Sebagai warga Ciputat Tangsel, saya sempat dibuat terkaget-kaget. Mendapati berita pada April 2023, bahwa kota ini dinyatakan sebagai kota terpanas. Ya, BMKG mencatat bahwa Ciputat adalah kota dengan suhu paling panas (mencapai 37,2 derajad celcius).
Saya mengamini soal cuaca
panas, tetapi saya pikir kondisi yang sama dialami daerah lain. Saya mengikuti
time line medsos, ada teman yang tinggal di Surabaya di Jogja dan daerah lain,
membuat status semisal.
Sementara soal Ciputat
memiliki suhu terpanas, tentu membuat saya prihatin juga. Konon, hal ini
terkait dengan gelombang panas yang terjadi di Asia. Melansir pernyataan dari
BMKG, tentang fenomena suhu panas yang terjadi belakangan.
Disinyalir ada lima sebab, yaitu ; Dinamika atmosfer tak biasa ; Suhu panas bulan April di wilayah Asia Selatan ; Tren pemasanan global dan perubahan iklim ; Dominasi monsun Australia, dan Intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.
Pemanasan global, menjadi
penyebab bencana cuaca ekstrim di seluruh dunia. Apabila tidak segera diatasi,
maka risiko dialami dalam 20 tahun ke depan. Perlu upaya berkesinambungan dalam
semua pihak, untuk tidak mengurangi emisi karbon dioksida secara ekstrim.
Kita sebagai indvidu, bisa melakukan upaya kecil sesuai kemampuan. Kemudian mengajak orang terdekat di sekitar rumah, agar melakukan perilaku green. Karena sekecil apapun kontribusi, niscaya sangat berperan besar. Karena menyelamatkan bumi dari peningkatan suhu, adalah tugas kita sebagai penghuni planet ini.
-----
Jujurly, membincang soal
peningkatan suhu bumi. Memantik rasa penasaran saya, tentang efek pemanasan
global. Saya mencari tahu, melalui artikel dari sumber yang kredibel.
Bahwa dengan peningkatan suhu bumi sebesar 1,1 derajad celcius saja, ternyata dampaknya sangat besar dan destruktif. Seperti hujan dengan intensitas tinggi, siklon tropis, banjir dan musim kemarau panjang yang bisa mengakibatkan kebakaran skala besar.
Saya yakin, kita masih ingat
kebakaran hutan di luar Jawa. Bahkan sempat terjadi, asap kebakaran itu sampai
ke negara tetangga. Kondisi lingkungan di Indonesia, belum bisa dikategorikan
baik-baik saja. Pengeksploitasian alam, alih fungsi hutan belum sepenuhnya bisa
dihentikan.
Dampak yang fatal adalah, penyusutan fungsi hutan sebagai penyerap emisi karbon dioksida. Secara otomatis akan memperparah laju pemanasan global, mengancam sumber penghidupan (terutama) masyarakat adat.
Mengacu data riset dilakukan WALHI, lahan seluas 159 juta hektar telah terkapling dengan ijin investasi industri kreatif. 82,91% wilayah daratan dan 29,75% wilayah lautan, secara legal telah dikuasai korporasi.
Data IPBES 2018, Indonesia kehilang luas hutan 680 ribu hektar setiap tahun. Dan data KLHK, tercatat dari 105 sungai yang ada, 101 diantaranya alam kondisi tercemar kondisi sedang hingga berat.
Begini Caraku Menjaga Lingkungan Hidup
Setiap kita adalah individu, yang merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Secara personal, mustahil bisa melawan pemanasan global. Tetapi tidak perlu berkecil hati, karena kekuatan besar muncul dari kekuatan kecil yang disatukan.
Saya yakin kalian tidak asing, dengan analogi sapu lidi. Bahwa lidi yang hanya satu batang, akan sangat mudah patah dan tidak bisa untuk membersihkan halaman. Tetapi kalau seratus lidi diikat dan disatukan, akan menjadi sapu kuat yang bisa membersihkan halaman.
Pun, soal upaya menanggulangi dampak perubahan iklim lingkungan. Setiap individu bisa berkontribusi, meski dalam skala kecil dan terbatas. Bayangkan, kalau seratus orang di satu lingkungan, melakukan upaya yang sama. Maka dampak yang dihasilkan, semakin signifikan dan besar.
Dan cara saya menjaga
lingkungan hidup adalah ;
Mengurangi penggunaan plastik ; Seperti kita ketahui, bahwa sampah plastik termasuk sampah yang sangat sulit terurai. Padahal di tukang sayur atau warung atau mini market, plastik cukup masif digunakan. Saya mengajak istri, belanja dengan membawa tas kain. Tas yang bisa digunakan berulang kali, demi menghindari tas plastik.
Bepergian dengan transportasi publik ; Tahun 2016 saya pernah sakit akibat obesitas, dokter menyarankan saya banyak beraktivitas fisik. Sejak saat itu, saya rajin bepergian dengan transportasi publik. Muali naik commuter line, naik bus transjakarta, naik MRT, telah menjadi kebiasaan saya. Badan jadi lebih segar, saya cukup jarang sakit.
Dampaknya bagi lingkungan,
saya tidak menyumbang polusi udara di jalanan ibukota. Selain itu turut
berperan serta, mengurangi volume kendaraan membantu mengatasi kemacetan.
Kesadaran untuk #BersamaBergerakBerdaya , musti
terus digaungkan secara berkesinambungan Karena apa yang kita lakukan saat ini,
sepenuhnya demi keselamatan #UntukmuBumiku . Jadi tidak perlu berkecil hati, meski upaya yang
dilakukan kecil dan terbatas.
Karena kalau bukan kita yang memulai, peduli dan berbuat sesuatu untuk kebaikan bumi di masa mendatang. Terus, siapa lagi?
“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian
apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA