Kalau mendengar sapaan “Mpok”, kita semua akan familair dengan sapaan khas Betawi. Nah ini ada sebutan “Mpok Siti”, yang menjadi sebutan akrab Bus City Tour, disediakan PT. Transportasi Jakarta dan Pemprov DKI, untuk Keliling Jakarta Gratis.
Ya, saya pernah menikmati perjalan
bersama “Mpok Siti”, untuk rute IRTI Monas- Masjid istiqlal. Dan sang guide, pintar
banget membuat suasana perjalanan menjadi cair.
“Bapak ibu, karcis bus Jangan sampai
hilang, nanti bisa ditukar minuman botol, asal disertakan uang lima ribu,”
sontak tawa penumpang pecah, sadar petugas sedang bercanda.
“Mpok Siti” bisa menjadi alternatif
wisata gratis ibukota, dan tidak musti akhir pekan. Karena “Mpok Siti” beroperasi
tujuh hari dalam seminggu. Jadwal operasional bus, jam 10.00 sampai 17.00 pada
hari kerja. Hari Sabtu, beroperasi dari jam tujuh pagi sampai sebelas malam.
Khusus minggu, jam 12.00 sampai 20.00 Wib.
Untuk menemui “Mpok Siti” cukup mudah,
anda bisa mencari halte bertanda khusus “Jakarta Explorer” di beberapa lokasi. Haltenya
ada di BNI 46, Pasar Baru (Gedung Kesenian Jakarta), Juanda (Istiqlal), Monas1,
Monas2, Museum Nasional, Gedung Arsip, Museum Bank Indonesia, Sawah Besar,
Pecenongan, Harmoni, Sarinah dan Plaza Indonesia.
Sebagai warga seputaran Jakarta – tepatnya Tangsel--, saya bisa turut merasakan fasilitas keliling Jakarta tanpa dipungut biaya.
Seputaran Monas
Bus bergerak, dibarengi penjelasan guide.
Bahwa di balik pagar besi monas, ternyata ada tempat Penangkaran Rusa. Semula 2 pasang Rusa –atau empat ekor --, kini
sudah ratusan ekor Rusa tambahan dari Nepal.
Untuk melihat penangkaran Rusa,
pengunjung bisa masuk tanpa dipungut biaya. Namun ada syarat dan ketentuan
harus dipenuhi, jadi tidak asal masuk sesuka hati.
Di seberang Monas, terdapat kantor Balai Kota yang dibuka untuk umum pada hari Sabtu dan Minggu. Nah, di Balaikota inilah terdapat “Jakarta Smart City,” ruang untuk memantau seluruh sistem layanan publik yang ada di Jakarta melalui CCTV.
Tak jauh dari Balaikota – lokasinya
sejajar --, berdiri gedung Perpustakaan Nasional -- konon terbesar se Asia
Tenggara. Perpustakaan dengan 24 lantai ini mengoleksi 2.6 juta buku, bisa
dikunjungi warga baik pada hari kerja atau akhir Pekan.
Patung di Jakarta
Di pojok perempatan air mancur bundaran monas,
kalau kita jeli bisa melihat Patung Muhammad Husni Thamrin (MH. Thamrin)— pertemuan
jalan MH Thamrin dan Medan Merdeka. Patung Tokoh Betawi yang pernah menjadi
Volksraad (Dewan Rakyat), dibuat dengan dana 2 miliar dari para donatur.
Bergeser ke perempatan Sarinah, di tengah
terdapat Jam atau biasa disebut Tugu Jali-jali. Konon Jam ini hadiah seorang
turis Australia, yang gemar dengan kesenian Betawi.
Siapa tak kenal, dengan tugu selamat datang di bundaran HI. Rasanya belum ke Jakarta, kalau tidak berfoto dengan latar tugu monumental ini. Tugu Selamat Datang dibuat menghadap arah Kemayoran, guna menyambut kontingen dan tamu Asian Games ke 4 yang mendarat di Bandara Kemayoran.
Patung Arjuna Wiwaha atau dikenal dengan sebutan Patung Kuda, menggambarkan delapan filosofi kepemimpinan negara. Patung karya pematung I Nyoman Nuarta ini, posisinya tidak jauh dari air mancur perempatan Medan Merdeka.
Bangunan Gedung dan Pusat Belanja
Di sepanjang jalan protokol MH Thamrin, berjajar
gedung menjulang dan pusat perbelanjaan. Sarinah adalah Mall pertama dan tertua
di Ibukota. Nama Sarinah sendiri diambil, dari ibu asuh Presiden RI Pertama Ir
Sukarno.
Memutar di bundaran Hotel Indonesia,
“Mpok Siti” berhenti sejenak di Halte Pemberhentian Bus Wisata yang tepat di
depan Plaza Indonesia. Dan bangunan bersejarah yaitu Hotel Indonesia, sejajar
dengan Plaza Indonesia yang berjajar dengan kantor Kedutaan Besar Jepang.
Kantor Pemerintahan
Nyaris semua kantor Pusat Kementrian
negara, berada di jalan Medan Merdeka dan MH Thamrin. Bank Indonesia diarsiteki
Frederich Silaban, arsitek kelahiran Bonandolok Sumatera Utara yang juga
Arsitek Monas, Gelora Bung Karno dan bangunan megah lainnya.
Gedung Radio Republik Indonesia, RRI
memiliki peran besar pada masa kemerdekaan.Bapak Proklamator Muhammad Hatta,
mengumumkan Kemerdekaan RI melalui siaran di Radio Republik Indonesia.
Di perempatan Medan Merdeka, berdiri Komplek Bina Graha. Sebagian lahan Gedung Sekretariat Negara, dulu abad XVII dikenal dengan sebutan “The societeit Harmonie” semacam gedung perkumpulan sosialita Eropa.
Kawasan Kuliner dan Tempat PerIbadatan.
Banyak kuliner pecinan di kawasan Pecenongan,
termasuk martabak yang dibandrol seharga 120 – 180 ribu. Martabak khas
Peconongan, memang lebih mahal dibanding Martabak sejenis. Rupanya campuran
cokelat jenis toblerone, yang membuat harga makanan ini dikategorikan mahal.
Tak Jauh dari Pecenongan adalah daerah
Pasar baru, salah satu kawasan pasar tertua yang didirikan pada tahun 1820. Dinamakan
Pasar Baru, karena –konon-- barang yang dijual di pasar ini selalu update dan
mengikuti tren jaman.
“Mpok Siti” berputar belok di Gedung Kesenian Jakarta, melaju perlahan menuju samping Gereja katedral Jakarta. Gereja yang dibangun pada 1901, mengedepankan konsep arsitektur neo-gotik Eropa – arsitektur yang lazim digunakan untuk gereja.
Yang membuat Gereja Katedral Jakarta cukup
unik, adalah lokasinya yang bersebrangan dengan Masjid istiqlal Jakarta. Istiqlal
diambil dari bahasa Arab artinya merdeka, sebagai masjid terbesar se Asia Tenggara
memiliki 7 gerbang dan 99 akses pintu yang melambangkan “Asmaul Husna.”
Akhirnya perjalanan kami selesai, persis di Halte Pemberhentian “Mpok Siti” yang berada di depan Masjid Istiqlal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA