Dari awal menikah, istri mengutarakan niat menjadi ibu rumah tangga (IRT). Meski sempat gamang, saya mengamini keputusan itu. Apalagi di perjalanan berumah tangga, istri tampak berusaha untuk terus produktif.
Yaitu membuka usaha
kecil-kecilan, memanfaatkan ruangan bagian depan di rumah kontrakan kami. Jujurly,
JNE memiliki kontribusi di usaha kecil kami. Jasa logistik, sangat membantu
usaha rintisan ala rumahan ini.
Saya ingat, beberapa bulan
setelah menikah. Suatu pagi istri ijin ke pasar Tanah abang, untuk belanja
kerudung polosan. Memanfaatkan moment pasar tasik, yang terkenal murah dan
barangnya lumayan. Pasar buka dua hari dalam sepekan, di salah satu gedung di Pasar
Tanah Abang.
Tempatnya (bisa dibilang) kurang
nyaman, tidak ada escalator sehingga kami naik tangga. Pedagang menggelar
dagangan di lantai, dan tidak ada pendingin jadi gerah. Tetapi soal harga
dijamin sangat miring. Tak heran, tempat yang sumuk itu diburu pembeli
Kemudian istri pindah ke blok lain, untuk belanja payet dan mote. Meski barang semacam ini kesannya kecil, tetapi kalau beli kiloan jadi berat dibawa. Kerudung polos dipadu padan mote atau payet, membuat harga jual bisa diupgrade.
Eits, belum berhenti disitu
kerepotan istri. Di rumah memikirkan design, yang akan diaplikasikan di
kerudung. Mencari dan melihat gambar-gambar model kerudung di internet,
kemudian dimodifikasi sedemikian rupa. Di
akhir pekan membawa seluruh bahan ke Citayam, mempekerjakan ibu-ibu memasang mote
dan payet.
Saya suami yang salut kegigihan istri, tidak mau tinggal diam. Ikut membantu di sela kesibukan, apapun yang bisa dilakukan. Pagi sebelum ke tempat kerja, mengantar istri ke pasar tasik sekalian jalan. Waktu memilih barang saya tinggal, kemudian istri pulang dengan naik kereta.
Hari Sabtu atau minggu selepas
subuh, mengendari motor mengantar bahan ke Citayam. Saya juga membantu,
menawarkan dagangan ke teman-teman di kantor. Ketika itu facebook dominan, saya
gunakan promosi kerudung.
Siapa nyana, ada pemesan dari luar Tangsel. Istri yang bingung mengantar pesanan, tanpa pikir panjang saya sarankan dengan JNE. Kisah nyata ini, pernah saya tuliskan di blog di SINI
Support JNE untuk UMKM Itu Nyata
Support JNE ternyata dirasakan teman, yang sedang mulai dan merintis usaha. Seorang teman membuka lapak buah di daerah Kramat jaktim, lokasinya agak masuk alias tidak di jalan utama. Karena kurang terlihat, maka teman ini melayani pembelian secara online.
Kali pertama tak begitu ramai,
tetapi berkat ketekunan akhirnya membuahkan hasil. Setelah dibuatkan akun Instagram,
follower mulai melihat dan mengetahui jenis buah yang ready di lapaknya.
Dengan telaten dan sabar, dicoba segala cara untuk memperkenalkan lapak. Akhirnya mulai datang pelanggan baru, awalnya dari sekitar kramat jati tempatnya membuka lapak. Berselang berjalannya hari, mulai datang konsumen dari jabodetabek bahkan luar kota.
Saya melihat teman ini mengemas
buah, kemudian mengirim ke Sukabumi, Lampung, bahkan pelosok Makasar. Lagi-lagi
JNE menjadi andalan, pilihan paket pengiriman membuatnya bisa menentukan berapa
hari bakal sampai konsumen.
Ada cerita unik, dengan pelanggan di pelosok makasar. Rupanya istri pelanggan sedang ngidam, sementara buah diingini sedang tidak ada yang jual di Makasar. Tetapi di lapak teman ini, ada dan dipasang di medsos. Melalui medsos juga sang suami kirim pesan, ditanggapi pemilik lapak.
Awalnya agak ragu mengirim
buah, apalagi sampai pelosok Makassar. Setelah bertanya ke agen JNE terdekat,
dijelaskan daerah tersebut belum ada agent. Agen terdekat ada di kota
kabupaten, tentu membutuhkan waktu mengirim atau konsumen bisa mengambil
sendiri.
Singkat kata, pelanggan keukeuh memesan buah. Dirinya siap semua resikonya (misal kiriman terlambat atau buah busuk), dan tidak komplain . Teman ini memilih buah masih mengkel, dalam beberapa hari matang dan pas dikonsumsi.
Kepada konsumen disampaikan,
kemungkinan paket buah sampai paling lambat seminggu. Buah yang masih mengkel,
akan lumayan matang dan masih bisa dikonsumsi. Pelanggan menyanggupi, segera
membayar dengan sistem transfer.
Tak genap sepekan sejak pengiriman, kabar buah sudah sampai diterima. Yang menyenangkan, bahwa buah tidak busuk, kotak paket juga kondisinya bagus. Teman pemilik lapak, merasa bersyukur dan semakin sering mengirim melalui JNE.
Dari dua kisah (satu kisah
pribadi) ini, cukuplah bukti bahwa kontribusi JNE bagi UMKM itu nyata. Saya masih
punya kisah lain, dari teman pelaku UMKM yang terbantu oleh JNE.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA