Teman-teman, keamanan ruang digital itu sangat penting lo. Data pribadi bisa diibaratkan harta karun, tak ubahnya privacy yang (seharusnya) tabu diketahui publik. Karena kalau data jatuh ke tangan yang salah, niscaya akibatnya bisa fatal. Adalah penyalahgunaan data, yang berujung pada kejahatan digital.
ITSEC Asia, perusahaan cybersecurity terdepan berdiri sejak
tahun 2004. Dengan satu dekade pengalaman memberikan layanan, terhitung lebih 450
proyek keamanan digital berhasil dijalankan. ITSEC Asia memberikan solusi
keamanan informasi mutakhir, dengan layanan futuristik dan terintegrasi.
Edukasi keamanan digital
dilakukan ITSEC Asia, satu diantaranya melalui kegiatan “Community Workshop-
Keamanan di Ruang Digital”. Kegiatan mencerahkan ini, menghadirkan narsum Andri
Hutama Putra, selaku Presiden Director of ITSEC Asia dan Ani Berta , Content
Creator.
Dua narsum menyampaikan
insight, tentang pentingnya menjaga keamanan data di ruang digital. Termasuk tips
mengantisipasi penipuan cyber, serta pengalaman pribadi narsum terkait kejahatan digital.
----
Tahun lalu, ketika angka terdampak pandemi sedang meningkat. Seorang teman mengabari, dirinya baru tertipu orang yang mengaku saya. Keyakinan yang beralasan, mengingat foto profil si penelpon memakai foto saya (diambil dari medsos). Kemduian logat jawa medhok penelpon, sekilas-kilas mirip-mirip logat saya.
Singkat kata, teman bersedia mengikuti
kemauan men-transfer sejumlah uang. Konon ada bisnis ditawarkan, yaitu jual
beli barang elektronik. Keuntungan dijanjikan juga lumayan, membuat
ketertarikan itu bertambah.
Sebenarnya, sang suami (teman ini) menahan untuk tidak langsung transfer. Sebaiknya memastikan ulang, menelpon teman lain yang satu circle pergaulan. Tetapi anjuran itu diabaikan, mengingat penelpon mengaku sedang terburu-buru.
Keanehan mulai muncul, setelah
bukti transfer dikirim. Penelpon tidak lekas merespon, sikap yang kontras
dengan sebelumnya. Beberapa saat setelahnya telpon tidak aktif, pesan dikirim
hanya contreng satu. Setelah
mengonfirmasi beberapa teman lain, barulah sadar sudah ditipu.
Saya yakin, sebagian kita juga pernah mengalami penipuan virtual. Baik berawal dari medsos, atau blazt via email dan lain sebagainya. Tak jarang, ada alamat email atau medsos dibobol hacker. Beberapa pertemanan sadar setelah transfer, diyakini ada unsur hypnotis.
Keamanan Ruang Digital Dimulai dari Diri Sendiri
Saat ini, dunia nyata dan dunia maya bahwa dua keping mata uang logam. Kita hidup di dua dunia berbeda, tetapi kenyataannya seperti tak terpisahkan. Nyaris semua yang ada di dunia nyata, dibagikan di dunia maya. Yang kita tidak bisa mengontrol, publik luas menyikapi postingan.
Maka tak heran, kalau ada segelintir oknum memanfaatkan untuk kejahatan. Andri Hutama Putra, Presdir ITSEC Asia, menyampaikan, bahwa di rentang 2020- 2021 telah terjadi sekitar 1,6 juta cyber cryme. Hal ini bermula, (sebenarnya) dari kecerobohan kita menyebarkan data di dunia maya.
Relate dengan disampaikan Ani Berta, yang mendapati ada akun membagikan foto kelulusan buah hati di medsos, kelupaan menutup informasi penting (misal barcode) di gambar tersebut. Menurut saya hal ini sangat fatal, kalau sampai jatuh di tangan yang salah.
Sangat mungkin, kitapun tanpa disadari melakukan hal semisal. Entah membagikan foto kelahiran anak, nilai ujian atau rapot, mendapat kiriman paket (alamat dan no hp belum dilepas), dan lain sebagainya. Memang terkesan sepele, tetapi akibatnnya tidak sepele.
Selanjutnya Ani Berta menyarankan, untuk menahan diri membagikan sesuatu di medsos. Sebaiknya dicerna dan dipikirkan ulang, sembari memastikan keamanan. Termasuk soal kesiapan mental, menanggapi informasi di dunia virtual.
Jangan mudah menuruti transfer
dana, apalagi saat secara fisik kelelahan, dan tidak bisa berpikir panjang.
Soal transfer dana, bisa ditanyakan ulang ke lingkungan pertemanan. Hal ini,
bisa meminimalisir kemungkinan penipuan.
“Buatlah passwood alay” tegas
Ani dan diamini Andri Hutama
Selanjutnya Andri Hutama, membagikan tips keamanan di ruang digital ; Setiap membuat akun buat yang menyulitkan hacker (misal passwood alay) ; tiga bulan sekali mengganti passwood ; Membuat clustering email (email untuk perbankan, online shop, medsos) ; Memasang anti virus ; Jangan mudah install aplikasi ; seleksi aplikasi yang tidak dipakai segera uninstall.
Bagaimanapun, kemanan data diri
di ruang digital, musti diri sendiri yang memulai mengamankannya. Sehingga tidak mudah terlena, sehingga bisa
membatasi ruang gerak hacker di ruang digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA