Setitik cahaya, niscaya tampak di ruang pekat. Sebentuk kasih dari sebentuk hati, niscaya kan terungkap. Demikian hukum semesta berlaku, akibat bagi yang berbuat tak memandang apa dan atau siapa.
Saya
menemui setitik cahaya, di desa Bantas Tabanan Bali. Ketika saya berkesempatan,
mengunjungi anak-anak di rumah SOS Childern's Villages. Adalah bapak I Gusti
Agung Made Suweca, selaku kepala di asrama anak-anak butuh kasih sayang.
O’ya,
Sos Indonesia adalah organisasi non profit, yang memerjuangkan hak-hak anak
khususnya dalam hal pengasuhan. SOS Indonesia Childern's Villages menghadirkan pengasuhan
alternatif berbasis keluarga, menggiatkan Program Penguatan Keluarga di sekitar
lokasi Village.
SOS
Childern's Villages berdiri sejak 1949, tersebar di 134 negara termasuk
Indonesia. Selain di Tabanan Bali, asrama SOS Childern's Villages ada di Bandung,
Jakarta, Semarang, Medan dan Aceh. SOS
-----
SOS
Childern's Villages Bali, memiliki 12 rumah masing-masing memiliki 4 kamar. Setiap
rumah dihuni 12 anak, dengan satu ibu asuh. Layaknya sebuah keluarga ideal,
selain ibu ada yang menjadi kakak pun adik.
Saya
menyambangi dan bersapa hangat, dan setiap rumah memiliki keunikan sendiri-
sendiri. Di dinding terpasang aneka penghargaan, dan juga karya anak-anak dan foto-foto
saat berlomba.
Satu anak sedang hangat diperbincangkan, adalah Semy yang menyabet medali perak dan perunggu di olympiade Los Angles dari cabang olah raga Ateletik. Prestasi yang tidak sembarangan, sudah tingkat international.
Semnetara
anak yang dewasa, telah bekerja dan merantau, ada yang menjadi perawat, ada
yang di Kapal Pesiar, tentara, dan masih banyak yang lainnya.
Anak yang tinggal di SOS Childern's Villages otomatis menjadi keluarga besar, ketika anak-anak yang mandiri pulang mengadakan reuni. SOS Children's Village seperti sebuah kampung, dengan fasilitas penunjang dan kehangatan dibutuhkan anak-anak.
Ibu
asuh di setiap rumah, menyayangi anak-anak seperti anak kandung. Bu Gusti salah
satu ibu asuh, telah puluhan tahun mengabdi. Di usianya 60 tahun lebih, tak
lelah mencurahkan perhatian pada anak-anak.
Memendar Kasih di Pelosok Tabanan
Saya datang ke tempat luar biasa ini bukan tiba-tiba, melalui sebuah lomba blog. Malam harinya digelar malam budaya, menampilkan tari, atraksi Yoga dan penampilan Band. Pengisinya adalah anak-anak SOS, sebagai wadah unjuk bakat.
Kami
turut berpartisipasi, ada yang mendongeng cerita rakyat Palembang, saya nembang
lagu dolanan Jawa. Satu teman dari Gorontalo, menyanyikan lagu khas daerah
tersebut.
Kemeriahan malam budaya berlanjut di pagi hari, ada Cheff Juna yang akrab di layar televisi. Mengajak ibu-ibu memasak, dan hasilnya dinilai oleh chef kenamaan. Enda Nasution, bapak blogger Indonesia, memandu kelas menulis bersama kami para blogger.
Sepanjang
dua hari di SOS Children, tak ada yang memenuhi hati kami kecuali bahagia.
Cinta berpendar dalam hati, menanamkan optimis tak berkesudahan. Anak-anak dengan
keceriaannya, menjadi bekal kehidupan masa mendatang.
Kita para orang tua, seharusnya mewarisi sikap kasih. Agar diteladani anak-anak, sehingga dicopas ketika mereka dewasa. Alangkah indah kehidupan, apabila keindahan juga yang ditanamkan.
Setitik
demi setitik cahaya kalau disatukan, niscaya bisa menjadi lentera. Tak ada
kegelapan yang abadi, selama mash ada sebentuk hati yang memendam kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA