Sungguh, pengalaman yang tak bakal terlupakan seumur hidup. Saya berkesempatan, bersantap makan malam di Pracima Tuin di Pura Mangkunegaran. Menu ala keraton menjadi sajian, menambah portfolio bagi saya pribadi.
Pura mangkunegaran adalah salah satu penerus dinasti Mataram
Islam di Surakarta, Jawa Tengah. Berdiri pada 17 Maret 1757, setelah penandatanganan Perjanjian Salatiga. Menyusul
dikukuhkannya Raden Mas Said
(Pangeran Sambernyawa),
sebagai KGPAA. Mangkoenagoro I. Dan sampai kini Praja Mangkunegaran masih eksis,
di bawah pimpinan KGPAA.
Mangkoenagoro X.
Pracima Tuin sendiri, masih berada di satu
kawasan dengan Pura mangkunegaran. Kata
yang diambil dari Jawa Kawi, artinya tempat di sebelah barat dan Tuin dari bahasa
Belanda artinya taman.
Pracima Tuin adalah taman di bagian barat Pura
Mangkunegaran.
Taman ini bagian dari revitalisasi taman yang sudah ada ,
kemudian disempurnakan pada
era K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII.
----
Menu disajikan cukup unik,
bahkan baru kali pertama saya menemui. Saya akan tuliskan dua dari sembilan
menu, yang dihidangkan di jamuan makan malam itu.
Brubus ; dibuat dari daging giling yang diolah dengan bawang putih, bawang merah, dan ketumbar. Kemudian dibungkus sawi putih dilengkapi sambal kencur dan are santan. Bubus adalah makanan khas Pura Mangkunegaran, kegemaran K.G.P.A.A Mangkoenagoro VII.
Urap Pithik Linting ; terdiri
dari kenikir, bunga turi,
melanding, kecombrang, tauge, buncis, kelapa urap disajikan dengan ayam
linting, lalu dimarinasi resep khas Mangkunegaran. Perpaduan ragam sayuran, menjadikan hidangan ini memiliki citarasa gurih.
Konon urap sudah
disajikan di atas meja makan, sejak zaman kerajaan Mataran Kuno di Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA