Setiap orang, pasti ingin sehat. Memiliki daya tahan tubuh yang kuat, agar bisa mengerjakan banyak hal. Saya yang sudah tak muda lagi, kadang muncul rasa menyesal. Kalau mengingat, gaya hidup semasa muda yang kurang ideal.
Soal asupan dan
kebiasaan semasa muda, akan berdampak di masa dewasa (dan tua). Dan itulah yang terus dilakukan YAICI, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia, yang tak lelah
mengedukasi (salah satunya) tentang gizi.
Dan remaja, adalah masa sangat
stratgis untuk melek gizi. Mereka generasi pengisi masa depan, sehingga perlu
disiapkan pengetahuan, fisik dan mental tentang asupan yang baik dan bermanfaat
untuk tubuh.
-----
Adalah Sekolah Maleo, menjadi jujugan kami (Blogger) siang itu. YAICI, menyelenggarakan kegiatan dengan tema “Tak Kenal Tak Sehat- Kenali Makanan Sehat Bergizi di Sekitar Kita”. Sekolah Maleo dikelola Yayasan Males, kembaga nirlaba menaungi layanan pendidikan bagi remaja pra sejahtera di sekitar perumahan Bintaro.
“di sini gratis, Pak” ujar siswi
SMP yang saya tanya soal SPP
Tenaga pendidik adalah para relawan, dengan orangtua asuh sebagai penunjang utama. Sebagai upaya peningkatan pengetahuan,
telah dibuka Taman Bacaan yang terbuka untuk masyarakat umum.
YAICI Menyapa Remaja Melalui Tak Kenal Tak Sehat
Bahagia rasanya, melihat anak-anak SMP – SMA berkegiatan dengan penuh semangat. Melihat anak-anak berkegiatan, mengingatkan anak saya yang sepantaran dengan mereka. Anak-anak yang sepuluh tahun ke depan, akan tumbuh dewasa dan mengisi lapangan pekerjaan.
Bayangkan, kalau mereka tidak
dibekali literasi gizi sedari sekarang. Niscaya kelak di masa dewasa, tubuhnya
rentan akibat kebiasaan asupan yang kurang tepat.
Seperti disampaikan, Narsum Ari Retno S. S.Gz, Ketua Persagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Pentingnya menerapkan ‘Isi Piringku’, dalam konsumsi remaja dalam keseharian. Bahwa panduan Isi Piringku, membantu masyarakat memahami porsi makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Cara mudah menghadap isi
piringku, satu piring dibagi menjadi dua bagian (masing-masing setengah
piring). Bagian 1 diisi 2/3 sumber karbohidrat, dan 1/3-nya diisi lauk.
Kemudian bagian piring kedua, setengah piring lainnya, 2/3 diisi sayuran,
kemudian 1/3 sisanya buah-buahan.
Panduan Isi Piringku, tidak hanya membuat kenyang, tetapi memastukan tubuh tercukupi akan kebutuhan gizi.
“Jadi jangan keseringan, nasi lauknya Mie, karbo ketemu karbo”ujar Ibu Ari Retno.
Sementara itu narsum, Arif Hidayat, Ketua Harian YAICI, menegaskan, bahwa pemahaman literasi gizi musti di mulai dari remaja. Khususnya remaja putri, kelak mereka menjadi ibu dan melahirkan generasi masa depan.
Kalau tidak dibekali
pengetahuan gizi, sangat mungkin akan lahir anak dengan kondisi stunting. Maka upaya
memutus rantai stunting, bisa dimulai dari para calon ibu. Agar mereka melek
soal kecukupan gizi, dan lagi-lagi paham jenis makanan yang sebaiknya
dikonsumsi.
Termasuk salah kaprah di tengah masyarakat, yang menganggap kental manis adalah susu. Kesalahan persepsi ini pasti adalah sebabnya, diantaranya gencarnya promosi brand kental manis. Produsen dengan kekuatan keuangan, berhasil menggiring persepsi tentang produksi.
Padahal kalau dicermati
ingridients di labelnya, pada kental manis memiliki kandungan gula yang tinggi.
Mengonsumsi dalam jangka panjang, akan mengakibatkan munculnya penyakit tidak
menular. Apabila calon ibu, tidak waspada soal konsumsi kental manis. Bisa
jadi, kebiasaan kurang tepat nanti diteruskan pada anak-anaknya.
Kita, sebagai individu bagian terkecil dari masyarakat. Bisa berpartisipasi, dalam upaya pemahaman literasi gizi. Apalagi di era digital, manusia modern saat ini sangat akrab dengan medsos (media sosial).
Nuke Patrianagara, Ketua
Komunitas Gen-L, mengajak adik-adik siswa Sekolah Maleo, bermain soal Isi
Piringku. Peserta dibagi menjadi sepuluh kelompok, dan mendiskusikan komposisi
yang ideal dalam satu piring. Kemudian perwakilan setiap kelompok maju, memilih
bahan pangan yang sesuai hasil diskusi.
Permainan ini cukup seru, perwakilan kelompok musti gesit, mengambil bahan pangan agar tidak keduluan kelompok yang lain. Setelah kembali ke kelompok, ketua dan perwakilan wajib mempresentasikan, apa saja yang diambil.
Yang bikin makin seru,
keseruan permaian isi piringku diupload ke medsos (Instagram). Kemudian
dosertai caption yang mendukung, dimbil dari penjelasan narasumber. Saya
supporter kelompok sepuluh, tak urung ikut sibuk membuat postingan.
Mengumpulkan foto secara kilat, dan membuat caption menarik. Hasilnya,
alhamdulillah, terpilih menjadi salah satu pemenang games.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA