Tak
terasa Ramadan sudah separuh jalan, semoga semakin semangat puasanya. Apalagi
kalau ingat kenikmatan berpuasa, adalah pada saat berbuka. Rasanya sayang, kalau
sampai batal puasa.
Dan bagi kalian yang pengin berbuka puasa, bareng leluarga, teman atau kerabat. Saya punya rekomendasi, restoran dengan ambience dan bangunan kuno peranakan. Sentuhan ala Tionghoa ada di di sini, pun menu dan citarasanya unik. Dijamin suasana berbuka nyaman dan homy, berbeda dari yang biasanya.
Ya,
puasa Ramadan kali ini, saya janjian dengan teman-temen komunitas. Berbuka puasa
di “Kedai Sirih Merah”, restoran dengan menu otentik peranakan Nusantara, berlokasi
di Jl Taman Kebon Sirih I/5 Kampung Bali Tanah Abang Jakarta Pusat.
Dan
ini yang sangat saya suka, adalah melihat penampakan luar restoran. Bangunannya
kuno tapi elegan, vibes masa lalu sedemikian kuatnya. Menatap Kedai Sirih Merah
dari luar, mengingatkan saya pada film Ca Bau Kan. Kisah pria tionghoa Semarang,
yang terpikat dengan perempuan penghibur.
Apalagi setelah menginjak halamannya, kemudian masuk ke dalamnya. Duh, bener-bener seperti masuk ke mesin waktu. Mulai dari pintu jendela dan pemilihan kusen, keramik, meja kursi, lampu-lampu, lukisan dengan bingkai khasnya bikin betah.
Tidak
lupa pernak pernik klasik khas peranakan, diaplikasikan di tempat utama ataupun
sudut- sudut ruangan. Pemandangan lampion, payung khas, pesawat telepon, radio
jadul, arloji, gelas hias dan lain sebagainya. Saya acungi jempol, bagi ide dan
kreator design interior restoran ini--- keren abis.
E’tapi, namanya restoran. Sebagus, seunik, semenarik apapun bentuk fisiknya. Soal citarasa tetap yang utama, karena menu (bagi sebuah tempat makan) adalah panglimanya. Dan saat berbukapun tiba, kami membatalkan puasa dengan takjil gratis.
Selama Ramadan di Kedai Sirih Merah, menyediakan takjil gratis bagi pengunjungnya. Kebetulan saya mendapat bubur kacang ijo, bersanding dengan aneka gorengan. O’ya, takjil disajikan berbeda setiap harinya, bisa kolak dan atau makanan yang lain.
Setelah
menghabiskan kacang ijo dan satu gorengan, saya skip sejenak untuk sholat
maghrib. Kebiasaan demikian bagi saya cukup efektif, agar leluasa saat
bersantap makanan utama.
Jujurly,
dari pertama menggigit menu saya sudah membatin. Bahwa penggunaan bumbu-bumbunya,
termasuk berani. Saya yang orang jawa, biasa mengistilahkan dengan “bumbunya
medhok”.
Saya
mulai mencoba ayam Sio, meski tampilannya legam tapi soal citarasa andalan.
Bener deh, bumbunya bisa meresap sampai ke tulang. Dagingnya empuk, mudah
terurai mesti dicukil dengan ujung sendok. Mengolah ayam sio dengan diungkep
lebih dulu, guna mendapatkan tekstur lembutnya.
Bagi
pecinta petai ada tumis jagung peda pete, sungguh rasa petenya mengemuka, meski
sudah dicampur bahan olahan lainnya. Di peati tumis jagung, ada suwiran ikan
peda berpadu butiran jagung, dan tentunya petai.
Kami
juga menikmati, gurame ikan asin, baby buncis tumis bawang putih, dengan nasi
yang anget-anget. Satu lagi bikin saja jatuh suka, adalah sup penganten yang
rasa kuahnya cukup unik, ada asem-asemnya. Pun soka salad mangga, saya tak mau
kelewatan.
Untuk dessert ada es sirih merah, dengan rasa yang unik kombinasi asam dan manis tapi menyegarkan. Di dalamnya ada campuran selasih, kolang kaling, concau hitam, agar-agar dan manusian mangga yang disiram sari lemon dan jeruk nipis. Tak mengherankan, kalau es sirih merah menjadi minuman best seller.
Secara
keseluruhan, menu Kedai Sirih Merah bener-bener yummy. Saya sampai terngiang
ngiang, khususnya untuk ayam sio, soka salad mangga, sup penganten dan es sirih
merah. Tanpa ragu-ragu, saya berani memberi angka 9 untuk citarasa menu yang
terbilang unik.
Selamat
berpuasa teman-teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA