Secara usia, saya sudah tidak bisa dikategorikan ayah muda. Anak dua, keduanya sudah baligh. Pun istri, secara usia bisa dikatakan cukup matang. Saya belajar mensyukuri, anugerah kehidupan yang luar biasa.
Perjalanan hidup mengantarkan
aneka pengalaman, bisa menjadi batu ajar menghadapi ujian kehidupan. Pelajaran
saya dapati, bahwa kita musti adaptif dengan jaman.
Beruntungnya pekerjaan
membukakan jalan, saya berinterkasi, berteman, berkumpul, berdiskusi dengan
anak-anak yang usainya di bawah saya. Tak sedikit kenalan saya, usianya jauh
dibawah saya. Bersama mereka, saya terbantu memelihara semangat dan jiwa muda.
Hal ini membantu saya,
mengambil dan menentukan langkah ke depan. Terus melangkah dan survive,
ditengah gempuran cobaan dan ujian hidup.
----
Saya masih ingat, di awal 2018 kedatangan tamu tak diduga. Kakak ipar dan keponakan dari luar kota datang, tanpa memberi kabar sebelumnya. Mereka dari rumah saudara di Bekasi, dan mampir ke rumah kami sebelum balik kota asal.
Pada kakak ipar satu ini, saya
memiliki cerita bersama cukup panjang. Di permulaan merantau, saya pernah
numpang tinggal di kontrakannya di Surabaya. Pada masa awal susah payah
perjuangan, si kakak menjadi tempat berbagi suka duka.
Kedatangan mereka kami sambut dengan gembira, kami menjamu sebisa kami. Bukankah kedatangan tamu, tak ubahnya dihampiri rejeki. Hari di awal tahun tersa menggembirakan, semakin optimis membentangkan harap.
semoga sepanjang kan berlimpah
rejeki, kesehatan dan keberkahan—Amin.
Lalu apa resolusi di setiap awal tahun ?
Saya sudah lama, menulis
pengharapan di malam pergantian tahun. Berisi daftar target, yang ingin saya
capai di tahun akan datang.
Saya menulis di satu buku
khusus, kemudian disimpan di tempat yang saya sendiri yang mengetahui. Kemudian
di suatu hari, saya akan membuka dan mencocokan. Harapan mana yang sudah dan
belum tercapai, guna mengambil strategi lain.
Semakin ke sini, resolusi saya mulai bergeser. Bukan tentang diri sendiril, tetapi tentang istri dan anak-anak. Sebagai seorang ayah, saya menaruh harap besar pada anak-anak. Dan untuk harapan tersebut, musti saya mulai dari diri sendiri.
Ya, ada satu hal mutlak. Bahwa saya musti terus belajar, berusaha menjadi suami dan ayah terbaik. Berusaha mempersembahkan sikap, perhatian, dan nafkah terbaik untuk istri dan anak-anak. Sehingga mereka nyaman dan bahagia, terbantu mencapai cita-cita.
Di awal tahun, saya disadarkan
tentang bertambahnya usia. Rambut mulai dipenuhi uban, garis-garis di wajah
tidak bisa dibohongi. Bahwa seusia menuju setengah abad, semestinya mengubah pola
pikir dan bertindak.
Resolusi saya, otomatis menjadi bagian resolusi anak-anak dan istri. Sepenuh tenaga, saya ingin membantu dan mendorong anak-anak mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Bahwa langkah mereka, masih sangat jauh dan panjang.Sementara saya ayahnya, saatnya lebih mengaji esensi kehidupan.
Kalaupun pekerjaan
mempertemukan saya dengan anak muda, biarlah menjadi kesempatan menyerap jiwa
dan semangat muda mereka.
Dan tetap resolusi sepanjang masa saya, menjadi ayah terbaik semampu dan sebisa saya.- wallahu alam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA