dokpri |
“Wooow Kereeen” dua kata ini mendadak muncul,
berulang kali saya bisikan dalam batin maupun ucapkan dalam gumam. Hari itu, kali pertama saya mendekat,
memegang dan masuk ke Kereta Inspeksi (KAIS).
Saya yakin Kompasianer tidak asing denngan KAIS,
yaitu kereta yang biasa digunakan Pejabat Negara atau Direksi KAI, untuk
melakukan kunjungan atau inspeksi ke beberapa tempat. Guna meninjau keadaan lintasan kereta maupun
stasiun kerta, yang tersebar di seluruh kota/ Kabupaten.
Tubuh ini seperti melayang, ketika menginjak karpet
empuk, bersih dan harum dengan motif lengkungan batang pohon perdu. Kemudian
bisa merasakan duduk di kursi empuk, ornamen indah di indera penglihatan.
Menikmati sajian menu istimewa di sepanjang
perjalanan, dan tentu saja disuguhi pemandangan alam Garut yang mempesona.
----------
Bagi saya, “Kesempatan” itu semacam privilage. Datangnya
tidak disangka-sangka, dan akan menemui hanya kepada orang yang berhak saja. Setiap
orang memiliki moment-nya sendiri,
dan djamin tak serta merta tertukar dan tidak ada yang sanggup menghalangi.
Kesempatan istimewa datang, (menurut saya) bersama
campur tangan semesta. Telah diperhitungkan dengan tepat dan akurat, melalui
sistem algoritma kehidupan.
Ya, “Kesempatan” bisa menjadi (semacam) keistimewaan bagi orang
yang telah terpilih. Maka jangan disia-siakan, agar membawa dampak baik bagi
diri dan sesama.
Dan yakinlah, bahwa “Kesempatan” bisa
dipersembahkan dalam bentuk lain (tidak persis pengharapan). Tetapi di mata
kehidupan, kesempatan itu tetaplah terpantas yang diberikan.
dokpri |
Pengalaman Seru Naik Kereta Inspeksi
Nah, menyoal “Kesempatan” ibarat privilage.
Baru-baru ini, saya mendapatkan moment istimewa yang lain. Kesempatan itu
datang tanpa dinyana, bahkan melebihi ekspektasi saya tumpukan.
Belum genap sepekan peristiwa berlangsung, rasanya masih
susah untuk segera move on. Seperti di judul artikel ini, kesempatan itu adalah
naik kereta Inspeksi (KAIS).
Saya berkesempatan naik KAIS 4, turut dalam
perjalanan dinas Dirut KAI, Bapak Edi Sukmoro dan Bupati Garut, Bupati Garut,
Bapak Rudi Gunawan.
Kereta yang sama, pernah digunakan oleh rombongan
Wakil Presiden, ketika meninjau banjir bandang di daerah Kabupaten Lebak pada
30 Januari 2020.
dokpri |
Perjalanan kali ini ditempuh dalam waktu dua jam, dalam
rangka pengechekan jalur Cibatu Garut yang akan di aktivasi. Jalur Cibatu Garut
sempat mati suri selama 37 tahun, padahal memiliki potensi bagi peningkatan
ekonomi.
Tak pelak, langkah strategis dan revolusioner ini,
disambut dengan antusias warga di sepanjang perjalanan. wajah-wajah dengan
senyum sempurna, lambaian tangan penuh semangat, benar-benar membuat dada ini
sesak. (ulasannya di SINI).
O’ya, KAIS 4 memiliki 5 rangkaian kereta. Saya
masuk dari kereta 1 dan bisa melihat ruang masinis, kemudian melewati ruang
inspkesi, ruang kru, ruang genset dan ruang kelistrikan.
Kemudian kereta 2 tempat kami berkumpul, memiliki ruang
makan, bersebalahan dengan pantry, ruang bagasi dan toilet.
Di kereta 3, terdapat ruang rapat, ruang lounge,
ruang bagasi dan toilet. Dan di perjalanan pulang, kami pindah dari kereta 2 ke
kereta 4, di kereta ini terdapat ruang staff, mini bar, mushola, ruang bagasi
dan toilet.
Sementara kereta paling belakang yaitu kereta 5,
memiliki fasilitas yang sama dengan kereta paling depan.
Sepanjang perjalanan, snack olahan dengan direbus
dan air mineral disajikan di atas meja. Saya paling doyan jagung rebusnya yang
diiris sedang, empuknya dan manisnya pas tanpa kawatir dengan kandungan
glukosa.
Ketika masuk jam makan siang, petugas mempersilakan
kami mengambil makanan, dengan konsep prasmanan. Buah potong dan jeruk cukuplah
menjadi incaran, dan saya mengabaikan nasi putih di sepanjang perjalanan.
dokpri |
Sewaktu-waktu mau buang air kecil atau besar tidak
perlu kawatir, karena tersedia toilet dengan kebersihan terjaga dengan
pengharum didalamnya. Tempat ini benar-benar membuat nyaman, saya berasa di
toilet perkantoran atau mall di ibukota.
Pun ketika tiba waktu sholat, di mushola yang
karpetnya bersih dan wangi saya turut menjadi makmum. Sensasi menegakkan ibadah
di kereta, begitu nikmat dan tak terbilang kata. Melangitkan pengharapan,
sembari berkelebat pemandangan di balik jendela kaca di sudut mata.
Dua jam waktu tempuh rasanya seperti sekejap,
tetapi saya menjaminkan pada diri sendiri. Bahwa pengalaman naik KAIS, tak
terlupa sepanjang hidup. Dan kemudian saya bagikan kepada Kompasianer, agar
bisa menjadi cerita yang bisa saya tengok di kemudian hari.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA