Tulisan, ternyata membawa nasibnya lho. Hal itu saya renungi, setelah membaca quote dari Buya Hamka. “Menulislah dan biarkan tulisanmu mengalir mengikuti nasibnya”. Sebut saja, misalnya sajak “Aku” karya Chairil Anwar, novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Buya Hamka.
Tulisan yang melintasi
masa, dan sedemikian panjang karya itu dikenang. Tulisan dengan nasib baik,
lahir dari proses yang tak sembarangan.
Setiap proses tulisan, mula-mula berbentuk konsep, dituangkan dalam bentuk draft, direvisi sana dan sini, bisa jadi disampan dulu sebelum publish dan seterusnya. Setelah diposting, tulisan tersebut akan menemui pembacanya dan menerima nasibnya. Layaknya bayi baru lahir, sebuah tulisan juga membawa suratan nasib.
----
Era digital dibarengi
dengan banjir informasi, siapapun bisa membuat konten blog maupun video. Khusus
artikel ini, saya akan focus pada tulisan (seperti judul di atas). Ya, bahwa dari ngeblog, bisa menjadi jalan
ninja menjadi penulis.
Banyak pihak menggunakan jasa blogger, melalui paid post, maupun aneka writing contest atau blog competition. Lomba atau job menulis, datang dari perusahaan swasta, Kementrian, Perbankan, Restoran, Lembaga sosial dan nirlaba (NGO) dan lain sebagainya.
Demi menarik minat,
disediakan hadiah menggiurkan. Mulai voucher belanja, voucher menginap di
hotel, barang elektronik, bahkan mobil seharga ratusan juta. Tak ayal, banyak
blogger yang menulis dan ikut lomba.
Sayapun demikian, ikut lomba karena kepincut hadiahnya. Mengerahkan segenap upaya, demi melahirkan tulisan yang terbaik. Tulisan didukung foto menarik, menyertakan narasumber yang kredibel.
Biarkan Tulisanmu Menemukan Nasibnya (Buya Hamka)
Thomas Alfa Edison, pemuda
yang hidup di abad XVIII. Namanya dikenang sampai sekarang, berkat penemuan bohlam. Semasa kecil kerap mendapat nilai buruk di
kelas, sang ibu mengajari sendiri anak yang dikasihi. Edison pribadi tekun, berteman
dengan kegagalan demi kegagalan.
Sampai mengantarkan
pada penemuan mengguncangkan dunia, penemuan spektakuler kala itu. Dan
manfaatnya terasa sampai sekarang, dirasakan manusia lintas jaman. Satu kalimat Edison yang cukup inspiratif,
“Jenius adalah satu persen inspirasi, sembilan puluh sembilan persen
perspirasi.”
Pun seorang penulis,
agar melahirkan karya terbaik. Proses musti ditempuh, adalah menulis, menulis
dan terus menulis. Karena kita tidak akan pernah tahu, pada tulisan yang mana akan
lahir sebagai tulisan diapresiasi pembaca.
Menang kalah dalam
lomba menulis, tidak bisa dijadikan parameter. Bahwa sebuah tulisan pantas
dicap baik atau tidak baik, karena hal itu bagian dari proses.
Nasib sebuah tulisan, bukan
si penulis yang menentukan. Tetapi semesta dan seisinya, yang akan membukakan
jalan. Bagi manusia yang bersungguh-sungguh, bagi yang berupaya keras penuh
ketekunan.
Maka selama nafas dikandung
badan, jangan terbersit niat berhenti belajar. Menulislah, menulislah dan terus
menulislah. Urusan tulisan itu diapresiasi atau tidak, biarlah nasib dari
tulisan itu yang akan berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA