Menilik covernya, saya tergerak mengambil dan membaca. Terdapat nama Helvi Tiana Rosa, Panji Pragiwaksono dan artis Titi Kamal, di bagian testimoni. Ada juga Ustad Habibburahman El_Sirazhy, Sungging Raga dan Nadila Fitria, memberi endorse di halaman dalam Novel ini.
Plot
cerita novel ini meloncat loncat, mengisahkan Rahmat di masa sekarang dan
mundur dua dasawarsa sebelumnya.
Sungging Raga, penulis dan teman Febriandi Rahmatullah penulis novel dilaunching, meyampaikan, kisah ini selain menarik bagi saya juga menginspirasi, seorang dari desa berangkat ke Jogja dan hidup di luar negeri.
Novel
‘Janadriyah – Sebuah Perjalanan- menjadi buku perdana ditulis Febriandi. Seolah
menuntaskan mimpi, yang dipendam sejak 2005. Sebagai bentuk ungkapan
terimakasih, kepada keluarga yang telah mendidik dan memberi hal positif. Meski
pada satu saat Febri pernah membuat keputusan drastis, tetapi keluarga tetap
mendukung penuh.
Janadriyah sendiri, adalah suatu festival di Riyadh setahun sekali. Membuat kota Riyadh berubah wajah, dimana mana ada kegembiraan, musik, tarian, lampu lampu dan hiburan.
Selaras
diungkapkan Achi TM, bahwa Novel Janadriyah tak ubahnya festival kehidupan. Ada
bagian sedih, lucu, kamarahan, keikhlasan, sehingga perjalanan hidup menjadi
lebih berwarna. Achi TM senang bisa tandem menulis dengan Febriandi, kendala
jarak Jakarta dan Qatar disiasati dengan komunikasi melalui chatting.
Hijrah
Rahmat, selaku editor Penerbit Erlangga yang menangani Novel Janadriyah, merasa
senang bisa bekerjasama dengan kedua penulis novel ini. Keduanya sangat
korporatif, komunikasi intens dilakukan biasanya pada dini hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA