Berumah tangga, tak ubahnya berbagi peran dalam kehidupan. Suami, istri, anak-anak, (kalau ada) saudara, dan sebagainya. Masing-masing memiliki tugas, yang berperan demi kelangsungan perjalanan berumah tangga.
Suami atau
ayah, dikodratkan sebagai tulang punggung keluarga. Mengemban kewajiban
menjemput nafkah, untuk menghidupi seluruh anggota keluarga. Istri atau ibu, mensupport
dan menjaga rumah. Mengelola keuangan keluarga, mendidik anak-anak sesuai
tuntunan agama.
Anak-anak mereka
generasi penerus, menjadi penyemangat kedua orangtuanya. Anak-anaklah yang dipersiapkan,
meneruskan cita-cita mulia ayah dan ibunya.
Sebagai kepala keluarga, tidak berarti ayah boleh semena-mena. Menguasai semua tentang anak dan istri, tunduk dan patuh pada ego si ayah. Istri dan anak-anak, berhak mendapatkan perlakuan baik. Sehingga mereka nyaman dan tentram, terhadap keberadaan suami atau ayah mereka.
-----
Belakangan
kerap tersiar kabar, suami berlaku kasar pada istri. Kemudian anak mendapat
perlakuan serupa, berujung dengan perpisahan. Sangat disayangkan, suami atau
ayah seperti ini. Karena hidup ini ada hukum tabur tuai, kelak kepala keluarga
akan menanggung akibat.
Akan tiba saatnya, suami atau ayah menua dan renta. Tubuhnya disinggahi penyakit, dan tak ada tempat bergantung selain istri dan anak-anak. Saat tenaga kepala keluarga melemah, maka istri dan anak-anak akan menjadi tumpuan.
Senyampang badan segar bugar, sudah seharusnya ayah memberi sikap terbaik pada anggota keluarga. Karena rejeki keluarga, sejatinya berasal dari suami, istri dan anak-anak. Kalaupun secara kasat mata, suami yang menjemput, itu adalah soal teknis.
Ada kejadian sederhana saya alami.
Suatu saat
anak lanang pengin nonton film marvel, dan bersamaan itu saya mendapat tiket
secara gratis. Di lain waktu pernah anak gadis kecil minta dibelikan lego, dan pada
sebuah acara saya mendapat voucher mainan incaran si bungsu.
Ada lagi kejadian unik, ketika istri memendam keinginan memiliki magic jar. Keinginan yang belum tersampaikan saya, tiba-tiba terjawab dengan kejadian nyata. Di sebuah acara saya mendapatkan doorprize, yang saya bawa pulang adalah barang yang dibutuhkan istri.
Kalau mau
diingat-ingat, banyak kejadian yang menguatkan keyakinan. Bahwa istri dan
anak-anak, membawa jatah rejekinya. Termasuk saya sendiri, juga telah
dijatahkan bagian di alam fana.
Sampai sakhirnya saya meyakini, rumah yang kami tinggali, kendaraan dinaiki, makanan kami konsumsi, keberuntungan pernah dirasai, sejatinya ada catatan rejeki satu diantara anggota keluarga (bisa anak , istri, atau suami) Saya si ayah, sebagai perantara saja.
So, bagi
suami atau ayah, jangan merasa sok berkuasa dan semena-mena. Ayah adalah pelindung
yang menyayangi, karena rejeki yang datang melalui kalian, ada bagian anak dan
istri.
-salam-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA