dokpri |
Sabtu
pagi yang dingin, serangkaian kegiatan musti tertunaikan. Karena di hari kerja, mustahil bisa menyelesaikan urusan. Karena selain aku sibuk urusan kantor, tentunya ada skala
prioritas.
Mumpung hari libur, kumanfaatkan waktu untuk ke bengkel motor. Berlanjut ke pusat pengaduan provider, sempat mampir ke toko buku.
Setelah makan siang, membawa sepeda angin ke bengkel dekat masjid. Roda sepeda milik jagoanku macet, maka aku
musti mengangkat roda depan agar sampai di bengkel.
Si Bapak pemilik bengkel, berlaku agak aneh, yaitu tangan kanannya selalu disembunyikan setiap hendak mengerjakan sesuatu.
Bapak yang telah akrab akhirnya berkisah, baru saja pulang kampung dan mendapat “musibah”
ditabrak motor.
Tangan kanannya tidak bisa berfungsi dengan baik, setiap diangkat ada rasa linu
dan nyeri.
Drama pagi itu dimulai, sang istri mengambil alih beberapa pekerjaan yang memerlukan tenaga lebih.
Sepeda anakku ditangani sang istri, dari mencopot roda, memasang mur baut, dan meluruskan stang
bengkok.
Disela sela mengerjakan sepeda anakku, si istri disela dengan membantu suami seperti mengambilkan tang, obeng, damn sebagainya.
----
Sabtu pagi dihadapanku,
tersuguh pembelajaran tentang kesetiaan suami istri. Dari mereka yang hidup sederhana, tetapi memaknai setiap keadaan dengan nilai hidup sesungguhnya.
Kesetiaan tiada
syarat, menerima seutuhnya tanpa menuntut. Mungkin inilah, yang mejadi resep keutuhan itu.
Segenap kesulitan yang ada, dilampaui bersama, dengan membahu dan bergandengan tangan. Aku belajar satu hal, melalui peristiwa kecil di keseharian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA