Saya tidak mengira, badan yang dulu tambun bisa berkurang lumayan signifikan. Merasa jauh lebih enteng, tidak gampang ngos-ngosan dan kecapekan atau kepala pusing. Berkat menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat, biasa jalan kaki dan naik transportasi umum. Perubahan yang butuh proses, setelah kejadian memilukan, yang menyentil dan membulatkan tekad berubah.
----
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), menggaungkan ajakan Jalan Hijau. Mengapresiasi masyarakat umum, yang telah melakukan gerakan berjalan kaki dan naik angkutan umum. Kampanye yang dilatari, oleh isu transportasi dan isu kesehatan atau lingkungan.
Seperti kita ketahui bersama, belakangan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya memburuk. Hal yang tidak mengenakkan, akibat pencermaran udara (salah satunya) dari knalpot kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan, rupanya punya andil besar menyumbang polusi udara.
Kampanye #JalanHijau digelar di beberapa titik, yaitu sekitar stasiun Juanda, sekitar stasiun Dukuh Atas, Depok dan Bekasi. membentangkan spanduk, bertuliskan“Bersamamu Jalan kaki pun aku bahagia”, “Sukses adalah perjalanan, sudahkah kamu berjalan kaki hari ini”, “Cintai lingkungan dan tubuhmu Jalan kaki tiap hari”, “Dari pada jalan sama mantan, lebih baik jalan sama kaki” dan sebagainya.
----
Sudah lama saya terbiasa jalan kaki, setelah badan gemuk kala itu sakit sekali kalau digerakkan. Tubuh seperti menolak, ketika diajak bergerak apalagi berjalan. Setelah pergi ke klinik, diagnosis dokter menyatakan ada indikasi pelemakan hati.
“Tidak ada cara lain, kecuali merubah pola makan dan menerapkan gaya hidup sehat” saran dokter.
Sejak keluar dari ruang periksa, seperti ada perjanjian dengan diri sendiri. Saran dokter benar-benar saya praktekkan, buah dan sayuran menjadi konsumsi keseharian. Mengurangi olahan mengandung gula, minyak, santan, tepung.
Memperbanyak aktivitas fisik, dengan biasa naik kendaraan umum berlanjut jalan kaki. Saya sangat menikmati jalan kaki, menempuh jarak dari stasiun commuter line atau halte transjakarta menuju lokasi berkegiatan.
Kalau sedang longgar, saya sengaja berhenti di
halte yang sedikit lebih jauh, agar punya alasan berjalan kaki lebih lama.
Jalan kaki adalah aktivitas sederhana sarat manfaat, membantu meningkatkan mood, menurunkan resiko alzimer (kepikunan), mengobati gangguan tidur, melancarkan peredaran darah, menguatkan tulang, meningkatkan kapasitas paru-paru dan yang pasti membantu menurunkan berat badan.
Jalan kaki 30 menit/hari, membantu meningkat kreatifitas sampai 60%. Membantu mengurangi resiko stroke sebesar 20- 40%, mengurangi resiko kardiovaskular hingga 31%.
Dampak positif jalan kaki dan naik transportasi umum, membantu mengatasi kemacetan, sehingga kualitas udara kota lebih bersih.
Sejak gemar naik transportasi umum dan jalan kaki, kini saya memiliki bobot (kisaran) 75 – 77 kg (sebelumnya 100 kg. Selain badan lebih segar, saya tidak mudah kecapekan sehingga sangat jarang kerokan. Dari sisi pengeluaran lumayan hemat, ongkos naik commuter line, transjakarta sangat terjangkau.
Bayangkan, kalau naik transportasi umum dan jalan kaki menjadi budaya warga Ibukota dan sekitarnya, niscaya persoalan kemacetan dan polusi udara dengan mudah bisa diatasi – Amin.
Semoga bermanfaat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA