soft launching Hops.ID- dokpri |
Saya beruntung, berkesempatan hadir di acara Hops
Live “Belajar dari Corona, Si Penyakit Mematikan”. Acara yang diadakan di
penghujung Februari ini, memberi pencerahan baru yang awam dan bingung
menyikapi Corona.
Melalui pemaparan narasumber, saya tersadarkan selain
virus corona ada yang lebih bahaya dan tengah kita hadapi. Adalah penyebaran
Hoak yang membabi buta, membuat kita tidak jernih melihat permasalahan.
Fenomena terbaru, adalah kepanikan (sebagian)
masyarakat, yang ramai-ramai memborong bahan pangan, mie instan, masker dan
cairan pencuci tangan.
Malam itu saya sedang belanja di mini market, mendapati
beberapa rak minyak melompong, roti tawar, gula, (apalagi) masker dan cairan
pencuci tangan nihil.
Entahlah, mengapa mereka sebegitu paniknya. Apa
karena termakan informasi menyesatkan, yang dikirim melalui WA Group ataupun
media sosial.
Sebenarnya, kepanikan juga menjadi penyebab, harga
barang melonjak mengikuti hukum pasar. Bahwa permintaan yang meningkat, menjadi
muasal kenaikan harga.
-----
Menyikapi kabar hoak, kabar viral, kabar trending,
sebagai kaum terpelajar kita musti bijak. Jangan menelan mentah setiap
informasi, sebelum kroscek dan mencari kabar pembanding.
Kini ada Hops.ID , media multi platform yang
menyajikan berita ringan sedang viral dan trending. Tidak sekedar mengikuti
arah medsos, tetapi disaring dan disajikan secara kreatif.
Hadi Suprapto-dokpri |
Hops.ID mengajak serta user, untuk turut
berkontribusi melalui unggahan konten. Mengajak para penulis cerdas, turut
memajukan negeri, menciptakan peluang baru bagi anak muda kreatif. Menurut, Hadi Suprapto, Chief of Content Hops.ID,
Hops bisa diartikan harapan atau lompatan demi masa depan yang lebih baik.
Sebagai penanda soft launching, Hadi melakukan
pemotongan tumpeng, potongan pertama diserahkan kepada dua orangtua, kemudian
team Hops juga dibagi potongan selanjutnya.
Belajar dari Corona Si Penyakit Mematikan
Selepas ceremony soft launching Hops.ID, undangan
diajak mengikuti sesi talkshow tentang Virus Corona yang sedang viral. Benar,
bahwa Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan, ada dua WNI dinyatakan
positif virus Corona.
Tetapi kita yang sehat jangan panik, dengan cara
membuka mata dan telinga, agar tahu duduk permasalahan dan cara penanggulangan.
Saya yakin, pihak terkait pasti mengupayakan yang terbaik untuk pasien positif.
Menurut narsum pertama, dr. Moh Adib Khumaidi SpOT , dari Perhimpunan
dokter emergensi indonesia (PDEI), Bahwa virus corona memungkinkan
tertular, melalui dropet saluran nafas (misalnya batuk dan bersin).
Kemudian bisa melalui kontak personal (menyentuh,
jabat tangan), menyentuh benda/ permukaan yang terdapat virus di sana dan kemudian
menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan, serta kontaminasi
feses.
dr Moh Adib-dokpri |
Jadi, selama kita melakukan tindakan yang
menghindari datangnya virus, saya rasa tidak perlu terlalu panik dan stres.
Adapun gejala-gejala terkena virus corna, yang mudah
dikenali, adalah demam lebih dari 38 derajat celsius/ riwayat demam, batuk
pilek, nyeri tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala
klinis dan atau gambaran radiologis.
Sementara faktor resiko terdampak, adalah *riwayat
perjalanan ke negara terjangkit, *memiliki paparan sebelum gejala, berkunjung
atau bekerja di faskes yang merawat pasien terkonfirmasi, *kontak dengan orang
dengan riwayat perjalanan ke negara terjangkit (* pada 14 hari sebelum timbul gejala).
------
Nah, menyoal bagi membagi informasi, pemaparan narsum dr. Mahesa Paranadipa M, M.H, selaku Ketua Umum DPP Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI)
Indonesia Health Law Society
mengaku prihatin dan miris dengan cepatnya penyebaran hoax di Indonesia.
Contoh paling konkret dan aktual, adalah viral tentang berita simpang
siur virus Corona yang membuat (sebagian) masyarakat panik.
Saya semakin paham fenomena ini, setelah membaca riset “We Are Social
bekerjasama dengan Hootsuite, bahwa
terdapat 49% (atau sekira 130 juta) orang Indonesia, mengakses media sosial
lebih dari 3 jam per-hari.
Dan Hoax kesehatan menempati urutan tertinggi ketiga, setelah hoax
tentang politik dan hoax Pemerintahan. Menurut
Dewan Pers, faktanya 90% informasi viral melalui facebook, dan 95% info
kesehatan di Watups adalah Hoax.
So, kalau ada broadcast di WAG, jangan buru buru diteruskan ya. “Kesehatan
adalah ladang yang cukup subur untuk memanen hoax,” tegas dr Mahesa.
Saya sangat sepakat dengan pernyataan dr Mahesa.
Dan penyebabnya sudah jelas, karena rendahnya pengetahuan terhadap kesehatan
(tapi sok tahu).
Masih ingat kan, anak kecil yang mendadak sakti
karena punya batu ajaib. Orang berbondong datang, minta diobati hanya dengan
menyelupkan batu ke air yang dibawa pasien.
suasana talkshow- dokpri |
Hoax kesehatan adalah hoax berbahaya. Oke, kalau hoax
politik atau hoax pemerintahan, berpotensi menyerang pejabat berkuasa. Tetapi
kalau termakan kabar bohong seputar kesehatan, bisa-bisa mengancam nyawa orang lain.– ngeri ya.
Saya setuju dengan sikap Abimana, seorang Seniman
dan penyanyi yang cukup santai dan tidak mudah menanggapi hoax kesehatan. Hal
ini berbanding terbalik, dengan sikap istrinya yang mudah panik.
Berkat sikap santai itulah, justru Abimana bisa
berpikir tenang dan mencari informasi dari sumber yang lebih kredibel.
Jadi sekali lagi, sebaiknya jangan cepat panik,
apabila mendapati informasi seputar kesehatan yang belum jelas sumbernya dan
belum teruji kebenarannya.
Semoga bermanfaat !
Inilah yang akan membuat kita panik ketika warga indonesia ada posituf virus corona. Seram sih tapi memang harus tenang dan berdoa sama allah . semoga kita tidak kena virus ini
BalasHapus