Ki-ka , dr Cut Putri, Moderator, Prof Tati, Friska Batubara-dokpri |
“Prinsipnya
penyakit kanker dapat dicegah dapat diobati,” dr. Cut Putri Arianie
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM)
Semua pasti sepakat dong, bahwa penyakit itu
asalnya dari asupan yang masuk ke tubuh, kemudian ditambah perilaku atau gaya
hidup.
Ya, jangan harap punya badan sehat, kalau masuk
paruh baya masih suka konsumsi gula garam dan lemak, ditambah malas
beraktivitas fisik.
Dalan rangka memperingati Hari kanker Sedunia, Direktorat
P2PTM Kemenkes, menggelar Social Media Influencer. Acara yang digelar di
bilangan Jakarta Selatan ini, bertujuan menyosialisasikan edukasi pencegahan
penyakit kanker.
Menurut Cut Putri, kita kerap kali melakukan
kegiatan yang berdampak terhadap resiko terkena penyakit kanker. Seperti pola
makan dan asupan yang seenaknya, dan gaya hidup jauh dari kebiasaan hidup
sehat.
Upaya Kemekes tampak, dengan mencetuskan “4 Pliar Penanggulangan
PTM”,
Promosi
kesehatan : berupa edukasi , informasi dan pemberdayaan masyarakat,
termasuk kegiatan yang diselenggarakan bersama influencer kali ini.
Deteksi Dini
L penting setiap individu paham, bahwa kanker bisa disembuhan dan dicegah. Dengan
menghindari faktor resiko PTM dan IVA Tes. Menyadarkan masyarakat, bahwa
kesehatan adalah tanggung jawab pribadi.
Perlindungan
Khusus : PTM adalah silent killer, pencegahannya bisa melalui pemberian Imunisasi
HPV Rubela kepada individu yang membutuhkan.
Penanganan
Kasus : Pengobatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Kemenkes sebagai
regulator, mendelegasikan penanganan kepada provinsi dan kota, dilakukan secara
berjenjang.
dr Cut Putri menyampaikan pemaparan-dokpri |
----
Perihal menerapkan gaya hidup sehat, kerap kali
kita kesulitan karena sudah menjadi kebiasaan. Saya punya saudara perokok
sangat aktif, susah sekali diberi masukan dan nasehat untuk berhenti merokok.
Selalu saja punya alasan untuk berkelit, bahwa
merokok ataupun tidak orang juga akan meninggal. Saya kerap dibuat kesal,
akhirnya malas menasehati kalau ketemu.
Masih menurut dr Cut Putri, merokok memiliki 5%
resiko penyebab stunting. Kemudian perokok masih berkilah, bahwa sekarang ada
rokok electric yang diclaim aman.
Padahal rokok electric mengandung zat kimia, dan
belum mendapat sertifikasi dari badan resmi yang menyatakan keamanannya.
Maka lagi-lagi dr Cut Puteri menegaskan, bahwa setiap
individu bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Apalagi saat ini semua resiko PTM meningkat, karena
kita sedang berada pada masa transisi. Misalnya transisi teknologi, memudahkan
kita pesan makanan dan berpergian cukup dengan ujung jari.
Kita berada pada masa transisi demografi, yaitu usia
harapan hidup juga tinggi sehingga potensi PTM menningkat. Kurang aktivitas
fisik memicu beragam penyakit, obesitas meningkat karena gaya hidup tidak sehat
diterapkan.
---
Narsum berikutnya adalah Profesor Dr dr Soeharti
Gondhowiarjo, Sp.Rad(K)OnkRad. Menyampaikan bahwa Hari Kanker di
Indonesia, bukan merayaka tapi
diperingati. Artinya memberi peringatan kepada masyarakat, untuk hidup dengan berperilaku
menghindari resiko kanker.
Prof Tati-dokpri |
Pada tahun 1990, kanker meningkatan peringkat nomor
satu PTM. Sekarang turun di nomor 2, dan 17% terjadi di negara berkembang
termasuk Indonesia.
Kanker pada perempuan, terbanyak adalah kanker
Payudara dan Mulut Rahim. Sedang pada pria, kanker terbanyak adalah kanker paru
dan otak.
Penyebab kanker tidak bisa dideteksi, tetapi kita
bisa berupaya dengan mencegah resiko terkena kanker. Pengobatan kanker sudah dibuktikan
secara ilmiah, dan terbukti keberhasilannya.
Dan tidak perlu kawatir, saat ini di beberapa rumah
sakit di Indonesia sudah bisa tersedia alat pengobatan kanker.
Dan menyambung pemaparan Prof Tati, ibu Friska
Batubara, putri dari almarhum Cosmas Batubara mengakui empati dokter Indonesia
cukup tinggi. .Contohnya demi pengadaan peralatan pengobatan penyakit kanker,
para dokter rela menyisihkan gajinya selama sepuluh tahun, untuk patungan
membeli peralatan dimaksud.
Prof Tati menambahkan, bahwa pengobatan penyakit
kanker membutuhkan pendekatan dari multi disiplin ilmu. Sehingga banyak
peralatan diperlukan, untuk memperlancar pengobatan.
Dan support system orang terdekat sangat penting,
ibu Friska menceritakan sampai menjelang berpulang ayahnya masih beraktivitas
seperti biasa.
Sehari sebelumnya masih main golf, masih meeting
dan bertemu dengan kolega. Bahkan beliau yang aktif mengajar di UI Depok, terbiasa
naik kereta dari Gondangdia sampai stasiun UI.
Dulunya untuk pengobatan kanker di derita, sang
ayah sempat berobat ke Jepang selama 6 bulan. Setelah sembuh kemudian pulang,
tiga bulan berikutnya kambuh dan Bapak Cosmas ingin diobati di RSCM.
WAG |
Ternyata benar, berkat ketekunan berobat dan
dukungan keluarga, Pak Cosmas kembali pulih. Beliau sangat menikmati hidup,
sehingga bisa mengendalikan stres dan
aktif berkegiatan di ujung usianya.
Menurut ibu Friska, detik menjelang kepergiaan sang
ayah sangat singkat, jam sebelas masih makan siang dan menandatangani empat
dokumen. Jam empat sore mulai drop, jam tujuh malam semakin drop dan jam tiga
dini hari meninggal.
-----
Menanggapi pernyataan saudara saya,”merokok atau
tidak merokok bakal meninggal”. Saya jadi punya jawaban, masalah bukan terletak
pada meninggalnya, tapi kualitas hidup yang dimiliki sebelum meninggal.
Ya, musuh terbesar dalam menerapkan hidup sehat
adalah diri sendiri. Persis seperti penjelasan dr Cut Putri, bahwa kesehatan
diri menjadi tanggung jawab setiap individu.
Meskipun semua upaya pembangunan kesehatan dikerahkan
Kemenkes, kakalu tidak diimbangi dengan kesadaran setiap individu dijami tidak
ada artinya.
Rasanya sangat tepat, apabila kanker sangat bisa
dicegah dan diobati, asalkan kita sepenuh kesadaran bersedia menghindari faktor
resiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA