Home

17 Jul 2022

Menyiapkan Masa Senja dengan Menyintai Keluarga



Bahagia wujudnya memang abstrak, tetapi sangat bisa diupayakan. Letak bahagia memang tidak tertebak,  tapi sangat bisa ditemukan bagi pencarinya. Sebab bahagia beraneka rupa, tak selalu berbanding lurus dengan benda.

Ayah pulang kerja dengan senyum mengembang,  hatinya riang tanpa beban emosi. Sangat mungkin, membuat yang di rumah merasakan bahagia. Ibu memasakan nasi goreng kesukaan, bisa menjadi muasal bahagia. Hari minggu sekeluarga naik kereta, bisa jadi bahagia hadir bersama.

Ayah laksana pusat galaksi keluarga, sementara ibu ibarat planet mengitari. Dan anak anak diibaratkan gemintang, menghiasi tata surya bak menebarkan mutiara. Ketika setiap anggota keluarga memiliki peran,  niscaya damai dan tentram bersemanyam.

Janganlah ayah merasa, sebagai pencari nafkah makan menjadi orang paling berkuasa. Kalau sikap ini dipertahankan, maka belahan jiwa dan buah hati tak nyaman. Mengganggap dirinya sebagai beban, sehingga laku keseharian tidaklah

---

Bepergian bersama, bisa dijadikan moment istimewa. Kesempatan ayah, membahagiakan istri dan anak-anak. Menerbitkan sumringah kekasih hati,  menjadi suka cita tak terdefinisi. Saya mengalami di akhir tahun lalu, ketika sekeluarga ke kota gudeg. Sebuah perjalanan tak berbiaya mahal, layaknya backpacker pada umumnya.

Demi menyiasati pengeluaran, jauh hari mempersiapkan dari sisi budgeting. Yang utama adalah berburu ticket kereta,  sejak tiga bulan sebelum hari keberangkatan tiba.  Akhirnya, kami mendapat seat promo yang diincar. Untuk empat kursi, harganya relatif ramah di kantong.

Urusan menginap juga unik, meminjam ruangan di rumah saudara yang kebetulan kosong. Untuk biaya makan,  kami masak dan membeli. "Ah serunya" benak ini membayang akan waktu yang hendak kami lalui.

Menyiapkan Masa Senja dengan Menyintai Keluarga

Suasana keberangkatan, ayah pemegang kendali di stasiun. Mulai print ticket, menggiring anak-anak ke ruang tunggu, dan seterusnya, sayalah pemimpin rombongan. Keceriaan anak-anak mulai terasa,  mulai dari prosesi antrean menuju petugas pemeriksaan. 

Kecuali melihat anak dan istri gembira, kecuali menyaksikan senyum bahagia dari orang-orang dicintai. Tak ada alasan lain, yang melahirkan rasa bahagia.

Kejadian semisal, bisa diulang dalam skala kecil atau besar. Dalam suasana sempit ataupun lengang, sehingga senyum itu tetap ada. Karena memang semestinya ayah, bersedia menghadirkan dirinya di hati pecintanya.

Ayah  dengan  predikat dicinta,  adalah ayah yang rela memasang badan bagi pecintanya. Tak usah berharap besar balas, jerih payah itu menjadi ukiran sejarah perjalanan di hati anak dan belahan jiwa. 

Ayah dengan sikap tulusnya, ibarat menyiapkan masa senjanya. Niscaya akan hidup di hati anak-anak, yang kelak akan menyintainya. Karena menyiapkan masa senja, bisa melalui menyintai keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA