Saya sangat yakin, nama Rumah Sakit Premier Bintaro sudah bukan nama yang asing. Rumah Sakit yang beroperasi 12 Oktober 1998 ini, dulunya bernama RS Internasional Bintaro. Kemudian pada Agustus 2010, berganti nama menjadi Rumah Sakit Premier Bintaro.
Selain lokasinya yang strategis, RS yang memiliki layanan dan tenaga profesional ini, sangat mudah
diakses melalui pintu TOL Pondok Aren.
Pekan kedua bulan juni, saya
berkesempatan hadir di acara “Blogger dan Vlogger Gathering” RS Premier
Bintaro. Kegiatan ini mengangkat tema “Fakta dan Mitor Seputar Scoliosis”
menghadirkan narsum dokter Asrafi Rizki Gatham.
Keseruan acara sudah terasa, sejak dimulainya Hospital Tour. Kami lima puluh blogger, dibagi menjadi lima kelompok (masing-masing 10 orang). Setiap team dipandu satu orang (dari Marketing), melihat layanan atau fasilitas yang modern dan canggih.
Sebagai rumah sakit berstandart Internasional, RSP Bintaro memiliki fasilitas kamar suite/VIP dan SVIP. Dua kamar ini menjadi jujugan kelompok 5, setelah itu ke set place untuk memroduksi konten medsos. Jujurly, melihat ruangan ini seketika saya paham, mengapa konten instagram dan chanel yotube Rumah Sakit ini keren-keren.
Kami bergeser ke roof garden,
yang sangat nyaman dan (menurut saya) multi fungsi. Menurut pemandu team,
lokasi ini menjadi tempat favorit saat pandemi merebak. Menjadi tempat
berjemur, guna menjaga daya tahan tubuh.
Soal kelainan tulang belakang, memang tidak boleh dianggap sepele. Apalagi kalau dialami orang di usia muda, sebaiknya segera ditangani agar pemulihannya bisa cepat.
Saya pernah mengalami,
mengurus orang dengan masalah tulang. Semakin cepat bertindak dan dibawa ke ahli,
maka kemungkinan pulih semakin besar.
Di Health Talk, narsum mengajak peserta mengetahui apa itu Scoliosis.
Adalah kelainan tulang belakang dengan keadaan miringnya tulang belakang ke arah samping dan disertai rotasi pada tulang belakang.
Tak dipungkiri banyak mitos
seputar scoliosis di tengah masyarakat, yang (menurut dokter Asrafi) perlu
diluruskan. Karena apabila dibiarkan berkembang, bisa membuat salah penanganan
dan akibatnya fatal.
Misalnya mitos, bahwa scoliosis disebabkan banyak atau sering mengangkat beban berat, posisi tubuh yang salah, scoliosis menyebabkan nyeri, berenang bisa mengurangi scoliosis, calon ibu dengan scoliosis tidak dapat hamil, dan masih banyak mitos yang lain.
Dari sudut pandang medis, scoliosis tidak
diketahui penyebabnya dan secara umum dialami perempuan usia remaja.
Scoliosis juga disebabkan karena gangguan fungsi syaraf, atau kelainan bawaan
yaitu tulang belakang tidak terbentuk sempurna.
Secara kasat mata, kita orang awam bisa mendeteksi orang dengan scoliosis. Biasanya tampak dari bahu yang tidak simetris, ada punuk di bagian punggung. Kemudian bisa dideteksi, dari payudara yang besar sebelah. Bagi penderitanya sendiri, biasanya akan merasa pegal, di bagian punggung dan atau pinggang.
Sekiranya ada indikasi tak
enak di bagian tulang, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan dini. Pada
perempuan periksa disarankan di usia 10 dan 12
tahun, pada pria di usia 12 atau 13 tahun.
Pengobatan scoliosis, dapat
membantu menghentikan pertambahan kurva scoliosis, sehingga membantu menjaga
keseimbangan tulang belakang, mengurangi rasa nyeri dan koreksi scoliosis.
Bahwa manipulasi spin dan fisiotherapy, diyakini mengurangi sudut scoliosis itu adalah mitos.
Faktanya, operasi scoliosis-lah yang menyebabkan sudut scoliosis terkoreksi. Selain itu resiko lumpuh dan kematian minimal, karena dipantau saraf dan fungsi jantung paru oleh ahlinya.
Dan bagi yang gemar olahraga
jangan takut, walau tidak mencegah pertambahan sudut scoliosis tetapi membantu mengurangi sudut scoliosis.
Sungguh, ilmu yang mencerahkan. Smoga bisa menjadi informasi bermanfaat, bagi pembaca yang memiliki masalah dengan tulang belakang.
Salam sehat selalu, teman-teman.
Rumah sakitnya keren dan modern. Masuk ke sana malah berasa kayak masuk ke dalam mall, bikin nyaman, karena bersih...
BalasHapusJadi nambah wawasan soal scoliosis nih. Seru banget Mas Agung. Semoga bisa ke sana lagi deh, hehehe