Saya beruntung, beberapa tahun lalu berkesempatan berkunjung ke Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang. Perusahaan yang berada di bawah PT. Pertamina Patra Niaga (PPN).
Ketika
itu bersua Pak Battra Insan TS, Manager Corporate Communication & CSR
PT. Pertamina Patra Niaga. Kemudian ada Pak Ahmad Toha, Pak Soleh, pak Agus,
mereka AMT (Awak Mobil Tangki), berkerja di dibawah PT. Sapta Sarana Sejahtera
(S3), perusahaan penyedia tenaga kerja AMT.
AMT
bekerja dengan sistem borongan, dengan masa kontrak dua tahun. Setelah kontrak
selesai, maka perusahaan penyedia tenaga kerja bisa mengajukan diri (melalui
tender). Setiap pergantian jasa vendor, AMT mendapat hak sesuai peraturan perundang-undangan.
Gaji
AMT sesuai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) setempat, ditambah Upah
Performansi dibayar berdasarkan kinerja AMT. Sementara uang Tunjangan
Migas tidak diberlakukan, mengacu Permen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor Per. 04/MEN/II/2009 tentang Pencabutan Kepmen Tenaga Kerja Nomor Kep: KEP-27/MEN/II/2000 Tentang Program Santunan
Pekerja Perusahaan Jasa Penunjang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, saat
ini telah diubah pemberlakuannya dalam bentuk Pesangon.
Sistem kerja AMT adalah empat hari kerja dan dua hari off, dengan dua shift per hari masing-masing 12 (dua belas) jam. Diperhitungkan sesuai ketentuan HSSE (Health, Safety, Security and Environment),
--o0o-
Ketika itu, saya melihat di luar TBBM Plumpang sedang ada mogok. Mereka menamakan, Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia - Federasi Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia PT Pertamina Niaga (SBTPI- FBTPI PT PPN). Kemudian ditegaskan management, bahwa pendemo bukan lembaga resmi di bawah PPN, sehingga seluruh kegiatan di luar tanggung jawab PPN.
Seolah
tak ingin focus bekerja, Pak Ahmad Toha dan beberapa AMT lain tak geming. Mereka
memiliki prinsip, yang penting bekerja tidak terpengaruh hasutan ajakan berdemo.
"kalau saya bagaimana bekerja dengan baik, pokoknya prioritas saya untuk anak istri di rumah" ujarnya.
Pak Soleh memberi kesaksian, bahwa PPN telah bersikap adil selama ini. Bagi AMT berperforma bagus dan anaknya berprestasi di sekolah, difasilitasi reward yang memotivasi semangat belajar anak AMT.
Merekah Senyum Awak Mobil Tanki TBBM Plumpang
Ahmad Toha, lelaki usia paruh baya Awak Mobil Tanki(AMT). Badannya yang tegap dibalut kulit kehitaman, siap mengemudikan tanki Bahan Bakar Minyak. Anda Menjadi AMT sangat butuh keahlian khusus, mengemudikan truck Tanki super besar. Untuk mendapat SIM B1, musti melalui serangkaian test tidak mudah.
Sebelum
berangkat bertugas, serangkaian proses dilalui. Mula-mula mendatangi meja check
kesehatan, diukur tensi mengetahui kondisi badan. Kalau hasil chek dinyatakan
belum layak jalan, disediakan kamar khusus untuk istirahat (baca tidur).
Siang itu kondisi Ahmad Toha dinyatakan fit, kemudian bergeser ke finger print melakukan validasi ke mesin kios. AMT melakukan scan segel, sampai keluar struck segel. Kertas struck dibawa, ditukarkan segel yang sesuai kode validasi. Nah alat segel ini berfungsi, memastikan tanki dalam kondisi aman belum diotak-atik siapapun. Dari pengambilan alat segel, menuju loket pengambilan surat jalan dan ongkos tol.
Semua
urusan administrasi lengkap, memakan proses kurang lebih setengah jam. Pak Ahmad
Toha memastikan tanki dalam keadaan kosong, kemudian tutup disegel dengan
pengaman yang sudah diambil.
Mobil
tanki melakukan pengisian di Filling Sheed sesuai Loading Instruction, sesuai
dengan gate yang ditentukan. Setelah melakukan pengisian, AMT mengambil surat
jalan di Gate Out. Pada gate out inilah,
AMT 1 dan AMT 2 baru mengetahui tujuan distribusikan.
Bekerja dengan tekun dan bahagia, membuat senyum merekah di bibir awak tangki TBBM Plumpang. Mereka adalah para ayah, yang mengemban amanah demi menafkahi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA