Siapa yang tidak familiar, dengan sebutan pahlawan devisa. Penamaan
bergengsi ini disematkan, kepada saudara kita yang bekerja di luar negeri.
Mereka adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) / Tenaga Kerja Wanita (TKW), yang jasanya
sungguh luar biasa.
Btw, ada satu pulau sebagai penyumbang TKI ilegal terbesar di Indonesia.
Adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), pulau yang terkenal dengan keelokan alam.
Meskipun pada kenyataanya, keindahan alam tidak sebanding dengan tingkat
kesejahteraan.
Mengacu data Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI) Kupang, TKI ilegal NTT mencapai 100.000 orang. Pada 2015
tercatat 28 TKI ilegal pulang tinggal nama. Ironisnya angka meninggal TKI
ilegal meningkat, tahun 2016 menjadi 49 orang dan 62 orang pada 2017.
Ronaldus Asto Dadut, merasa jengah dan prihatin dengan kondisi demikian. Sebagai anak daerah, tepatnya Tambolaka, kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Pemuda yang biasa disapa Asto tergerak hati, ingin memutus rantai tragedi kemanusiaan itu.
-----
Semasa saya masih kecil di kampung halaman, ada tetangga bekerja sebagai TKW.
Beliau berangkat ke Arab Saudi, dua tahun setelah suaminya meninggal. Kepergian
yang terasa berat, mengingat ada dua anak dititip asuh kakek dan neneknya.
Kabar memilukan tentang TKI di negeri seberang, sebenarnya telah sampai di telinga tetangga ini. Tentang TKI korban human traficking, tetapi hal itu sama sekali tidak menyurutkan tekad. Kondisi ekonomi yang sempit dan terdesak, membuatnya tidak punya pilihan lain.
Beruntung, empat tahun kemudian tetangga pulang dengan selamat. Beliau
melalui jalur resmi, dan mendapat bimbingan dari dinas setempat. Sehingga
terhindar dari praktek human trafficking, yang notabene jalur ilegal.
Saya masih ingat, sepulangnya beliau bekerja dari Arab. Rumah orangtua yang sudah jadul, langsung direnovasi menjadi megah. Kualitas kehidupan meningkat, dibagian depan rumah dibuat toko kelontong.
Saya pribadi menaruh hormat, pada saudara sebangsa penyandang status
Pahlawan Devisa. Kerja keras mereka untuk keluarga, membawa dampak besar bagi
bangsa dan negara. Sudah selayaknya., mereka pendapat perlindungan setimpal.
Termasuk edukasi yang masif, agar calon TKI tidak terjebak oknum agent nakal. Agar bekerja tenang dan nyaman, mendapatkan hak-hak sebagaimana mestinya. Seperti tetangga di kampung saya, yang pulang membawa hasil.
Asto, pemuda lembut hati berinisiatif membantu saudara TKI dari NTT. Dengan
mendirikan Jaringan Relawan Untuk Kemanusiaan (JRUK), sebagai organisasi
kemanusiaan berbasis kerelawanan.
Organisasi yang didedikan bagi warga pedalaman Sumba Barat Daya, focus pada kesehatan dan perdagangan manusia.
Asto :
Memutus Rantai Pahlawan Devisa Ilegal di NTT
Kita tidak bisa menutup mata, di era digital masih ada praktek human
trafficking. Sementara perbudakan, seharusnya hanya ada di jaman Nabi- nabi
terdahulu. Kalaupun masih ada di masa sekarang, persoalannya adalah
ketidaktahuan semata.
Asto juga menyoroti kurangnya perhatian Pemerintah, terutama trafficking di NTT yang sudah menjadi masalah sosial. Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah, menjadi objek yang berpotensi sebagai korban perdagangan manusia.
Sebagai langkah konkrit JRUK mengadakan beberapa kegiatan :
- Edukasi Masyarakat :
Kegiatan yang diadakan di akhir pekan, dengan menggunakan fasilitas publik. Team JRUK berkeliling ke sekolah, gereja, masjid, balai desa. Memberi penyadaran masyarakat, tentang bahaya human traficking yang disamarkan pengiriman TKI ke luar negeri.
- Taman Baca :
Meningkatkan literasi, sebagai pintu
terbukanya pengetahuan. Pengadaan lokasi taman baca atau pojok baca, dengan menjalin
kerjasama dengan sejumlah Puskesmas. Pojok baca dimanfaatkan pasien atau
pengantar pasien, membaca sambil menunggu layanan kesehatan.
PHBS adalah upaya mengajak
masyarakat, menjaga kesehatan diri dan lingkungan terdekat. Karena kalau badan kita
sehat, maka leluasa berkegiatan dan belajar dengan lancar. Edukasi PHBS juga dibarengi
dengan pembagian donasi, berupa alat mandi (pasta gigi, sikat dan sabun), susu,
vitamin dan barang yang disumbang donatur.
Selama ini, kegiatan JRUK menyasar pada anak dan dewasa. Anak-anak dengan kebiasaan hidup sehat, akan melahirkan generasi sehat. Tecatat 2.889 anak terdukasi kebersihan dan kesehatan. Sementara itu tercatat, 5.307 dewasa mendapat penyuluhan pencegahan praktek perdagangan manusia. Agar mereka tidak mudah terbujuk, dengan iming-iming bekerja sebagai TKI.
Asto dengan JRUK-nya memiliki goal besar, yaitu mengubah mindset masyarakat
NTT. Bahwa TKI bukan satu-satunya solusi, lepas dari himpitan kesulitan
ekonomi. Masih banyak mata pencaharian lain, yang bisa menjadi sumber nafkah. Kalaupun
bersikeras menjadi TKI, masyarakat dibekali pengetahuan jalur TKI legal.
JRUK yang didirikan tahun 2014, telah mengalami jatuh bangun. Meski
kegiatannya sudah menampakan hasil, tetapi belum memiliki shelter atau rumah
pendampinhan korban. Juga masih terbatas di SDM, mengingat 97% relawan juga
sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA