Sebagai kepala keluarga, saya
merasakan tantangan mendidik anak. Di setiap fase usia pengasuhan, tantangannya
berbeda. Maka diperlukan kebaruan keilmuan, agar orangtua tidak keteteran. Hal
ini yang menuntut kami orangtua, tidak ada kata berhenti belajar.
Dan saya sungguh salut pada orangtua
hebat, yaitu ayah dan atau ibu diamanahi anak dengan autis. Tentu dibutuhkan
ketangguhan yang luar biasa, ketangguhan lahir maupun batin. Tetapi hidup tidak
selalu berjalan ideal, maka banyak tantangan menguji kesabaran.
Tak dipungkiri, banyak orangtua
dengan anak autis. Mereka memiliki keterbatasan akses, sehingga minim literasi kebingungan
menempatkan diri. Sampai saya tercerahkan “Teman Autis”, website terintegrasi
menyediakan berbagai informasi tentang autis.
------
Adalah Alvinia Christanty, perempuan muda yang menginisiasi “Teman Autis” di tahun 2017. Bermulai dari keprihatinan melihat anak autis, yang menjadi korban perudungan. Keberadaan anak autis masih dipandang sebelah mata, terutama di bangku sekolah. Sering saya mendengar, kata ‘autis’ dijadikan sebagai kata ledekan.
“Saya lihat terenyuh hati, kayak ada sedikit beban di hati saya, gak mau liat anak autis di-bully karena bukan kesalahan mereka.” Ujar Alvinia.
Di awal terbentuknya, gerakan Teman Autis bernama Light Up
Project. Masih mengandalkan pendanaan mandiri, yang bersumber dari anggotanya. Setelah
satu tahun berjalan, pada 2018 baru mengadakan penggalangan dana.
Kegiatan gerakan terus berkelindan, selanjutnya fokus mengedukasi masyarakat tentang apa itu “Teman Autis”. Salah satunya memanfaatan car free day di jalan Sudirman Jakarta, untuk mensosialisasikan gerakan Teman Autis.
Membentangkan poster di lokasi strategis, guna
meningkatkan kesadaran austisme tentang autisme. Dengan melibatkan anak autis
dan orangtuanya, berdiskusi dan berbagai pengalaman. Perlahan-lahan ‘Teman
Autis’ dikenal masyarakat, sebagai wadah bertemu orangtua dengan anak autis.
Alvania membuatkan wesite www.temanautis.com , agar masyarakat awam bisa mengenal lebih dekat Teman Autis. Website yang mengakomodasi, kebutuhan seputar autis. Sekaligus menampilkan artikel, yang ditulis oleh ahlinya.
Website yang sama, menyediakan kanal test screening awal
untuk anak usia 4- 11 tahun. Guna membantu orangtua, mendeteksi gejala autis
pada buah hatinya.
Dan tak dinyana, tahun keempat Teman Autis berdiri. Telah merangkul 100 mitra lebih, dan berkolaborasi setiap bulan. Namun disisi lain, keterbatasan di sumber daya manusia menjadi tantangannya.
Membersamai Anak Autis di Teman Autis
Tahun 2022 menjadi tahun bersejarah bagi Alvania dan Teman
Autis, yaitu mendapat email undangan Satu Indonesia Awards. Alvinia mendaftar,
mengikuti interview dan lolos 24 besar. Kemudian peninjauan langsung oleh dewan
juri, ikut terjun menjalani gerakan offline Teman Autis.
Setekah itu Teman Autis masuk
ke-12 besar, setelah penjurian online dinyatakan lolos 6 besar. Hadiah kemenangan
tersebut, digunakan untuk membuat layanan konseling online.
"Sekarang layanannya lagi
kami testing untuk para teman di WA grup autis, kalau sudah lebih rapi akan
kami publikasikan ke publik." Jelas Alvania bersemangat.
Alavania dan Teman Autis, menyimpan mimpi besar yang terus diupayakan. Yaitu kesadaran masyarakat, menerima anak dengan autis yang ada di sekitarnya. Agar anak autis mudah menjalankan kehidupan sehari-hari, diterima bergaul layaknya anak pada umumnya. Kemudian dibukakan kesempatan bekerja, sesuai skill dan ketrampilan yang dimiliki.
“Kami ingin Indonesia ramah autisme." Tegas Alavania
Dengan penerimaan di lingkungannya, otomatis memberi
kesempatan anak autis berkembang dengan maksimal. Dan upaya jangka panjang ini,
salah satunya dimulai dengan konsultasi online oleh team Teman Autis.
Kabar baik itu datang, karena telah terjalin kerjasama dengan instansi di daerah Jawa Timur. Berharap akan terus berkelanjutan, menyusul dan diikuti daerah-daerah lain. Sehingga para orangtua yang memiliki akses terbatas, bisa mendapat penanganan dari ahlinya.
Kemudian keterlibatan masyarakat juga penting, dimulai dari perlakuan baik pada anak autis di sekitar. Cukup dengan tersenyum atau berwajah ramah, saat berpapasan atau berinteraksi dengan anak autis.
"Lakukan sesuatu sekecil apa pun itu untuk membantu
mengatasi keresahan di hati.” Tutup Alvania.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA