Pertengahan September, ada pengumuman PSBB Tangsel diperketat lagi. Hal ini tentu mengagetkan, sekaligus membuktikan bahwa sebagian besar kita belum patuh protokol kesehatan.
Di lingkungan saya sendiri, baru-baru ini ada warga dinyatakan positif Covid-19. Pasangan suami istri, dan setelah ditelusuri si istri terkena saat ngantor.
Bicara PSBB diperketat, artinya kita kembali berdiam diri di rumah. Anak anak belajar di rumah, terutama ibu menjadi guru dadakan.
Gadis kecil saya, beberapa kali menyatakan kebosanan belajar daring. Tidak bisa bertemu teman-teman, tidak bisa main tidak ada upacara dan seterusnya.
Ya, bagaimana lagi. Tidak ada pilihan lain, semua demi kebaikan kita semua.
------
Manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan keterhubungan dengan orang lain.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, berpotensi memicu datangnya stres, baik pada orang tua maupun anak-anak.
Pintar-pintarnya ayah dan ibu saja, mengelola stres agar tidak kebablasan. Sehingga tidak berpengaruh, kepada menurunnya nafsu makan anak.
Yang bahaya apabila kehilangan nafsu makan, berpotensi mempengaruhi daya tahan tubuh dan rentan terpapar virus covid-19 (amit amit ya).
Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia, mengundang alumni Danone Bloggers Academy (DBA) dalam Bicara Gizi – “Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Saja”.
Acara yang digelar secara virtual ini, seperti biasa menghadirkan narsum keren dan tentunya expert di bidangnya.
Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, dalam sambutannya menyampaikan, bahwa menjadi komitmen Danone SN Indonesia. Mengedukasi para orang tua, untuk membiasakan anak menerapkan gizi seimbang selama SFH (Study From Home).
“Mulai dari memberikan makanan bervariasi, dan pengalaman menyenangkan saat makan, serta menjaga kondisi psikis anak dan juga orang tua agar tumbuh kembang anak tetap terjaga,”ujar Arif
Sebagai orang tua saya merasakan, betapa butuh usaha ekstra menangani kebosanan anak. Selain anak bosan di rumah saja, juga tantangan memberikan menu bervariasi.
Karena anjuran menerapkan pola makan bergizi seimbang, tentunya didapat dari bahan olahan yang bervariasi (selama lockdown tukang sayur tidak lewat).
Maka ketika istri belanja bahan makanan di pasar, sekaligus dijadikan kesempatan untuk refreshing (anak yang kecil diajak dengan mematuhi prokes).
Saya sepakat dengan penjelasan dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinis, bahwa gizi seimbang didapat dari makanan yang dikonsumsi dalam jumlah cukup, berkualitas baik, dan beragam jenis mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh (saya jadi ingat isi piringku).
Nutrisi menurut jenisnya, ada yang nutrisi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan nutrisi mikro (vitamin dan mineral), dan keduanya harus dipenuhi.
Saya melihat upaya pada variasi olahan, bisa menjadi cara agar anak tidak disuguhi makanan yang itu-itu saja.
"Saat di rumah saja, anak cenderung cepat bosan dan memilih makanan yang mereka sukai saja. Hal ini bisa berdampak pada kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal,” ujar dr Juwalita.
Selanjutnya dr Juwalita memberi tips, untuk mengoptimalkan manfaat nutrisi agar sesuai kebutuhan anak.
Membuat olahan yang bisa dikonsumsi seisi rumah, misalnya olahan protein nabati dari kacang-kacangan seperti soya kemudian difortifikasi (diperkaya mikronutrien- vitamin dan unsur renik esensial).
------
Webinar Bicara Gizi Danone semakin menarik, menyimak pemaparan dari sisi psikologis oleh narsum kedua Putu Andini, M.Psi, Psikolog Anak dari Tiga Generasi.
Stres akibat terlalu lama tinggal di rumah, sebenarnya terjadi keterkaitan antara orangtua dan anak.
Kemudian berpengaruh, pada perilaku makan di rumah.
Lagi-lagi tugas orangtua, selain mengelola stres juga memperhatikan mood anak.
Menurut Putu, untuk mengalihkan kebosanan anak bisa dilibatkan dalam menyiapkan menu gizi seimbang sesuai usia dan kemampuan anak.
Saya setuju dengan point ini, gadis kecil saya yang sudah kelas empat, paling suka membantu ibunya mencuci piring dan menggoreng telur dadar.
Cara demikian cukup efektif, anak tampak bersemangat kalau ibunya sudah di dapur. Setelah kejadian menggoreng telur, keesokannya ingin menggoreng tempe dan seterusnya.
Menyambung penjelasan Putu Andini, saya tercerahkan bawa melibatkan anak saat memasak bisa mengasah perkembangan kemampuan kognitif, fisik, social dan emosional anak serta meningkatkan bonding antara ibu dan si Kecil.
“Anak memiliki berbagai kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi, antara lain: merasa bisa mandiri, berinisiatif, dan menghasilkan suatu karya. Melibatkan anak pada proses dan memberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga kesehatan psikis anak tetap terjaga,”tambah Putu.
Public figure Soraya Larasati, seperti kebanyakan ibu pada umumnya, yaitu khawatir buah hatinya bosan dengan menu makanan sehat di rumah.
Hal demikian membuatnya termotivasi, berkreasi saat menyajikan makanan serta mengajak anak berkegiatan agar anak tidak bosan di rumah saja.
“Saya sering membuatkan menu makanan nabati. Ragam makanan nabati yang sangat bervariasi dari jenis kacang-kacangan dan sayuran baik untuk dikenalkan pada anak-anak” ujar Soraya.
Menurut saya, setiap keadaan selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Termasuk kondisi pandemi sedang kita hadapi.
Kita bisa memanfaatkan waktu di rumah, untuk membayar kebersamaan dengan anak. Apalagi bagi ayah dan ibu yang ngantor, sangat mungkin saban hari selalu sibuk.
Anakku seneng kalau yang masak bapaknya. Buat mengalihkan bosan :D
BalasHapusKalau ikut terlibat dalam proses masak maka akan belajar bumbu khas rempah dan belajar dunia kuliner. Siapa tahu besarnya nanti jadi chef
BalasHapus