Setiap perayaan Idul Adha, seluruh umat muslim bersuka cita. Mengumandangkan takbir seharian, menunaikan sholat ied, dilanjutkan dengan menyembelih hewan Kurban. Kalau biasanya membahas hewan kurban, saya ingin membahas tentang sholat ied-nya.
Shalat
ied di pagi hari, ditandai dengan semarak di masjid dan atau di tanah lapang. Ya,
kapasitas masjid yang terbatas, disiasati pengurus agar jamaah tertampung.
Yaitu memanfaatkan halaman, jalanan atau tanah lapang di seputran tempat ibadah.
Soal
terbatasnya tikar atau karpet, sementara jamaah membludak. Biasanya jamaah
menyiapkan dari rumah, membawa alas untuk menunaikan sholat. Sajadah tentu
dibawa, kemudian dilapisi kertas koran.
Tujuannya
agar sajadah tidak kotor, akibat bersentuhan langsung dengan tanah atau halaman
masjid yang masih semen kasar atau rumput. Konon kebiasaan membawa kertas koran untuk
pelapis sajadah, pernah dimanfaatkan sebuah brand untuk memasang iklan di koran.
Membaca artikel teman blogger, saya mengamini kejadian setelah sholat ied. Jamaah meninggalkan kertas koran bekas alas shalat, membuat halaman masjid atau tanah lapang kotor. Kebiasaan berulang dari tahun ke tahun, termasuk shalat ied beberapa waktu lalu.
E’tapi,
seketika saya menemukan sudut pandang lain soal koran bekas ditinggalkan jamaah.
Pak yanto, tukang pulung yang semangat memunguti koran bekas. Ketika saya menghampiri,
si bapak merasa mendapat berkah dari koran bekas.
Koran koran bekas, biasanya didapat Pak Yanto dengan berkeliling dari rumah ke rumah. Kali ini tak perlu susah payah, tinggal memunguti satu persatu dan didapatkan gratis. Pagi ini dihadapannya bapak paruh baya ini sudah berhampar sumber pengganjal perut.
Merasa
tak enak menganggu terlalu lama, saya pamit dan meninggalkan Pak yanto
meneruskan pekerjaannya.
Tiba tiba ada yang terbersit dibenak, apa yang menurut sebagian orang dianggap tak sampah, bagi orang lain justru menjadi sumber rejeki bagi. Pada hari raya Idul Adha, berkah bukan hanya dari daging kurban. Bahkan dari hamparan koran bekas yang berserakan, juga bisa menjadi berkah bagai Pak Yanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA