Tidak bisa dipungkiri, bahwa sebagian besar kita merasa iba, melihat dan atau bertemu penyandang disabilitas. Masih menganggap difabel, sebagai orang lemah yang musti dikasihani. Sikap yang tidak sepenuhnya tidak salah, tetapi ada sikap lebih tepat yang lebih mereka butuhkan.
Teman-teman disabilitas,
sebenarnya sangat bisa bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Mereka bisa
berkarya, menghasilkan hal yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan lingkungan
sekitar. Apalagi saat ini sudah kita lihat, banyak penyandang disabilitas yang berprestasi.
Salah satunya Elmi Sumarni Ismau, anaki muda inisiator
Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas Untuk Inklusi (GARAMIN) di Kupang
Nusa Tenggara Timur (NTT). Bersama lima temannya, sedang berupaya keras mengubah
mindset difabel, pemerintah dan
masyarakat.
GARMIN mulai aktif di masa Pandemi Covid-19, kala itu ingin mengedukasi dan pendampingan penyandang disabilitas terkait virus covid-19. Kemudian kegiatan itu berkembang, membantu penanganan badai seroja pada April 2021. Serta meningkatkan kapasitas kelompok difabel di desa-desa.
----
Perempuan yang akrab disapa
Elmi ini, tampak serius mengentaskan isu inklusi disabilitas di lingkungan sekitarnya.
Mengingat dirinya sendiri yang penyandang difabel, ingin motivasi yang dimiiliki
bisa ditularkan ke difabel lainnya.
Bahwa penyandang difabel bukan kaum lemah, bukan orang yang mengharapkan belas kasihan. Tetapi difabel sama seperti orang normal (non difabel) pada umumnya, seharusnya dibukakan kesempatan yang sama dan akses yang memadai.
Sehingga penyandang difabel, bisa
berkarya mengembangkan bakat dan minat. Bisa memberikan bermanfaat bagi diri
sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Bahwa penyandang difabel, bisa
berkarya dengan cara dan kemampuan yang dimiliki.
Benar pepatah, tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Kini GARAMIN mulai mendapat tempat di hati anak muda di Kupang, dari ragam latar belakang pendidikan, usia dan kondisi fisik.
"Impian kami itu adalah sebagai anak muda, kita ingin belajar untuk menjadi pemimpin. Kami adalah seorang pemimpin di masa depan." ujar Elmi.
Elmi Sumarni dan GARAMIN untuk Penyandang Disabilitas
Bukan tanpa kendala menjalankan program GARAMIN, salah satunya adalah infrastruktur lingkungan yang belum ramah difabel. Misalnya akses jalan dengan tangga manual, yang sungguh menyulitkan kursi roda melintas.
Kendala dialami teman tuli, tidak disediakan penerjemah saat ikut dalam kegiatan webinar atau seminar. Pun kendala bagi penyandang tuna netra, tidak disediakan alat khusus. Sehingga mereka terkendala, memahami materi atau mengikuti kegiatan tertentu.
Dan tantangan tak kalah besarnya, adalah menggeser pandangan masyarakat. Sebagian orang memiliki asumsi, bahwa kegiatan yang diadakan penyandang difabel identik dengan penggalangan dana. Meski demikian Elmi memaklumi, karena ketidaktahuan masyarakat terhadap isu inklusi penyandang difabel.
Tanpa terasa sudah dua tahun GARAMIN berjalan, telah mengadakan
kegiatan positif dan keberadaannya dilirik masyarakat. Dialog dan silaturahmi
menjadi cara yang cukup efektif, agar masyarakat dan pemerintah setempat melek
isu inklusi disabilitas. Terbukti upaya GARAMIN menunjukan hasil, yaitu sukses
berkolaborasi dengan instansi terkait di beberapa kegiatan.
Tak kalah pentingnya, terus menyosialisasikan isu pendidikan inklusi penyandang disabilitas. Karena masyarakat masih menganggap disabilitas, sebagai kelas dua di bidang pendidikan. Dengan diadakan kampanye atau sosialisai, berharap perlahan tapi pasti pandangan masyarakat berubah.
Kemudian agar kegiatan GARAMIN diketahui masyarakat, Elmi berkolaborasi dengan media sebagai partner. Mengingat peran media sangat penting, agar pesan pendidikan inklusi disabilitas tersampaikan secara maksimal.
Selain itu GARAMIN mengadakan kegiatan penelitian, jurnalisme warga, kelas menulis, serta penguatan kapasitas internal GARAMIN.
-------
Pencapaian Elmi sebagai salah satu pemenang, di kategori khusus di ajang Satu Indonesia Awards 2018. Menjadi pamacu semangat Elmi dan teman-teman di GARAMIN, terus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar.
Sebagai gerakan yang masih muda, masih banyak hal yang bisa dieksplor dan dipelajari bersama. Karena ada tujuan besar GARAMIN, yaitu terbentuknya desa inklusi di masa mendatang. Yaitu desa yang memberikan akses bagi disabilitas, dapat beaktivitas dengan aman dan nyaman. Masyarakat memahami kebutuhan difabel, yaitu kesempatan berkembang penyandang disabilitas
"Kami mau memulainya dari akar rumput.
(Sebab) banyak teman-teman difabel itu tinggalnya di desa dan mereka 'masih
kelas dua', (masih menerima) stigma dan diskriminasi yang kuat dari lingkungan
sekitarnya," ujar Elmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA