Siapa yang tak mau, punya berat badan ideal ?
Sebagian
besar kita pasti mau, dong. Memiliki lingkar pinggang ideal, dengan otot tubuh teguh
dan perut tidak buncit. Kalau badan bagus, memakai baju apa saja cocok tidak kesulitan
mencari ukuran. Kalau berpose di foto, tidak lagi perlu menahan nafas —hehe.
Tetapi kenyataan
berbicara lain. Karena kerap, keinginan tidak dibarengi tindakan. Pola makan sehat
tidak dijaga, gaya hidup asa-asalan diterapkan. Aneka gorengan menjadi hoby, asupan manis
manis disikat habis.
Niat
membuang lemak, nyatanya hanya terucap di mulut. Tidak dibarengi tindak laku,
agar harapan menjadi kenyataan. Sementara tekad, seharusnya dibarengi usaha demi
meraih berat badan ideal. Rasa lapar ternyata tidak hanya di perut, tapi ada lapar
hidung, lapar mata, lapar lidah dan seterusnya.
Lapar
mata -- Lapar yang muncul,
karena tergiur warna hijau cendol, warna putih santan, cokelat tua gula aren. Dari
pandangan inilah, yang menuntun tangan mengambil kemudian menyantapnya, padahal
sedang tidak haus.
Lapang Hidung-- Lapar yang tiba-tiba datang,
gara-gara “SENGGG” indra penciuman menangkap aroma harum makanan. Perut yang
sebenarnya tidak lapar, goyah karena wewangian makanan.
Lapar
Lidah – Lapar dari coba-coba incip-incip makanan. Begitu ujung lidah mencecap
rasa nikmat, tak berhenti di situ. Dari yang seujung sendok, akhirnya satu
piring makanan dihabiskan.
Dan lapar yang lainnya, silakan teruskan sendiri.
-00o00-
Tak dipungkiri, manusia membutuhkan moment untuk titik balik. Satu kondisi, untuk memperkuat tekad, mengalahkan segala keengganan. Saya merasa beruntung, pernah mendapati moment (titik balik) tersebut.
Ketika itu
badan pernah kesakitan, tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Setelah ke dokter,
saya mengikuti serangkaian prosedur. Mulai sesi konsultasi, di USG, disuntik
dan bertemu ahli nutrisi. Kalimat dokter bahwa ada potensi “pelemakan hati” terus
terngiang dan susah dihilangkan.
Keputusan yang tidak boleh ditunda-tunda, adalah saya musti merubah gaya hidup. Menerapkan pola konsumsi makanan sehat, membayar sekian lama keterlenaan. Pikiran langsung terbuka, memilih memilah makanan jahat dan yang ramah bagi badan.
Kunci utama di mindset -- Pusat kerja manusia adalah otak. Otak ini bisa disetting, yang akan mempengaruhi tindakan sesuai informasi.
Dengan segala
upaya saya berolahraga, pagi, kegiatan
yang biasanya sulit dilakukan. Udara dingin di luaran, sayang dilewatkan tanpa
selimut tebal. Saya berusaha melewati konsumsi makanan kesukaan, butuh
perjuangan berat melawan diri sendiri.
Saya membaca banyak referensi, penting berpikir “BIG GOAL” dalam diet. Maka kendala apapun musti dijabani, bahwa kesehatan lebih utama dibandingkan kesenangan sesaat. Selektif terhadap makanan, aktif berkegiatan perlu perjuangan.
Diet perlu
dibarengi merubah pikiran, yang akan mempengaruhi sikap seseorang. Memilih
makanan dan kegiatan yang tepat, akan mempengaruhi kondisi menguntungkan tubuh.
So, kunci diet ada di mindset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA